Mohon tunggu...
Spd Fahrizal
Spd Fahrizal Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pekerjaan Guru di Kementerian Agama, Hobby, menulis apa saja asal bermanfaat. Motto: Berusaha berbuat baik sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malunya Presiden, Malunya Bangsa Indonesia

27 Desember 2014   08:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:22 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_343590" align="alignnone" width="620" caption="Presiden Jokowi bersama para pemimpin negara di KTT APEC/Tempo.co"][/caption]

Presiden Jokowi, kapan mau beli beras lagi dari Vietnam? Tanya Presiden Vietnam Truong Tang Sang Pada Presiden Jokowi.

Pertanyaan dari Presiden Vietnam tersebut dilontarkan pertama kali bertemu Presiden Vietnam pada acara KTT APEC di Beijing, Cina November 2014 lalu. presiden Vietnam itu menanyakan rencana Indoensia mengimpor beras dari Vietnam.

Rupanya, Pertanyaan tersebut dibeberkan Presiden Jokowi ke publik  diacara penyerahan penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 2014 di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang, Jawa Barat yang telah membuat Presiden Jokowi malu.

Kejadian tersebut bukan membuat Presiden saja yang malu. Tetapi juga membuat malu bangsa Indonesia. Kendati demikian, Kita sebagai bangsa yang beradab tak boleh panas hati menanggapinya, tetapi jadikanlah ini sebagai cambuk agar bangsa ini bangkit menuju bangsa yang besar.

Dimana letak malu bangsa Indonesia pada pertanyaan tersebut? Indonesia memiliki sawah yang luas untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang berjumlah (+/-) 250 juta orang. Sehingga bisa mandiri alias swasembada pangan. tetapi beras yang dimakan rakyatnya kok di impor dari Vietnam.

Berlandaskan rasa malu tersebut, Presiden Jokowi berjanji kepada para petani  untuk memenuhi semua yang dibutuhkan demi suksesnya program swasembada pangan yang ditarget 3 tahun.

Ayo, Pak petani! sukseskan swasembada pangan dinegeri tercinta kita ini. Agar jangan ada lagi pertanyaan yang membuat kita semua pada malu. Toh, pemerintah juga sudah mempersiapkan semua fasilitas berupa traktor, pupuk dan benih.

Dan juga, kepada pihak-pihak yang terkait dengan kesuksesan swasembada pangan tersebut, khususnya Insinyur pertanian dalam hal ini penyuluh pertania lebih proaktif kedepannya guna menghilangkan rasa malu ini. Bimbing dan binalah para petani kita untuk mewujudkan swasembada pangan yang dimaksud.

Apa kita, nggak ikut gregetan seperti yang dialami Presiden Jokowi. Masak Indonesia masih harus mengimpor beras dari Vietnam, punya sawah yang luas kok berasnya impor. Ini tidak logis alias mustahilkan?

Kita harus malu dengan Vietnam atau negara lain, Indonesia punya sejuta kelebihan, bukan sawahnya saja yang luas, tapi tanahnya juga subur, kekayaan alamnya yang melimpah ruah, dan sumber daya manusia yang besar lagi handal merupakan modal berlayar menuju tanah harapan baru. Tancapkan rasa malu itu didada kita masing-masing,

Karena, kemajuan dan kesuksesan sebuah bangsa amat ditentukan seberapa kuat budaya malu memengaruhi perilaku masyarakatnya. Semakin maju sebuah bangsa, semakin kuat budaya malu mereka. Semakin beradab sebuah bangsa, semakin kukuh budaya malu menjadi pijakan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Tak terbilang seruan dari sejumlah kalangan agar kita menjadikan budaya malu sebagai panduan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun, ibarat berteriak di hamparan padang pasir, seruan demi seruan itu hilang begitu saja terbawa angin. Amat sedikit yang mendengarkan dan memedulikan seruan tersebut.

Ayo, malu tidak," (Presiden Jokowi)

Oleh, Fahrizal

Sumber Referensi

Ditanya Kapan Beli Beras Vietnam Lagi, Jokowi Malu

Janji Jokowi Untuk Swasembada Pangan

Membumikan Budaya Malu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun