Belakangan ini sering kita lihat atau dengar berita mengenai perundungan yang marak terjadi di sekolah-sekolah Indonesia. Menurut pandangan ku segala macam bentuk tindakan perundungan tidak bisa dibenarkan, walau hanya ejekan saja, jika terus-menerus dilakukan itu sudah membuat risih orang lain. Aku sendiri pernah Merasakan hal tersebut, aku akan menceritakan pengalamanku yang  terbilang kurang mengenakan lebih lanjut di paragraf berikutnya.Â
Aku sudah mendapat perundungan semenjak SD. Perundungan yang aku dapatkan berupa verbal yaitu dibentak dungan maksud mengintimidasi dan beberapa tindak kekerasan. Singkat cerita aku dipaksa duduk sebangku dengan salah satu "pentolan" atau jagoan di kelas. Tujuannya adalah agar dia mendapat contekan dariku, awalnya dia hanya memarahi saya jika tidak memberinya contekan, aku pun tidak masalah jika memberinya jawaban dari PR dll.Â
Kemudian, suatu Kesempatan dia memukuli temanku sambil tertawa, padahal yang dipukuli sudah meminta agar jangan memukulinya terus, aku juga bisa lihat dari ekspresinya yang kesakitan. Lalu herannya dia juga sempat beberapa kali memukul lengan kiri ku, lalu dia bertanya "Sakit ga?", dengan entengnya aku jawab "ga sih biasa aja", untung saja setelah itu dia hanya memukul sebentar karna sebenernya lumayan sakit juga sih :) Aku memang berpura pura saat itu.Â
Pada saat masa SMP pun aku masih mendapatuan perundungan walau hanya berupa olok-olok yang cenderung untuk menertawakan (dalam konteks bercanda) dan kadang juga bermaksud merendahkan atau menyepelekan kemampuan ku mungkin karena aku Introvert yang jarang berbicara hal yang tidak penting. Namun, aku tak terlalu serius menanggapinya karna aku berpikir kalau marah atau membalas akan terlihat tidak dewasa, jadi menurutku cuek adalah tindakan yang paling bijakÂ
Terlepas dari betapa tidak pedulinya aku terhadap tindakan perundungan. Aku tidak pernah membenarkan tindakan tersebut dengan motif apapun. Karena tindakan perundungan juga bisa berdampak pada kesehatan mental si korban. Aku berharap tindakan perundungan semakin berkurang bahkan tidak terjadi lagi di sekolah Indonesia. Marilah kita sebagai generasi muda terutama yang masih jadi pelajar perbanyak melakukan kegiatan yang positif atau bermanfaat bagi sesama, bangun motivasi agar masuk rangking, juara kelas atau bahkan juara lomba.Â
NB: Hanya menceritakan pengalaman pribadi tanpa bukti pendukung karena saat itu juga media sosial belum sebesar sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H