Memang saya kurang tau pasti apakah tupoksi pustakawan hanya sekadar melayani urusan sirkulasi buku, atau juga dituntut harus membaca buku-buku yang ada?
Namun Pak Budi Kastowo ternyata juga seorang pembaca kuat. Apa itu karena hobi, atau karena ketertarikan yang besar pada sosok Bung Karno, atau memang karena tuntutan pekerjaan?
Bisa dibilang, aktivitasnya di Ruang Koleksi Khusus selain melayani pengunjung, ya membaca.
Ada banyak pengetahuan menarik yang saya dapat dari beliau, tentang Bung Karno. Beliau sendiri menolak disebut Soekarnois.
"Karena kalau di sini kita membahas ilmunya, bukan fanatik ke sosoknya. Jadi lebih tepat kita belajar Soekarnologi," terangnya.
Bagi pengunjung yang hendak membaca buku, bisa mendapatkan pengantar dari beliau. Kadang-kadang, Pak Budi juga berperan sebagai penutur.
Memang tidak mudah membaca buku-buku karya Bung Karno. Perlu intens mengaitkan dengan pemikiran tokoh luar negeri lintas disiplin, artinya membaca buku-buku Bung Karno harus juga disertai dengan diskusi.
Sebab, Bung Karno sendiri juga banyak menyitir pemikiran tokoh-tokoh dunia seperti Jean Jaures, Karl Marx, Kautsky dan lain sebagainya.
Pak Budi sendiri mengaku, ketika membaca tulisan-tulisan Bung Karno, secara otomatis dia harus juga belajar tentang Kapitalisme, Revolusi Industri, Revolusi Perancis dan sebagainya.
Sehingga, ketika membaca buku-buku Bung Karno, tidak mudah langsung memahami, kecuali sudah memiliki pengetahuan atau pengantar tentang sejarah dan ideologi dunia.