Indonesia adalah Negara berdaulat yang merdeka karena bangkitnya kaum intelektual. Namun apakah kalian tahu bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia sebelum merdeka maupun masa kolonial sudah memiliki peradaban dengan pendidikan. Contohnya saat masa Hindu-Buddha dimana masyarakat Indonesia pada saat itu hanya mendapatkan pendidikan agama yakni pada sekitar tahun 400 Masehi.Â
Pendidikan Indonesia mulai melakukan revolusi saat masa kolonial yang awalnya hanya berupa pendidikan agama kini mulai merambat ke berbagai aspek seperti Ekonomi,Hukum,Politik, Sains dan Teknologi, dan lain sebagainya. Kebangkitan Indonesia dimulai pada tahun 1908 dimana kaum terpelajar muncul setelah menuntut pendidikan di Eropa dan mulai menyerang balik koloni dengan mendirikan organisasi Budi Utomo  pada tanggal 20 Mei 1908. Selanjutnya dalam upaya memperjuangkan hak perempuan, R.A. Kartini membuat sekolah keputrian bernama Sekolah Kartini di daerah Semarang  pada tahun 1912, kemudian didirikannya Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922 yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Hal tersebut telah membuktikan betapa besarnya dampak yang kita rasakan setelah mendapatkan pendidikan yang layak.
Kurikulum Indonesia dari masa pasca kemerdekaaan sampai sekarang
Kurikulum Rencana Pelajaran (1947)
Sejarah program pendidikan Indonesia sampai saat ini bermula dari program rencana pembelajaran, yaitu program lanjutan yang dahulu digunakan pada masa penjajahan Belanda,  disebut juga dengan plan leer  yang artinya rencana pelajaran. Program ini fokus mendidik intelektualitas dan  karakter  warga negara Indonesia.Program RPP tahun 1947 mulai dilaksanakan di sekolah pada tahun 1950.
Kurikulum Rencana Pelajaran Terurai (1952)
Program ini dapat dianggap sebagai cikal bakal sistem pendidikan Indonesia. Dalam silabus rencana pelajaran yang dipecah, Anda akan menemukan informasi rinci tentang topik dan menggunakan silabus sebagai poin utama atau isi materi pelajaran. Dalam program ini, guru juga bertanggung jawab untuk mengajarkan suatu mata pelajaran.
Kurikulum 1964
Dalam kurikulum sekolah tahun 1964, pemerintah melaksanakan program Pancawardhana pada tingkat dasar (SD), yaitu pendidikan yang mencakup pengembangan kreativitas, rasa estetika, karsa, kerja keras, dan moralitas. Kemudian, Â mata pelajaran dibagi menjadi lima kelompok bidang pembelajaran: etika, kecerdasan, emosi atau seni, keterampilan dan fisik.
Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan penyempurnaan Kurikulum Pembelajaran Terurai (1952) dari kurikulum 1964. Terjadi perubahan kurikulum  Pancawardhana ke arah yang mengedepankan semangat Pancasila, pengetahuan dasar dan keterampilan kemampuan khusus.Program tahun 1968 bertujuan untuk membentuk manusia Pancasila sejati, sehat jasmani, meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan jasmani, akhlak, budi pekerti dan agama.
Kurikulum 1975
Pada Kurikulum 1975, sistem pendidikan berorientasi pada tujuan dengan harapan efisiensi dan produktivitas yang lebih besar.Pada Kurikulum 1975  mulai dikenal istilah satuan pembelajaran atau RPP untuk setiap satuan pembahasan.Setiap unit mata kuliah dibagi menjadi petunjuk umum, tujuan pembelajaran khusus, materi mata kuliah, perangkat mata kuliah, kegiatan belajar mengajar, dan penilaian.Banyak yang mengkritik Kurikulum 1975 karena dianggap tidak ideal karena beban kerja guru  terlalu berat sehingga tidak bisa memperhatikan detailnya.
Kurikulum 1984
Program ini biasa dikenal dengan Program Lanjutan tahun 1975. Melalui program tahun 1984, siswa mulai dianggap sebagai subjek belajar yang diharapkan mampu mengamati sesuatu, mengelompokkannya, berdiskusi dan mendiskusikannya. Mata kuliah ini menggunakan  CSBA (Student Active Learning) atau Student Active Learning (SAL)
Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Program ini merupakan modifikasi dari program terakhir dan dianggap tidak memiliki dasar pembedaan yang mendasar. Pada program ini terjadi perubahan sistem pembagian waktu belajar dari semester ke semester.Dengan alokasi waktu tersebut, diharapkan mahasiswa dapat menerima materi pelajaran lebih banyak  tiga kali  dalam setahun.Tujuan pendidikan menekankan pada pemahaman pemecahan masalah serta konsep dan keterampilan  pemecahan masalah.
