"Washington D.C itu adalah kota pemerintahan, sementara New York itu kota mode, atau kota perekonomian. Di sana dua peran itu memang dibagi. Namun ternyata New York tidak sebagus yang kita bayangkan. MRT di sana masih kalah dengan MRT di Singapore yang lebih bersih dan tertib," Jelas dosen UMM yang kini mejabat asisten staf Presiden tersebut.
Lantas apa hubungan kunjungan itu dengan Ka'bah? Ternyata itulah kegelisahan pribadi penulisnya, ketika banyak negara di pelbagai benua sudah dikunjungi, mulai dari Australia, Eropa, dan Amerika. Namun justru belum pernah berkunjung ke Makkah, kota impian seluruh umat Islam di dunia.
"Selama ini hanya lewat saja. Misalnya saat penerbangan ke Eropa, saya pernah ke Belanda, Belgia, Austria, dan selama itu hanya melewati Arab Saudi," Ungkapnya.
Ada banyak hal menarik lainnya dalam buku yang diterbitkan Bhuana Ilmu Populer (BIP) tersebut, yang bisa didapatkan di toko buku Gramedia.
Sayang, pada bagian akhir tidak sempat ditambahkan, bahwa beberapa bulan selepas acara di Amerika Serikat itu, penulis akhirnya menuntaskan keinginannya mengunjungi Ka'bah lewat perjalanan Umroh. []
Ahmad Fahrizal Aziz
Just-fahri.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H