Mohon tunggu...
Mohammad Fahrul Ilham
Mohammad Fahrul Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23107030060 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Seseorang yang memiliki minat besar di dunia olahraga dan entertainment-nya, serta bertekad kuat untuk berkarir sukses di bidang tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Warmindo Suka Mampir: antara Logat Sunda dan Rumah Kedua Mahasiswa

23 Juni 2024   22:20 Diperbarui: 23 Juni 2024   23:04 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah hiruk pikuk kehidupan kampus, terdapat sebuah fenomena kuliner yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian mahasiswa: Warmindo. Warung makan sederhana ini tidak hanya menawarkan makanan lezat dengan harga terjangkau, tetapi juga membawa sentuhan khas Tanah Pasundan ke pelosok-pelosok kota universitas.

"Warmindo" sendiri merupakan singkatan dari "Warung Makan Indomie", namun menu yang ditawarkan jauh lebih beragam dari sekadar mie instan. Dari nasi telor hingga magelangan, Warmindo menyajikan berbagai hidangan yang mengenyangkan dan menggoyang lidah para pelanggan setianya.

Yang menjadikan Warmindo unik adalah para pemiliknya yang mayoritas berasal dari Sunda. Logat khas dan keramahan ala orang Sunda menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. "Punten A’, bade tuang naon?" adalah sapaan yang sering terdengar ketika pelanggan melangkah masuk ke Warmindo.

Hidayat (30), seorang yang berasal dari Kuningan dan menjadi pemilik salah satu warmindo di sekitar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang bernama Warmindo Suka Mampir menuturkan sejak kapan warmindonya menempati daerah tersebut. Dijelaskan, kalau dirinya tidak mengetahui secara pasti sudah sejak kapan warmindo itu berdiri karena beralasan dirinya hanya meneruskan usaha tersebut, namun di antara semua warmindo di sekitar UIN, Ia menyebutkan bahwa yang paling lama adalah warmindo yang diurusnya tersebut karena sudah berjalan sekitar sepuluh tahun, “Karena Saya nerusin jadinya nggak tau ya A’, Cuma emang yang paling lama di samping UIN ya sini. Tapi kalau diterka-terka ya ada sekitar sepuluh tahun A’ ”, ucap Hidayat.

Terkait menyebarnya warmindo di berbagai daerah yang banyak perguruan tingginya dan kebanyakan pemiliknya dari orang sunda, dijelaskan Hidayat bahwa hal tersebut terjadi karena tempat sekitaran kampus merupakan tempat yang strategis sebab rata-rata mahasiswa bertempat tinggal di kos sehingga dirinya beranggapan kalau dari ribuan mahasiswa tidak mungkin tidak ada yang membeli, sementara untuk banyaknya pemilik warmindo orang Sunda itu dikarenakan mereka saling mengajak sanak saudaranya untuk mencari pengalaman berwirausaha dan dapat mendirikan usahanya sendiri sehingga dari hal tersebutlah sebaran warmindo menjadi banyak,  “ya karena emang strategisnya depan kampus ya A’, soalnya kan banyak mahasiswa, banyak anak kos, nah jadi nggak terlalu takut banget nggak jalan gitu, ya kan misalnya banyak orang kan otomatis masak, dari seribu orang, satu orang pun nggak ada kan nggak mungkin. Dan sebenarnya kan UMKM ya A’, jadi misalkan ada saudara nganggur di rumah dibawa ke sini di ajak, ya kan jadi pengalaman juga bisa usaha ntar bisa bikin warung sendiri juga kan, jadi ilmu, sekolah, punya modal bikin sendiri, jadi banyak kan di sini”. Jelas Hidayat lagi.

Dari penjelasan itu, tentunya tidak heran mengapa Warmindo identik dengan orang Sunda, bahkan dari segi pelayanan terkadang pelanggan bisa langsung menebak pemilik warung dari logat bicaranya. Hal tersebut diungkapkan oleh Hidayat, “Mungkin kalau dari segi pelayanan ya paling dari bahasa, kayak nyapa gitu kan ketahuan ya A’ kalo dari Sunda”, ungkapnya.

Potret Warmindo Suka Mampir dari dalam, (sumber: dokumentasi pribadi)
Potret Warmindo Suka Mampir dari dalam, (sumber: dokumentasi pribadi)
Tentunya, menarik untuk diketahui mengapa warmindo begitu popular di kalangan mahasiswa dibanding warung makan lainnya. Hal tersebut menurut Hidayat disebabkan oleh beberapa alasan mengapa warmindo sangat digemari oleh para mahasiswa, diantaranya karena sering dijadikan tempat nongkrong para mahasiswa setelah mengerjakan tugas, dari harga yang cenderung terjangkau, dan waktu buka yang relatif lama hingga tengah malam sehingga banyak mahasiswa yang setelah begadang menjadikan warmindo sebagai tempat yang dituju, “Mungkin karena satu bisa nongkrong ya, kan orang-orang ngopi nyarinya warmindo ya, terus dari harga dan waktunya juga. Kalau malam kan yang habis begadang atau ngerjain tugas ke mana lagi kalau bukan ke warmindo kan ya, jadi dari situ mungkin kebiasaan jadinya sering ke sini gitu” tutur pemilik warmindo asal Kuningan itu.

