Mohon tunggu...
Fahriza Almanaf Mahameru
Fahriza Almanaf Mahameru Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Trisakti School of Management

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Gugurnya KRI Nanggala-402: Analisis Risiko Tak Dapat Dihindari

28 April 2021   16:45 Diperbarui: 16 Mei 2021   15:24 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang sudah diberitakan banyak media nasional, pada hari Sabtu 24 April 2021 KRI Nanggala 402 dinyatakan tenggelam (subsunk). Diketahui pada saat itu kapal selam kebanggaan Indonesia ini sedang menjalankan latihan penembakan torpedo dalam rangka memeriahkan hari Kartini. Tentu berita duka ini mengejutkan seluruh masyarakat Indonesia, terutama para keluarga korban yang ditinggalkan. Semoga para prajurit-prajurit kebanggaan bangsa yang gugur dalam misi ini bisa diterima amal kebaikannya disisi Tuhan Yang Maha Esa. Dalam artikel kali ini saya ingin mengajak sobat kompasianer untuk mendalami bagaimana cara menganalisis sebuah risiko menggunakan ISO 31000. Jika kita ingin melakukan analisis risiko menggunakan ISO 31000 maka ada beberapa hal yang harus kita perhatikan diantaranya; identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, dan perlakuan risiko. Kita mulai dari yang pertama yaitu identifikasi risiko. 

Identifikasi risiko adalah jendela bagi kita untuk mengetahui mulai dari asal usul hingga dampak risiko, bisa dibilang overview/pandangan umum terhadap risiko tersebut. Akar penyebab dari tenggelamnya KRI Nanggala 402 sampai saat ini belum diketahui. Hal ini karena pihak berwenang baru akan melakukan investigasi setelah KRI Nanggala 402 berhasil diangkat ke daratan. Namun demikian, menurut Kepala Staff TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono tenggelamnya kapal selam ini lebih condong ke faktor alam. Dalam sebuah sesi pers conference beliau mengatakan bahwa KRI Nanggala 402 sudah melakukan prosedur penyelaman dengan benar. Diketahui bahwa KRI Nanggala 402 dapat menyelam sampai kedalaman 250 hingga 500 meter dibawah permukaan laut. Namun berdasarkan hasil data dari Remotely Operated Vehicle (ROV) kapal Swift Rescue milik Singapura bahwa KRI Nanggala 402 tenggelam hingga 838 meter. 

Tentu hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai perawatan kapal selam tersebut. Menurut data, saat ini tahun 2021 Kementerian Pertahanan mendapat anggaran sebesar Rp 136,995 triliun. Artinya seluruh alutsista yang dimiliki TNI sudah mendapat jatah dana untuk perawatan dan peremajaan. Disisi lain, dampak dari risiko ini tidak main-main. Dampak dari tenggelamnya KRI Nanggala terhadap reputasi keamanan dan keunggulan alutsista yang dimiliki TNI menjadi berkurang. Tentu tidak bisa dipungkiri bahwa kekhawatiran masyarakat akan kedaulatan NKRI bergantung pada kehandalan dan kemampuan TNI kita termasuk fasilitas yang dimiliki seperti alutsista. Selain itu dampak ancaman infasi militer negara lain juga mengancam kita selagi perlengkapan perang TNI tidak dalam kondisi optimal. Dalam hal ini keamanan laut Indonesia terancam karena hilangnya kapal selam KRI Nanggala 402 yang bertugas untuk menjaga perairan Indonesia.

buku Manajemen Risiko Pasar Modal (ISO 31000: 2018) edisi dua Dr. Embun Prowanta, MM, CSA, CRP, CFP
buku Manajemen Risiko Pasar Modal (ISO 31000: 2018) edisi dua Dr. Embun Prowanta, MM, CSA, CRP, CFP
Selanjutnya kita akan memasuki tahap kedua yaitu analisis risiko. Dalam tahap ini terdapat beberapa point yang menjadi bagian utuh tak dapat terpisahkan jika kita ingin menganalisis sebuah risiko. Point pertama adalah probability. Setidaknya dari tahun 2000 hingga tahun 2021 sudah ada 4 kejadian kecelakaan kapal selam yang berkategori "subsunk". Artinya jika dihitung kemungkinan terjadinya subsunk per tahun akan ditemukan angka 2,75%. berdasarkan kategori probability diatas maka kejadian subsunk termasuk dalam level 1 = jarang/sangat kecil.

buku Manajemen Risiko Pasar Modal (ISO 31000: 2018) edisi dua Dr. Embun Prowanta, MM, CSA, CRP, CFP
buku Manajemen Risiko Pasar Modal (ISO 31000: 2018) edisi dua Dr. Embun Prowanta, MM, CSA, CRP, CFP
Point kedua yaitu dampak finansial. Akibat dari tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402, saat ini Indonesia hanya memiliki 5 kapal selam dan 1 telah gugur dalam tugas maka tersisa 4. Hal ini membuat pemerintah perlu menganggarkan dana untuk membeli kapal selam baru. Diketahui bahwa pada tahun 2013 PT PAL (Persero) melakukan kerjasama dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) untuk membuat 3 kapal selam. Harga satu kapal selam senilai USD 330 juta atau setara Rp 4,62 triliun. Artinya jika dibandingkan dengan anggaran yang dimiliki kementerian pertahanan untuk pengadaan alutsista (Rp 9,305 triliun) maka Rp 4,62 triluin adalah 49,65% dari total anggaran. Berdasarkna table diatas maka dapat disimpulkan bahwa dampaknya berada di level 4 = signifikan.

buku Manajemen Risiko Pasar Modal (ISO 31000: 2018) edisi dua Dr. Embun Prowanta, MM, CSA, CRP, CFP
buku Manajemen Risiko Pasar Modal (ISO 31000: 2018) edisi dua Dr. Embun Prowanta, MM, CSA, CRP, CFP
Tahap berikutnya adalah evaluasi risiko. Probability terjadinya berada di level 1, sedangkan dampaknya berada di level 4. Berdasarkan table matriks risiko maka dapat diketahui bahwa risiko ini termasuk kedalam sumpplementary issue (hijau muda). Maka tindakan yang dapat dilakukan adalah melakukan cost benefit analysis.

Dan tahap yang terakhir adalah perlakuan risiko. Strategi dalam memperlakukan risiko ini adalah mitigate atau mencegah terjadinya risiko. Mengapa demikian, karena perlakuan seperti melakukan perawatan rutin kapal, memberikan pelatihan secara berkala kepada awak kapak, dan mempelajari kondisi laut dan cuaca bisa menjadi cara untuk mencegah kejadian ini terulang kembali. Tentu dalam memperlakukan risiko kita tidak bisa langsung menjalankannya saja, namun terdapat sejumlah dana yang perlu dianggarkan. 

Dalam hal ini PT PAL sudah menyediakan anggaran sebesar RP 1,26 triliun untuk seluruh armada kapal selam. Rincian penggunaan anggaran sebagai berikut ; Rp 1 triliun untuk untuk pemeliharaan fasilitas kapal selam, Rp 265,83 miliar untuk peralatan, dan Rp 10 miliar untuk SDM. Dengan demikian diharapkan hal serupa bisa diminimalisir probability terjadinya. Tragedi tenggelamnya KRI Nanggala 402 bisa kita lihat sebagai pembelajaran bagi kita semua bahwa sebaik-baikya manusia berencana sebaik-baiknya manusia mencegah tetap harus menerima jalan yang sudah ditentukan oleh-Nya. Akhir kata mari kita panjatkan doa untuk seluruh prajurit yang gugur dan juga segenap keluarga yang ditinggalkan.

Sumber :

ayosemarang.com

tempo.co

kompas.com

cnbcindonesia

detik.com

merdeka.com

CNN Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun