Mohon tunggu...
Fahrul Ramadhan
Fahrul Ramadhan Mohon Tunggu... Atlet - Preferensi mahasiswa

Kepribadian mengingat banyak teman dan bersosialisasi

Selanjutnya

Tutup

Bola

Tim Nasional Sepak Bola U-23 Memberikan Gairah Nasionalisme Setelah Hiruk Pikuk Pemilu 2024

30 April 2024   04:43 Diperbarui: 30 April 2024   05:18 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia sepak bola Indonesia jangan hanya belajar menang tapi harus belajar juga  bagaimana cara menerima kekalahan sebagai sebuah pembelajaran

Memastikan Timnas Indonesia lolos Semifinal Piala Asia U-23 Qatar, merupakan kebanggan besar buat suporter Indonesia, walaupun harus menerima kekalahan melawan Uzbekistan di Semifinal (Senin,29 April 2024). Tentunya kekalahan ini membuat sebagian suporter Indonesia terpukul, sedih dan kurang bergairah lagi untuk menonton sepak bola, tapi tidak mempengaruhi kepopuleran cabang olahraga sepak bola yang diminati mayoritas masyarakat dunia.

Bukan berarti saya mengkultuskan sepak bola Indonesia sudah berkualitas, atau dalam hal ini Timnas sudah mencapai puncak kejayaan. masih banyak kekurangan  sepak bola Indonesia yang perlu kita kritisi, seperti fasilitasi, akademi sepak bola berkelanjut, kemampuan mencari pemain berbakat dalam negeri, hal paling urgensi adalah suport sistem politik yang berpihak. Sepak bola Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan kualitas pelatih, kemampuan pemain tapi Negara juga perlu berperan penting didalamnya, Indonesia mesti belajar banyak dari Revolusi Sepak Bola Jepang.

Jauh dari apa yang menjadi penjelasan rasa Nasionalisme yang anti terhadap kolonial, imperialis pada fase sebelum kemerdekaan (Nasionalisme Progresif). Nasionalisme dalam konteks ini lebih menekankan padangan Nasional yang bersatu membela negeri dalam konteks apapun seperti halnya sepak bola ini. saya pernah memancing teman saya dengan pernyataan “saya mendukung Korea Selatan untuk menang” teman saya langsung menjawab “kamu ini tidak memiliki rasa Nasionalisme, walaupun kalah kita harus mendukung Indonesia”. 

Dalam konteks ini Negara mengebiri paradigma kepentingan Nasional kedalam skema yang cacat, Nasionalisme dalam arti sempit perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya yang sangat tinggi dan berlebihan sehingga memandang rendah terhadap bangsa lain, sehingga mengarah kepada Nasionalisme ala kapitalisme. tidak heran mengatasnamakan sepakbola Negara atau pemilik klub bisa berperilaku apa saja demi kemajuan sepak bola, salah satunya nilai kemanusiaan. Sampai hari ini Negara masih memiliki utang terhadap masyarakat Malang yang meninggal 131 orang, sehingga diabadikan dalam Tragedi Kanjuruhan. Jangan sampai kita semua terjebak dengan kepentingan Nasional yang tidak menguntung seluruh rakyat Indonesia.

Kita harus berani mengatakan dengan jujur, mana yang lebih penting antara sepak bola dengan Pemilu (Pemilihan Umum), semua orang akan mengatakan tidak sama entah pemilu atau sepak bola. kalau boleh berspekulasi pemilu jauh lebih penting dari sepak bola, Tapi kalau sistem pemilu seperti yang diterapkan sekarang di Indonesia ini wajar orang lebih memilih besar simpatisan terhadap sepak bola. kalau sistem pemilu sudah jelas kepentingannya buat rakyat maka akan melahirkan sepak bola yang menjamin masa depan cerah.

Partisipasi dan kritikan yang disampaikan oleh pendukung sepak bola Indonesia sangat luar biasa, walaupun kritikan tersebut kurang tepat menurut saya karena hanya memberikan penilaian sepihak, seperti yang saya kutip Story Whatsapp Bang Kadafi memberikan sindiran “Aneh Netizen Indonesia ini giliran kalah salahin wasit, eh giliran menang dipuji-puji wasitnya” (Senin, 30 April 2024). Kritikan-kritikan terhadap sepak bola Indonesia perlu disampaikan, tapi harus didasari  juga ketikannya berdasarkan argumentasi politik juga.

Jumlah penduduk Indonesia saat ini sebanyak 279.405.889 jiwa per Senin 29 April 2024, berdasarkan penjabaran Worldometer dari data terbaru PBB. sangat kuat dugaan bahwa 90 persen memiliki prihatin besar atas kekalahan Timnas U 23 atas Uzbekistan, hal ini dapat diukur dari menit 86 Gol kedua dari pemain Uzbekistan  membuat harapan suporter pesimis, mulai menyebarkan tulisan beserta komentar buruk tentang wasit Shen Yin Shao yang memimpin pertandingan.   

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih.  dari sampel pemilih Presiden-Wakil Presiden tidak terlalu militan ketimbang pendukung sepak bola, militan tidak terorganisir. bahkan bisa terdaimakan oleh kepentingan perseorangan yang memberikan harapan semu kepada publik soal masa depan bangsa. 

“Sebenarnya masih mau menulis panjang kali lebar, mumpung sekarang lagi momentum kekalahan Timnas U 23 makan harus singkat, karena lagi ramai-ramainya di bicarakan”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun