Nikmat apa yang paling besar bagi manusia? Pertanyaan itu tentu memiliki pelbagai jawaban beserta argumentasi yang variatif tergantung dari sudut pandang masing-masing.
Tapi apa pun bentuk kenikmatan yang diidam-idamkan, muara dari pada kenikmatan itu tetaplah kebahagiaan bersama keluarga dengan hanya bersantai-santai bermain riang gembira.
Nah, permainan yang riang gembira ternyata ini yang membuat manusia saling berbeda pendapat akan makna kenikmatan tersebut.
Bagi mereka yang telah terpapar dengan pengalaman traveling keluar negeri, tentunya kenikmatan yang terbayangkan adalah ketika menikmati malam di depan menara kembar Petronas atau bahkan saat-saat belanja di mitsui jelang keberangkatan pulang di Kuala Lumpur International Airport.
Atau bagi yang telah melakukan perjalanan ziarah religi ke tanah suci seperti umrah ataupun haji maka seakan tak ada pengalaman yang lebih nikmat dari pada menghabiskan waktu di hadapan Ka'bah ataupun shalat di Masjid Nabawi.
Bagi golongan yang pernah memiliki kemudahan penghasilan, tentu ketika dilanda 'krisis' keuangan pribadi yang disebabkan sesuatu dan lain hal akan merasa tertekan baik ringan maupun berat bahkan bila tak dikelola akan memicu stres yang berujung pada depresi.
Kota Banda Aceh yang tersohor dengan kemegahan bangunan mesjidnya, menyimpan sudut kumuh dimana fasilitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terletak yaitu di Gampong Jawa.
Di sini ada pantai kecil yang masih bertahan dari abrasi, di pagi hari ketika akhir pekan merupakan destinasi pilihan bagi keluarga dengan penghasilan pas-pasan untuk menikmati pesona alam tanpa harus membayar mahal.
Liburan akhir pekan bersama keluarga akan menjadi sarana menghabiskan alat tukar mengingat bahwa tiap wahana permainan akan memungut biaya mulai dari tiket masuk hingga biaya tambahan berupa sewa peralatan dsb.
Kalau pun pantai yang telah dikelola dengan baik diman pelbagai fasilitas sudah tersedia maka tetap saja akan menjadi ruang terbuka publik yang berbayar.Â