Sejak SMA, saya memulai membuat agenda baru setiap minggunya, yaitu berkunjung ke perpustakaan Bung Karno. Letaknya sebelah utara stadion Gelora Supriyadi Blitar. Biasanya, dalam seminggu minimal tiga kali saya mampir ke perpustakaan tersebut. Setelah pulang sekolah hingga sore hari menjelang perpustakaan tutup. Di perpustakaan tersebut, saya hanya membaca-baca, sambil sesekali mencatat sesuatu atau mengerjakan PR. Aktivitas tersebut semakin masif setelah saya bergabung dengan FLP Blitar yang setiap hari jum’at –pasca shalat jum’at—mengadakan pertemuan di lobi perpustakaan Bung Karno.
Untungnya. Di perpustakaan tersebut serba gratis. Parkir Gratis, membaca Gratis, dan meminjam pun juga gratis. Hanya saja, saya belum bisa meminjam karena jangkauan member masih terfokus di wilayah kota dan beberapa kecamatan di Kabupaten. Sebenarnya saya bisa menjadi member dengan kartu pelajar saya, karena saya sekolah di Kota.
Berkunjung ke perpustakaan, bagi saya adalah hiburan sekaligus rekreasi. Di perpustakaan tersebut, banyak sekali koleksi bukunya. Jumlahnya puluhan ribu. Di lantai satu, terpajang beberapa majalah dan koran-koran yang lumayan lengkap. Biasanya, saya membaca beberapa majalah, diantaranya Horison, Rolling Stone, dan Intisari. Arsitektur dan tata letaknya yang bagus, membuat saya betah duduk berlama-lama disana. Saya bersyukur sekali, di sebuah kota kecil bernama Blitar, ada perpustakaan yang begitu bagus.
Di lantai dua, ada banyak sekali koleksi buku. Biasanya, saya menyerbu rak kesusastraan. Disana banyak koleksi novel-novel lokal maupun terjemahan. Sementara di bangunan yang berbeda, juga ada koleksi buku anak-anak. Sangat senang sekali melihat koleksi buku yang begitu banyak. Tak bosan rasanya berkunjung ke perpustakaan ini setiap hari.
Saya menulis ini, karena terpantik dengan pernyataan Jurge Luis Borges yang ditulis di Majalah Horison edisi Juni. Penyair asal Argentina tersebut membayangkan Surga itu adalah sebuah perpustakaan besar, meskipun sebagian orang membayangkan bahwa surga itu sejenis taman yang luas. Kalimat tersebut cukup menarik, kenapa? Mungkin benar juga. Bagi seorang pecinta buku, mereka selalu berharap bahwa di Surga nanti ada sebuah perpustakaan besar dengan koleksi Jutaan buku. Waw!!
Karena Perpustakaan, bagi sebagian orang memang tempat yang asyik. Membaca buku, terutama buku-buku pemikiran dan sastra, ibarat berdialog dengan penulisnya atau berdialog dengan karya tulisnya. Untuk itu, kadang ketika membaca buku, saya seperti berbicara dengan penulisnya. Itulah kenapa barangkali, membaca buku itu nampak ringan, se-ringan kita berbincang dengan orang lain.
Saya pun turut berdoa, semoga Surga nanti memang benar-benar sebuah perpustakaan besar dengan koleksi banyak sekali buku. Meski ini hanya sebuah imajinasi dan lelucon, tapi tak ada salahnya juga. Di Surga semua orang berbahagia, dan tak sedikit orang yang merasakan bahagia ketika berada di perpustakaan. Termasuk saya.
Kini, ditengah teknologi yang kian maju, manusia semakin dimanjakan dengan berbagai aktivitas. Bagi yang suka membaca, kini ada pilihan lain selain buku, yaitu internet. Maka mulai berkembang e-book hingga e-eperpus. Kecanggihan teknologi membuat kita bisa mengoleksi banyak bacaan dengan sistem elektronik. Dan Buku, sepertinya masih belum tergantikan, terutama soal kenyamanan dan bentuk fisiknya yang tebal. Buku tetap akan dicari sampai kapanpun. Dan menarik hati. Terutama bau khasnya yang terkenang.
Pergi ke perpustkaan adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Dan mungkin sama kadarnya dengan kita pergi ke tempat rekreasi. Sama-sama membuat hati gembira.
21 September 2014
A Fahrizal Aziz
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H