Kurikulum 2004
Kurikulum 2004 atau  dikenal juga dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), secara khusus merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diungkapkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.Program tahun 2004 mendapat kritik karena hubungan antara alat yang mengukur keterampilan siswa dan ujiannya masih berupa pilihan ganda.Setelah dilakukan pengujian di Pulau Jawa dan di kota-kota besar  luar Pulau Jawa, KBK dinilai kurang memuaskan oleh guru atau tenaga pengajar yang melaksanakannya.
Kurikulum 2006
Berbagai kekurangan  KBK diperbaiki pada awal tahun 2006, kemudian diganti dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dari segi isi dan proses untuk mencapai tujuan kemahiran siswa serta teknik evaluasi mata kuliah, KBK hanya melakukan sedikit perubahan.Namun terdapat perbedaan yang  signifikan antara guru yang mempunyai kebebasan  merancang kegiatan pembelajaran  sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa di sekolah.
Kurikulum 2013
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menjelaskan bahwa kurikulum terbaru (Kurikulum 2013) akan lebih menekankan pada keterampilan berpikir yang berbasis pada sikap, keterampilan dan pengetahuan.Dalam program ini, guru hendaknya mendorong siswa untuk mengamati, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan apa yang mereka pahami setelah menerima materi pembelajaran. Kemudian bagi siswa itu sendiri harus mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, keterampilan relasional dan relasional, serta berpikir kritis.
Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami kami konsep dan menguatkan kompetensi.
Tokoh Tokoh yang berperan dalam pendidikan saat masa koloni
KI HAJAR DEWANTARA
Nama asli Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi Soerjadiningrat. Ia dikenal sebagai bapak pendidikan nasional Indonesia karena ajaran yang diturunkannya masih digunakan hingga saat ini, seperti Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, dan Ing Ngarso Sung Tulanda.Ki Hajar Dewantara begitu tertarik dengan dunia pendidikan sehingga ia mendirikan Perguruan Tinggi Nasional Taman Siswa yang merupakan cikal bakal sistem pendidikan di Indonesia. Hingga akhirnya Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden No. 305 pada tahun 1959.
RADEN AJENG KARTINI
Kartini dikenal sebagai tokoh pembebasan perempuan di Indonesia, karena ia memperjuangkan hak-hak perempuan adat yang tidak setara dengan laki-laki.Karena itulah ia menerbitkan buku  berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" tentang perjuangan hak-hak perempuan Indonesia. Selain emansipasi, Kartini juga tertarik untuk mendidik perempuan Indonesia dan akhirnya ia mendirikan sekolah perempuan di Rembang untuk perempuan Indonesia, agar mereka bisa merasa duduk di sekolah dan terdidik. Usai perjuangan, Raden Ajeng Kartini ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 1964.
K.H. HASYIM ASY'ARI
Hasyim Asy'ari adalah seorang ulama dan pahlawan nasional kelahiran 14 Februari 1871. Ia tertarik pada dunia pendidikan, khususnya pendidikan umat Islam. Hasyim Asy'ari merupakan penggagas berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama (NU).Sepulangnya dari Mekkah pada tahun 1899, ia mendirikan Pondok Pesantren terbesar dan terpenting di Pulau Jawa pada abad ke 20.Karena perjuangannya, K.H. Hasyim Asy'ari telah dinyatakan sebagai pahlawan nasional Indonesia.
K.H. AHMAD DAHLAN
K.H.Ahmad Dahlan lahir pada tanggal 1 Agustus 1868. Ia merupakan tokoh Islam yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk melakukan reformasi Islam di bidang pendidikan. Ahmad Dahlan memperkenalkan pendidikan agama ke sekolah yang didirikannya, Â Hooge Muhammadiyah School. Berkat perjuangannya banyak berdiri sekolah dan perguruan tinggi muhammadiyah.Dengan jerih payahnya, Ahmad Dahlan diberi gelar Pahlawan Nasional lewat SK Presiden No.657 Tahun 1961.
DEWI SARTIKA
Dewi Sartika adalah pahlawan nasional yang lahir pada tanggal 4 Desember 1884 di Cicalengka, Jawa Barat.Ia mendirikan sekolah untuk istri pada tahun 1904, sekolah yang ia dirikan untuk wanita yang menginginkan pendidikan. Di sekolah, istrinya mengajarkan keterampilan seperti menjahit, agama, merajut, menyulam, mengasuh anak dan pekerjaan lainnya. Atas perjuangannya, ia dinyatakan sebagai pahlawan nasional pada tanggal 1 Desember 1966.
ROHANA KUDUS
Rohana Kudus adalah pahlawan nasional kelahiran 26 Desember 1884. Ia merupakan jurnalis pertama di Indonesia.Seperti  Kartini, Rohana Kudus memperjuangkan hak  perempuan atas pendidikan dengan mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di kota Gadang. Atas kiprahnya di bidang pendidikan, ia diangkat menjadi pahlawan nasional oleh Presiden Jokowi pada tahun 2019.
Sampai sekarang pendidikan di Indonesia terus melakukan inovasi dan perkembangan umtuk menyesuaikan kebutuhan pendidikan dengan masa yang akan datang seperti saat ini yaitu pada era digital.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI