Mohon tunggu...
Fahri Sabililhaq
Fahri Sabililhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia Pemula

Halo! Aku seorang manusia pemula yang mencoba menuliskan rasa, opini, sampai keresahannya disini. Aku seorang manusia pemula tengah mencoba mengabadikan dirinya dengan tulisannya. Semoga bermanfaat ces!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berhenti Playing Victim, Tidak Semua Orang akan Selamanya Mau Dikelabui

16 November 2023   05:56 Diperbarui: 16 November 2023   06:23 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Playing victim atau juga disebut victim mentality, adalah mereka yang jelas-jelas melakukan kesalahan namun enggan mengakuinya, justru menyalahkan orang lain di sekitarnya. Berlagak seperti orang yang paling dirugikan dan tersakiti layaknya korban (padahal tersangka). Mengharapkan belas kasih orang lain dan membenarkan apa yang seharusnya salah. Dia bermain layaknya pemeran ulung dalam serial drama.

Meyebalkan memang jika kita temui orang model seperti itu, alih-alih mengakui kesalahan dan minta maaf lalu clear suatu masalah. Dia justru berlagak paling benar dan enggan sama sekali sadar dengan apa yang ia lakukan. Mungkin ada waktunya sekali dua kali berhasil mengelabui, namun ketika berkali-kali dia melakukan hal yang sama, pola tentang kepribadiannya akan terlihat nyata dan pada akhirnya orang lain akan muak dan kurang respect terhadapnya.

Seorang playing victim sama sekali tak memiliki jiwa ksatria, yang terbuka dalam mengakui kesalahannya dan berani untuk memperbaikinya. Seorang playing victim hanya mencari zona aman atas kesalahannya dan tidak mau dicap sebagai akar permasalahan yang terjadi.

Lalu bagaimana kita menyikapi hal ini?

Adanya orang berperilaku demikian pasti banyak faktor yang melatarbelakanginya. Entah itu beban emosional masa lalunya, didikan orang tuanya, lingkungan rumahnya, teman sepergaulannya, dan hal eksternal diri lainnya yang membentuk dirinya hari ini. Jadi, kita mesti tau siapa sebenarnya dia dan bagaimana cara dia melihat suatu hal (perspektifnya). Setelah kita paham, selanjutnya adalah kita mencoba untuk perlahan membuka obrolan yang disisipi rasa empati dan dukungan atas permasalahan yang tengah terjadi serta fokus kepada solusi, bukan pada masalahnya.

Berada diposisi selalu mengerti orang lain itu memang melelahkan, karena disisi lain kita pun terkadang ingin dimengerti. Tapi memang semua ada nilai kebaikan dan hikmahnya, kita jadi bisa belajar memahami orang, menyikapi karakter orang, dan belajar untuk tidak melakukan hal yang sama.

Teruntuk kalian yang masih terus menerus membiasakan diri untuk playing victim, segera berhentilah. Jadilah pribadi yang lebih sehat, jadilah pribadi yang berani mengakui kesalahan dan memperbaikinya dikemudian hari. Karena hidup bukan hanya tentang diri kita sendiri. Ketika dunia sadar kalau dirimu masuk dalam kategori toxic karena ulah playing victim kamu itu, maka orang-orang yang sadar akan menjauh dan memilih untuk memasang batasan denganmu. Ingat, dunia sangat selektif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun