Mohon tunggu...
Ahmad Fahrizal Aziz
Ahmad Fahrizal Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Blogger

Sekretaris GPMB Kab. Blitar, blog pribadi klik www.jurnalrasa.my.id

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ke Perpustakaan, Cara Gratis untuk Pintar

20 November 2020   07:54 Diperbarui: 20 November 2020   07:57 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpustakaan daerah Kabupaten Blitar. Dok. pribadi

Kesan bahwa perpustakaan sebagai gudang buku seperti hanya tempat menyimpan buku tanpa ada aktivitas pengembangan budaya baca di dalamnya. Seolah terkesan bahwa pustakawan hanya sibuk menata dan merapikan buku saja.

Padahal perpustakaan adalah pusat pengembangan ilmu. Di Perpustakaan lah harusnya masyarakat mencari bahan bacaan yang bisa dia jadikan referensi untuk menjalani kehidupannya, memberikan wawasan dasar, sampai memberi inspirasi untuk berkembang.
Perpustakaan pun bisa merancang beberapa kegiatan dalam rangka membangun minat baca masyarakat.

Menghidupkan Perpustakaan

Perpustakaan tidak hanya menjadi lokasi penyimpanan buku, namun juga pusat pengembangan budaya membaca. Ini juga yang pernah saya diskusikan dalam Forum Komunitas Pembaca Aktif (FKPA) Perpustakaan Bung Karno.


Memang tidak semua Perpustakaan mendapatkan perhatian khusus dari pihak pemerintah, lebih-lebih pemerintah daerah. Salah satu bukti, minimnya pos anggaran untuk Dinas Perpustakaan dan Kearsipan.

Minimnya anggaran, membuat Perpustakaan hanya bisa memberikan layanan yang terbatas dan tidak bisa membuat inovasi program, seperti program-progam non layanan dalam rangka membangun minat baca masyarakat.

Namun beberapa kegiatan dengan budget minimal bisa dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat, terutamanya pegiat literasi. Bagaimana caranya?

Pertama, Perpustakaan harus tahu kondisi masyarakat. Salah satunya, kondisi akan rendahnya minat baca buku, dibanding membaca unggahan di sosial media. Padahal, buku adalah produk unggulan perpustakaan. Masyarakat masih lebih suka mendengar. Budaya lisan masih lebih kuat dari budaya baca.


Hal ini juga yang dirasakan oleh Pustakawan di Perpustakaan Bung Karno, khususnya Pustakawan Koleksi Khusus (KK) yang menyajikan buku-buku karya Bung Karno dan atau yang berkaitan dengan Bung Karno.

Karena menurut aturan buku-buku koleksi khusus tersebut tidak boleh dipinjam dan hanya bisa baca di tempat, sementara materi bukunya cukup berat, yang perlu waktu khusus untuk bisa memahaminya, akhirnya digagaslah program bincang buku.

Program ini digerakkan oleh Komunitas, yang kami sebut Komunitas Malas Baca (kini berubah nama menjadi Komunitas Muara Baca). Tanpa berpretensi tinggi bahwa nyatanya kami dan mungkin sebagian besar masyarakat adalah tipe yang malas baca buku, namun disisi lain gelisah dengan sifat malasnya tersebut. Sehingga dicarilah jalan tengahnya.
Dalam hal ini Pustakawan punya peran strategis. Pustakawan lah yang membaca buku dan sekaligus penutur ; menceritakan isi buku serta memberikan gambaran tentang pentingnya isi buku tersebut bagi masyarakat, khususnya bagi mereka yang belum punya kebiasaan membaca buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun