Itulah kailmat yang diucapkan Kang Pepi Nugraha salah satu pentolan editor di dapur Redaksi Kompas.com yang menjdi salah satu narasumber pada seminar bahasa, ketika menanggapi dan menjawab kritikan dan pertanyaan salah satu peserta seminar bahasa yang digelar Harian Kompas pada Sabtu(20/10) di Gedung Kompas Gramedia Ballroom Lt. 7Jl. Palmerah BaratJakarta. Dan itulah kebesaran hati dan kerendahan hati yang ditunjukan beliau sebagai jurnalis senior.
Hal itu, bermula ketika kang Pepi memaparkan materi seminar bahasa. Kang Pepi saat itu membahas tentang judul artikel atau berita pada media online. Satu persatu materi dijelaskan, Ia memberikan type bagaimana cara membuat judul berita pada media cetak dan media online, Ia pun mengambil contoh pada Kompas cetak dan Kompas.com. Saat itu, Kang Pepi membacakan salah satu contoh juduk berita yang kebetulan diambil dari Harian Kompas cetak yang berjudul “Membangun Ikon Kota”, saat itu entah sadar atau tidak, Kang Pepei membaca judul itu dengan “membangun Aikon Kota”. Seahrusnya Ia membaca kata “Ikon”dengan dibaca “Ikon” bukan dibaca “Aikon”. Karena kata “IKon” itu sudah meresap kedalam bahasa Indonesia, maka harus dibaca sesuai dengan bahasa Indonesia. Pada soal itulah kang Pepi dikritik salah satu peserta yang menurut pengakuannya seorang guru.
Sikap legowo itulah yang patut kita contoh, walaupun Kang Pepi seorang pentolan editor di Kompas.com dan jurnalis senior dengan legowo Ia menerima kritikan tersebut dengan senang hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H