Mohon tunggu...
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Blogger

Sekretaris GPMB Kab. Blitar, blog pribadi klik www.jurnalrasa.my.id

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ke Perpustakaan, Cara Gratis untuk Pintar

20 November 2020   07:54 Diperbarui: 20 November 2020   07:57 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peserta diskusi juga diajak aktif untuk mengisi bincang buku.  Bagi peserta yang sudah memiliki kebiasaan membaca buku, diberi ruang untuk menceritakan isi buku yang dibaca, bergantian. Sehingga, dalam sebulan bisa ada 4 buku kami bincangkan. Mereka yang malas membaca pun, dengan hadir dalam bincang tersebut, setidaknya dalam sebulan mengetahui apa isi dari 4 buku yang kita bincangkan.

Namun perlu juga diketahui bahwa tidak semua masyarakat berminat pada buku-buku bertema ideologi, politik, sejarah, filsafat dan sejenisnya. Kadang justru lebih banyak yang suka buku atau materi how to. Misal, bagaimana cara mencangkok pohon? Bagaimana hidup bahagia? Bagaimana kiat sukses berwirausaha? dan lain sebagainya.

Karena itu kajian atau diskusi buku bisa diarahkan pada buku-buku di atas, yang menjadi selera atau kebutuhan masyarakat. Bisa juga memilahnya dalam tema yang berbeda, untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat.

Seiring waktu, berawal dari bincang buku, para peserta bisa terangsang untuk membaca sendiri. Iklim positif bertemu dengan para pembaca buku membuatnya memiliki semangat untuk mulai memiliki kebiasaan membaca buku. Karena ia sadar bahwa mendengarkan saja tidak cukup.

Suasana di dalam perpustakaan kontainer, Kabupaten Blitar. Dok. pribadi
Suasana di dalam perpustakaan kontainer, Kabupaten Blitar. Dok. pribadi

Kedua, Pustakawan harus menjadi sumber pengetahuan. Pustakawan adalah profesi yang mulia, sayang perannya kerap disederhanakan. Pustakawan adalah orang yang kerjanya bersinggungan langsung dengan buku, yang setiap harinya berkutat dengan katalog dan beragam literatur.
Oleh karena itu, pustakawan bisa berperan sebagai sumber pengetahuan, penutur, hingga pengisi materi bincang buku.

Pengunjung perpustakaan atau pemustaka tidak semuanya memahami katalog buku, pustakawan bisa menjadi informan, bahkan bisa menjadi teman diskusi serta memberikan masukan penting bagi pemustaka terkait literatur yang sedang dicari.

Jika iklim demikian terbangun, maka berkunjung ke perpustakaan jadi lebih asyik. Tidak saja mencari buku bacaan, namun juga momentum untuk berbincang dengan pustakawan yang mengetahui banyak referensi.

Ketiga, libatkan komunitas baca atau pegiat literasi. Misalnya, ada GPMB (Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca). GPMB harus berisi gabungan aktivis Rumah Baca atau Taman Baca Masyarakat (TBM). Bisa juga diisi oleh para pegiat Lapak Baca, bahkan Komunitas Kepenulisan.

Peran komunitas ini sangat penting dalam menghidupkan kegiatan pengembangan minat baca, bahkan dengan budget minimal. Perpustakaan daerah bisa menjadi titik sentral bertemunya para pegiat literasi berbasis komunitas masyarakat.

Komunitas inilah yang bisa menjadi mitra perpustakaan untuk menyemarakkan kegiatan membangun minat baca, seperti diskusi buku, bincang buku, menulis cerita-cerita lokal dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun