Memang bila kita dengar, tradisi Takbir Keliling Desa Kutuk ini terkesan sangat berlebihan dan menghabiskan banyak dana, bahkan ternyata dari para masyarakatnya sendiri pun banyak yang kontra dengan kegiatan tarling yang dikemas semacam ini. Mereka mengeluhkan dengan banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari kehadiran berbagai sound horeg tersebut. Namun meski begitu, mereka tetap memperbolehkan acara itu terselenggara, namun dengan syarat berjalan dengan kondusif dan jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Mengenai tanggapan masyarakat tentunya ada yang pro dan kontra, kalo Saya lihat itu memang kebanyakan banyak yang kontra, apalagi sekarang ini banyak sound-sound dari Jawa Timur yang datang, Wabil Khusus orang-orang yang sudah sepuh itu merasa terganggu. Selain itu, ada beberapa fasilitas rumah warga yang rusak, ada yang gentengnya melorot, plafonnya ambrol, dan kaca jendelanya pecah, hal-hal itulah salah satu yang tidak disukai oleh beberapa warga di Desa Kutuk. namun meski banyak yang kontra dari kegiatan tersebut (penggunaan sound horeg pada Tarling), cuma para masyarakat hanya mewanti-wanti untuk bagaimana acara tersebut tetap kondusif, aman, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tawuran, dsb., dan memang di desa kutuk itu walaupun kalo mungkin diliat takbirannya kan musiknya DJ, Cuma digaris bawahi meskipun musiknya DJ tetapi tetap ada nuansanya takbir", tutur Koordinator Pelaksana Tarling tersebut.
Faktanya, kegiatan Takbir Keliling Desa Kutuk tersebut digagas oleh NU se-Badan Otonom yang digerakan oleh para Pemuda Anshor, para Pemuda Desa Kutuk pun hanya menjalankan peraturan-peraturan yang sudah dibuat oleh para Pemuda Anshor tadi sehingga terkait berbagai dampak yang ditimbulkan itu sudah diatur pula untuk berbagai macam solusinya, bahkan sebelum acara dilaksanakan, terdapat kebijakan pengumpulan dana untuk membiayai semua kerugikan yang ada dari terselenggaranya Tarling ini yang bersumber dari iuran per delegasi.
"Kebetulan Takbir Keliling Desa Kutuk itu kan diprakarsai dan dikonsep oleh NU se-Badan Otonom yang digerakan oleh Pemuda Anshor, jadi pemuda atau irmas dan irmus yang ada di Desa Kutuk itu tinggal menjalankan aturan yang sudah dibuat tadi. Mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan dari kegiatan itu semua kerugian bisa diklaimkan, contohnya mungkin ada delegasi sound yang pada saat itu melewati rumah warga itu ada yang pecah kacanya, dsb. Hal itu dapat diklaimkan dalam waktu 2 kali 24 jam atau 2 hari, nantinya para warga bisa memberikan laporan kepada panitia mengenai hal-hal yang dirugikan dan nantinya diganti sepenuhnya dari iuran-iuran pemuda tadi. Jadi dari pemuda tadi per delegasi pada tahun ini dikenai biaya 250-ribu yang digunakan untuk mengganti kerugian-kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan tadi. Jadi memang semua kerugian termasuk pada fasilitas umum  yang ada dari kegiatan tarling ini itu ada pertanggung jawabannya", Imbuh Irham lagi.
Walaupun memang terkesan sangat berlebihan dan menghabiskan banyak dana, kemeriahan Takbir Keliling Desa Kutuk ini ternyata berasal dari swadaya masyarakat. Para pemuda dan pemudi desa bahu-membahu mengumpulkan dana untuk menyewa sound system dan membeli kembang api. Bagi mereka, takbir keliling bukan hanya tradisi, tetapi juga momen untuk bersuka cita bersama menjalin tali silaturrahim.
"Di desa kutuk sendiri itu ada 3 masjid, yang 2 masjid itu kebetulan memang wilayahnya besar dan sumber dananya itu tarik an/iuran dari warga dan pemuda karena tarling desa kutuk itu mereka anggap tidak hanya sebatas pada takbiran saja, namun juga ada sebuah jalinan silaturrahim antara semua masjid dan musala yang ada di desa kutuk", Pungkas Irham.
Dari terselenggaranya kegiatan Takbir Keliling Desa Kutuk tersebut, salah satu warga Desa Kutuk, Rohim memberikan tanggapannya, Dirinya mengatakan bahwa termasuk bagian pihak yang netral. Meski di satu sisi, Ia secara pribadi kurang setuju dengan penyelenggaraan Tarling yang semacam itu. Namun, di sisi lain, Dia pun tidak menutup mata bahwa untuk menarik minat para pemuda desa turut serta bertakbiran ternyata cara seperti itu pun perlu dilakukan.
"saya termasuk yang netral, artinya ya ada yang setuju dan yang tidak setuju. Kalo kontra-nya memang karena basic saya dididiknya itu kan dari agak pesantren sedikit, jadi memang agak kurang setuju karena kan momentum lebaran sebenarnya kan bisa lebih daripada ini kalo saya pribadi, tapi kalo positifnya itu memang bisa menarik para pemuda yang seandainya kalo ndak seperti ini mungkin ndak bakal mengucapkan takbiran, tapi berhubung sesuai dengan minatnya, jadi anak-anak muda kan bisa takbiran meskipun dengan cara seperti itu", ujar Rohim.
Dengan kehadiran kemasan Takbir Keliling yang sedemikian rupa mewahnya ini memang membuat antusiasme masyarakat terhadap Takbir Keliling Desa Kutuk pun sangat luar biasa. Bahkan tak hanya warga Kutuk yang sangat antusias, ribuan orang dari berbagai daerah rela meninggalkan kesempatan bertakbiran di daerah asalnya demi datang untuk menyaksikan kemeriahan acara ini. Norhadi salah satunya, pemuda yang berasal dari luar Desa Kutuk itu pergi keluar dari daerahnya demi bisa melihat keseruan malam takbir di Desa Kutuk. Selain itu, alasannya untuk datang juga karena adanya salah satu sound system horeg yang ia sukai turut hadir di Tarling Desa Kutuk tersebut.
"Untuk takbir keliling di Desa Kutuk memang seru, petasan juga ada banyak dan juga ada sound horegnya. Buat orang-orang yang dari luar Desa Kutuk datang kesini untuk melihat takbir keliling, terus untuk Saya sih suka soundnya yang namanya Brewog Audio, Itu asalnya dari Blitar, Jawa Timur. Alasan sukanya itu karena suka suaranya, horegnya enak didengar daripada yang lainnya", jujur Norhadi.
Takbir Keliling Desa Kutuk ini menjadi bukti nyata bagaimana tradisi keagamaan dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Perpaduan antara tradisi dan modernitas dalam acara ini tidak hanya menarik minat masyarakat, tetapi juga mampu memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan di antara warga desa.