SETIAP dua minggu sekali, kini digelar pertemuan yang bertajuk "Suara Sastra" di depan Perpustakaan Daerah Kabupaten Blitar, Jatilengger, Ponggok.
Dalam pertemuan tersebut, para peserta bisa bergantian membaca puisi, bernyanyi, monolog, bercerita, hingga diajak berdiskusi membahas makna dari karya yang dibawakan tersebut.
Kegiatan itu dilaksanakan hari Minggu, pukul 10.00 WIB dan siapapun bisa datang sekadar untuk menonton atau ikut tampil.
Pertemuan dikemas santai, dengan menggelar tikar, dua stand mic dan sebuah pengeras suara ditata di depan "panggung" dengan latar belakang tembok perpustakaan.
Awal Mula Digagas Acara ini
Adalah Andik Prasetyo atau yang akrab disapa Jon Blitar dan Galang Bima Suhastra lah yang punya ide ini, keinginan mereka untuk membuat kegiatan rutin yang berkaitan dengan sastra.
Keduanya tinggal di Desa Kebonduren, Ponggok, Kabupaten Blitar. Mulanya ingin mengadakan kegiatan tersebut di Ampiteater Perpustakaan Bung Karno. Namun karena jarak dan hal-hal administratif lainnya yang harus dipenuhi maka niat itu diurungkan.
Sampai suatu ketika terbersit ide, kenapa tidak diadakan di Perpustakaan Daerah Kabupaten Blitar saja?
Keinginan itu semakin kuat, terlebih jarak yang lebih dekat dari rumah mereka. Lantas keduanya pun menemui kepala dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Blitar, Ir. Krisna Triatmanto, M.Si.
Niat mereka disambut dengan baik oleh kepala dinas, bersamaan dengan dibukanya layanan Perpustakaan Daerah pada hari Sabtu dan Minggu.
Selain tempat, Perpustakaan Daerah pun memberikan dukungan berupa fasilitas yang menunjang kegiatan tersebut. Menurut kepala dinas, kegiatan "Suara Sastra" bisa turut menghidupkan Perpustakaan Daerah.
Terbuka untuk Semua Kalangan
Pada awalnya, Jon dan Galang menjelaskan jika "Suara Sastra" tak ingin menggunakan label komunitas apapun agar lebih universal, maka pertemuan awal"Suara Sastra" tak ada label komunitasnya.
"Awalnya kami rencanakan kegiatan ini tanpa label apapun agar tidak dianggap milik salah satu komunitas," jelas Jon.
Namun kemudian label tersebut dimunculkan karena keduanya juga memiliki komunitas seperti Padwika dan KSN (Komunitas Sastra Nusantara). Keaktifan mereka di Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kabupaten Blitar membuat kegiatan ini pun masuk menjadi program bidang Seni dan Budaya.
Menurut Fahrizal, sekretaris GPMB Kabupaten Blitar, logo komunitas sebagai co-branding sangat penting untuk menunjukkan identitas dan lembaga.
"Nanti misalnya dewan kesenian atau bupati melihat pamfletnya kan jadi tau siapa saja penggeraknya," jelasnya.
Tak Hanya Puisi
Pada kesempatan tersebut, peserta bisa tampil membacakan puisi, monolog, stand up comedy, bernyanyi atau musikalisasi puisi.
Siapapun bisa tampil, baik yang masih pemula atau yang sudah terbiasa tampil di panggung. Bagi pemula kegiatan ini bisa menjadi media belajar dan melatih mental, bagi mereka yang hendak menggeluti dunia sastra, kegiatan ini bisa menambah jam terbang.
Para peserta bisa membawakan karyanya sendiri atau karya dari orang lain, yang nantinya dibahas isi dan proses kreatifnya, hal itu bertujuan untuk menambah wawasan terkait karya sastra.
Kegiatan biasanya berakhir pukul 13.30, namun fleksibel hingga pukul 16.00 batas ditutupnya layanan perpustakaan daerah Kabupaten Blitar.
Karena layanan Perpustakaan dibuka hari Sabtu dan Minggu, maka para pengunjung bisa sekaligus membaca dan meminjam buku, yang belum memiliki kartu anggota pun bisa membuatnya langsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H