Bakul terguling, nasinya tumpah memenuhi halaman. Memiliki makna bahwa jika amanah yang disimbolkan dalam bentuk wakul itu terjatuh, maka sia-sialah semua. Nasi yang terjatuh dan tumpah ruah sehalaman itu tak dapat dimakan lagi. Amanah yang diemban pemimpin yang ditujukan untuk kesejahteraan rakyat telah jatuh dan rakyat akhirnya tidak merasakan apa-apa. Rakyat hanya akan terus lapar, miskin, dan tidak sejahtera selama pemimpin masih gembelengan.
Apa kabar pemimpin hari ini? Apakah layak mereka menyandang gelar sebagai pemimpin?
Mereka memang sedang memimpin. Memimpin hasrat-nafsu mereka sendiri-sendiri. Memperkaya diri dan terus memeras rakyat sampai mati. Tak ragu membodohi, tak ragu mengelabui, dan tak malu-malu untuk terus mencuri. Toh, semua amunisi sudah mereka miliki. Senjata mereka punya, pion-pion yang siap mati mereka ada, media mereka beli, nominal uang mereka jelas tak terhingga. Mereka punya kendali, mereka terlalu nyaman dengan aset-aset rakyat yang dititipkan, oh tidak, direnggut maksudnya.
Perut dan aset pribadi mereka besar-besar. Sedangkan bersamaan dengan itu, perut rakyat makin mengecil dan aset mereka tak seberapa. Pemimpin-pemimpin gembelengan itu bangga dan bahagia diatas penderitaan rakyatnya. Pemimpin-pemimpin gembelengan itu sedang menjajah, menjarah, dan memenjara rakyat.
Mau sampai kapan? Sampai rakyat secara kolektif sadar dan berani melawan. Sampai rakyat semua cerdas dan memegang nilai hidup untuk melawan segala bentuk ketidakadilan. Akan tiba waktunya. Berhati-hatilah!
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H