Meski menu yang disajikan di warmindo cenderung sederhana, seperti indomie, nasi telor, atau magelangan, hal tersebut nampaknya tidak menghalanginya untuk tetap disukai pelanggan, terutama para mahasiswa, disebutkan Hidayat kalau menu yang paling diminati itu justru yang tergolong simpel, seperti nasi telor, itu karena kebanyakan dari para mahasiswa cenderung terburu-terburu dan takut ketinggalan jadwal kuliahnya. “yang simple-simpel aja si A’ kek nasi telor kan simpel, cepet juga kan, soalnya anak kuliah kan ada yang buru-buru juga kan kalau lama nunggunya kan takut nggak kekejar”, pungkas Hidayat.

Daftar menu makanan dan minuman di Warmindo Suka Mampir, (sumber: dokumentasi pribadi)
Daftar menu makanan dan minuman di Warmindo Suka Mampir, (sumber: dokumentasi pribadi)
Penuturan tersebut sesuai dengan alasan salah satu pelanggan mahasiswa yang sering datang ke warmindo. Abdur (21) namanya, seorang mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga menjelaskan alasan dirinya sering datang ke warmindo yaitu karena di warmindo menyediakan berbagai menu yang variatif,  juga menjadi tempat bertemu dengan teman-teman untuk mengobrol. Selain itu, ketika ada rapat dan sekalian ingin makan, dirinya lebih memilih warmindo sebagai tempatnya karena harganya yang terjangkau dari pada di kafe, “Alasan Saya suka datang ke warmindo karena selain untuk mencari makan dengan menu-menu yang katakanlah variative, warmindo juga sebagai tempat bertemu dengan teman-teman, jadi kek ngobrol, terus rapat pun juga bisa kalo misal kita lagi ada rapat sekalian makan dengan harga yang affordable (murah), nah Aku prefer di warmindo dari pada di kafe-kafe gitu” ucap Abdur.

Sementara ketika ditanya menu apa yang biasanya suka dipesan, sesuai dengan penjelasan Hidayat tadi, dirinya suka memesan menu nasi telor dengan sayur-sayuran ditambah sambal, sementara untuk minum suka berganti-ganti, terkadang es the, jeruk, dan juga minuman sachet. Hal itu karena pilihan menu minuman sangat banyak dan beraneka macam yang membuat dirinya bingung dan ingin terus mencoba yang belum pernah dirasain, “Aku biasanya sering mesan menu nasi telor dengan sayur-sayurnya dan sambal kemudian dengan pesan minumnya suka ganti-ganti sih, kadang es the, jeruk, terus minuman sachet-an dan segala macamnya karena emang banyak banget pilihannya jadi kadang suka bingung juga gitu terus coba-coba yang lain”, tutur Abdur lagi

Menambahi hal tersebut, Abdur juga menjelaskan secara mendetail alasan utama dirinya sering datang ke warmindo bahkan sampai merekomendasikan warmindo untuk dicoba, diungkapan bahwa dirinya sering datang karena menu-menu yang disajikan itu terkadang berbeda dengan warung atau warteg lainnya. Selain itu, karena pemilik warmindo yang mayoritasnya orang Sunda, Ia sangat suka ketika bertemu dengan pemilik yang berasal dari Kuningan karena terkadang  mudah untuk langsung dekat dengan pemiliknya. Menurutnya orang-orang yang berasal dari sana itu tipikal yang humble, asik, lucu, dan becandaannya masuk sehingga bisa langsung mengalir obrolannya, membuat dirinya merasa cocok sehingga sering mendatangi warmindo tersebut, “warmindo ini pokoknya sangat rekomendasi buat teman-teman karena menu-menunya tuh kadang beda gitu dengan warung/warteg lain, terus juga alasanku sering ke warmindo karena bertemu dengan orang-orang yang asli Kuningan, kadang kalau yang punya asli Kuningan tuh kadang aku bisa gampang langsung dekat langsung dengan yang punya karena orang-orang Kuningan tuh rata-rata yang aku lihat adalah orang-orang yang humble-humble, asik, lucu, bercandaannya masuk, jadi kadang-kadang ya langsung mengalir dengan orang-orang ini jadinya kek langsung cocok sehingga aku sering datang”, pungkas mahasiswa asal Sleman, Jogja itu.

Foto selfie bersama di lokasi liputan dengan Hidayat, pemilik Warmindo Suka Mampir, (sumber: dokumentasi pribadi)
Foto selfie bersama di lokasi liputan dengan Hidayat, pemilik Warmindo Suka Mampir, (sumber: dokumentasi pribadi)
Memang perlu diakui, selain sebagai tempat makan, Warmindo juga menjadi ruang sosial bagi mahasiswa. Di sini, mereka bisa mengerjakan tugas, berdiskusi, atau sekadar melepas penat setelah seharian berkutat dengan perkuliahan. Nuansa kekeluargaan yang dihadirkan oleh pemilik Warmindo membuat para pelanggan merasa seperti di rumah sendiri.

Meski zaman terus berubah dan tren kuliner datang silih berganti, Warmindo tetap bertahan dan bahkan berkembang. Keberadaannya bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga tentang persaudaraan antara pendatang dari Sunda dengan komunitas kampus. Warmindo telah menjadi bukti nyata bahwa cita rasa dan kehangatan Sunda mampu menembus batas geografis, menciptakan 'rumah' bagi para perantau mahasiswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun