Mohon tunggu...
Fahrizal Muhammad
Fahrizal Muhammad Mohon Tunggu... Dosen - Faculty Member Universitas Prasetiya Mulya

Energi Satu Titik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Risalah Pertemuan

27 Maret 2020   18:08 Diperbarui: 27 Maret 2020   18:34 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan dan perpisahan Rasulullah dengan para sahabatnya adalah penggalan episode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia. Di antara dua kutub waktu itulah Rasulullah memberikan semua hal terbaik sebagai uswatun hasanah untuk seluruh umatnya.

Pertemuan Rasulullah dengan Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Mas'ud, misalnya, adalah dua peristiwa menarik. Yang pertama bertemu Rasulullah sebagai budak pemberian Hakim bin Huzam bin Khuwailid kepada bibinya, Khadijah binti Khuwailid. Sedangkan yang kedua bertemu Rasulullah ketika sedang menggembalakan kambing 'Uqbah abi Mu'ith. Ia berpapasan dengan Rasulullah dan Abu Bakar al-Shiddiq dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Ketika bertemu, mereka "bukan siapa-siapa" tetapi ketika berpisah dengan Rasulullah, merekalah dua sahabat utama yang dijamin masuk surga. Subhanallah.

Sahabatku, bagaimana kita bisa merasionalisasi sebuah perpisahan? Catatan kebersamaan dan keberterimaan akan tetap kita simpan sebagai jejak. Abagi. Barangkali kita masih ingat perpisahan Rasulullah dengan para sahabat dan umatnya pada saat Haji Wada' (10 H). Di hadapan sekitar 120.000 orang, Rasulullah SAW berkhutbah, "Wahai manusia, dengar dan perhatikanlah, sesungguhnya aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian selepas tahun ini." Itulah  kalimat perpisahan karena beberapa hari setelah itu, Rasulullah pun wafat dan bertemu dengan Dzat yang selama ini dirindukannya.

Pertemuan seorang hamba dengan Rabbnya adalah kerinduan abadi yang senantiasa menjadi senandung jiwa. Kita bukanlah mereka yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Allah, merasa puas dengan kehidupan dunia, dan merasa tenteram dengan kehidupan dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Allah (QS. Yunus [10]: 7).  Oleh karena itu, Rasulullah pernah berdoa,"Ya Allah, limpahkanlah rezki berupa kenikmatan melihat wajahmu yang agung."

Sahabatku, bila pertemuan dan perpisahan menjadi misteri, biarlah kita sisakan dia sebagai sebuah kewajaran yang kita insyafi. Mari kita sama-sama tersenyum untuk sepenggal waktu dalam banyak episode bersama. Bila ketika pertama kali bertemu dengan dunia ini kita menangis, maka mari kita maksimalkan daya hidup untuk mendapatkan ridho Allah, sehingga bila suatu hari nanti kita berpisah dengan kehidupan ini kita dapat tersenyum bahagia. Bukankah husnul khotimah derajat perpisahan yang kita inginkan? Wa Allah A'lam bish-shawab. 

Depok, 27 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun