Mohon tunggu...
fahrizal mubaroq
fahrizal mubaroq Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan Sastra Inggris

Saya Fahrizal lulusan Universitas Bina Sarana Informatika dari jurusan Sastra Inggris angkatan 19. Saya pernah magang di BUMN selama 5 bulan sebagai Copywriter, selain itu saya pernah mengikuti magang online berbasis project selama 1 bulan sebagai Copywriter dan Digital Marketing di Schoters & Erajaya. Saya suka membaca buku sejarah, bermain game, mendengarkan music, dan berolahraga ringan minimal 1x seminggu. Minat karir saya kedepannya adalah bekerja di bidang kreatif terutama E-Commerce Company/yang terkait dengan pengalaman saya sebelumnya dan juga cukup tertarik untuk terjun ke bidang recruitment.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menganggap Enteng atau Cuek Terhadap Perundungan

24 Februari 2024   15:58 Diperbarui: 24 Februari 2024   16:10 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Belakangan ini sering kita lihat atau dengar berita mengenai perundungan yang marak terjadi di sekolah-sekolah Indonesia. Menurut pandangan ku segala macam bentuk tindakan perundungan tidak bisa dibenarkan, walau hanya ejekan saja, jika terus-menerus dilakukan itu sudah membuat risih orang lain. Aku sendiri pernah Merasakan hal tersebut, aku akan menceritakan pengalamanku yang  terbilang kurang mengenakan lebih lanjut di paragraf berikutnya. 

Aku sudah mendapat perundungan semenjak SD. Perundungan yang aku dapatkan berupa verbal yaitu dibentak dungan maksud mengintimidasi dan beberapa tindak kekerasan. Singkat cerita aku dipaksa duduk sebangku dengan salah satu "pentolan" atau jagoan di kelas. Tujuannya adalah agar dia mendapat contekan dariku, awalnya dia hanya memarahi saya jika tidak memberinya contekan, aku pun tidak masalah jika memberinya jawaban dari PR dll. 

Kemudian, suatu Kesempatan dia memukuli temanku sambil tertawa, padahal yang dipukuli sudah meminta agar jangan memukulinya terus, aku juga bisa lihat dari ekspresinya yang kesakitan. Lalu herannya dia juga sempat beberapa kali memukul lengan kiri ku, lalu dia bertanya "Sakit ga?", dengan entengnya aku jawab "ga sih biasa aja", untung saja setelah itu dia hanya memukul sebentar karna sebenernya lumayan sakit juga sih :) Aku memang berpura pura saat itu. 

Pada saat masa SMP pun aku masih mendapatuan perundungan walau hanya berupa olok-olok yang cenderung untuk menertawakan (dalam konteks bercanda) dan kadang juga bermaksud merendahkan atau menyepelekan kemampuan ku mungkin karena aku Introvert yang jarang berbicara hal yang tidak penting. Namun, aku tak terlalu serius menanggapinya karna aku berpikir kalau marah atau membalas akan terlihat tidak dewasa, jadi menurutku cuek adalah tindakan yang paling bijak 

Terlepas dari betapa tidak pedulinya aku terhadap tindakan perundungan. Aku tidak pernah membenarkan tindakan tersebut dengan motif apapun. Karena tindakan perundungan juga bisa berdampak pada kesehatan mental si korban. Aku berharap tindakan perundungan semakin berkurang bahkan tidak terjadi lagi di sekolah Indonesia. Marilah kita sebagai generasi muda terutama yang masih jadi pelajar perbanyak melakukan kegiatan yang positif atau bermanfaat bagi sesama, bangun motivasi agar masuk rangking, juara kelas atau bahkan juara lomba. 

NB: Hanya menceritakan pengalaman pribadi tanpa bukti pendukung karena saat itu juga media sosial belum sebesar sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun