Mohon tunggu...
Fahrul Rizal bin Iskandar
Fahrul Rizal bin Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Peminat Sejarah Kuno

Dilahirkan dan menyelesaikan pendidikan sampai lulus SMA di Banda Aceh, melanjutkan pendidikan S1 Teknik Perminyakan di Yogyakarta kemudian memperoleh kesempatan kembali ke Banda Aceh untuk menyelesaikan S2 Ilmu Ekonomi dengan beasiswa Bappenas. Peminat sejarah peradaban manusia, memiliki perhatian khusus pada sejarah peradaban Islam dan Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Masjid ala Timur Tengah, Ketika Imajinasi Seorang Penulis Menjadi Nyata

13 Maret 2019   23:12 Diperbarui: 14 Maret 2019   18:30 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu masuk bagian selatan (dok.pri)

Masjid Harun Keuchik Leumiek namanya, baru saja diresmikan pada akhir Januari tahun ini. Mengadopsi gaya timur tengah lengkap dengan kemewahan interiornya, berhasil menyulap bagian kecil dari tepian sungai Kr. Aceh ini masuk dalam daftar landmark Banda Aceh yang telah dikenal sebagai destinasi wisata halal di Asia Tenggara.

Rumah Aceh dalam pekarangan mesjid (dok.pri)
Rumah Aceh dalam pekarangan mesjid (dok.pri)
Syahdan, Haji Harun Keuchik Leumiek selaku penggagas sekaligus penyandang dana pembangunan masjid ini telah lama memimpikan akan bangunan yang kini telah berdiri megah di lahan milik kaum/keluarga besarnya. Impian yang selalu bergelayut dalam imajinasi beliau sejak 20 tahun yang lalu.

Interior dalam (dok.pri)
Interior dalam (dok.pri)
Melihat kondisi topografi wilayah sekitar masjid, menjadikan kita teringat pada Masjid Merah atau Masjid Putra, Malaysia. Tak sebanding memang, tapi setidaknya layak untuk dikiaskan seolah sebanding.

Kantor Sekretariat (dok.pri)
Kantor Sekretariat (dok.pri)

Jika Masjid Putra merupakan bagian dari komplek pemerintahan Putra Jaya, maka letak Masjid Harun Keuchik Leumiek ini di perkampungan para pengrajin emas yaitu Gampong Lamseupeung. Namun desain relief yang direncanakan secara mandiri oleh Kamaruzzan Harun Keuchik Leumiek selaku anak kandungnya, membuat panorama malam hari mesjid ini tampak indah bagaikan tak mau kalah dengan kemegahan Masjid Putra.

Tempat wudhu gaya lama (dok.pri)
Tempat wudhu gaya lama (dok.pri)
Tempat wudhu gaya modern (dok.pri)
Tempat wudhu gaya modern (dok.pri)
Bagi masyarakat Aceh, Haji Harun Keuchik Leumiek dikenal dalam berbagai profesinya. Umumnya masyarakat Banda Aceh mengenal sosok beliau sebagai pengrajin dan pengusaha emas. Tapi siapa sangka, bila pria kelahiran tahun 1942 itu dahulunya pernah menjadi kuli tinta sehingga tak heran bila saat ini beliau juga dikenal sebagai tokoh pers Aceh.

Interior kubah (dok.pri)
Interior kubah (dok.pri)
Di samping itu, dirinya juga memiliki perhatian khusus pada kebudayaan Aceh. Betapa banyak sudah barang pusaka warisan Kesultanan Aceh yang terselamatkan olehnya. Di antaranya berupa belasan buah stempel kerajaan, ratusan koin emas, puluhan senjata tajam dan juga beberapa lembar kain sutra Aceh.

Dengan begitu, dapat diartikan bahwa sosok Harun Keuchik Leumiek layak disebut sebagai kolektor benda bersejarah. Tak heran bila dirinya memperoleh "Piagam Anugerah Kebudayaan" dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Republik Indonesia pada tahun 2006.

Jamaah Dhuhur yang sebagian besar wisatawan (dok.pri)
Jamaah Dhuhur yang sebagian besar wisatawan (dok.pri)

Tulisan beliau yang diluncurkan pada tahun 2017 adalah buku yang berjudul "Harun Keuchik Leumiek Penyelamat Warisan Budaya", setelah sebelumnya juga dikabarkan pernah menulis buku "Perhiasan Tradisional Aceh" yang terbit pada tahun 1998.

Pintu masuk bagian selatan (dok.pri)
Pintu masuk bagian selatan (dok.pri)
Kepekaannya terhadap kebudayaan dan pusaka masa lalu menghantarkannya menjadi seorang penulis sekaligus pengusaha sukses yang hasil karyanya bukan hanya menghiasi alam pikiran, namun juga berhasil mewariskan benda nyata yang suatu saat nanti akan menjadi simbol kebudayaan masa sekarang ini.

Kendaraan jamaah shalat dhuhur (dok.pri)
Kendaraan jamaah shalat dhuhur (dok.pri)
Apabila 20 tahun dibutuhkan untuk mewujudkan mimpi seorang Haji Harun Keuchik Leumiek maka tak menutup kemungkinan bila butuh 20 tahun lagi agar masjid ini menjadi destinasi wisata yang setara dengan Masjid Putra, Putra Jaya, di Malaysia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun