Menurut Pak Ustadz, apakah ikan di dalam air itu bisa melihat bentuk air? Atau mungkin kenapa manusia memerlukan makanan hanya untuk sekedar bertahan hidup? Atau yang lebih mendasar lagi, kenapa aku ada disini?
Pertanyaan-pertanyaan yang pernah Surti tanyakan kepada guru mengajinya itu terlintas begitu saja dalam benaknya. 20 tahun lalu, Surti ada salah satu diantara 10 murid yang pernah mengaji di sebuah mushola kecil pinggiran kota. Tidak terhitung mushola yang besar, namun mushola tersebut sangat terawat dengan baik. Masyarakat di sekitar mushola sangat tahu bagaimana cara memakmurkannya. Hampir di setiap sholat 5 waktu mushola tersebut senantiasa dipenuhi dengan para jama'ah-bahkan untuk shalat shubuh jumlah jama'ahnya melebihi shalat yang lain. Setiap hari jum'at, di mushola ini juga diadakan pembagian makanan gratis untuk para jama'ah sholat jum'at. Hal ini menjadi salah satu daya tarik dari mushola ini.
"Kenapa kamu bertanya hal-hal itu Surti?", Pak Ustadz balik bertanya.
"Ya Surti ingin tahu saja Pak Ustadz. Karena aku penasaran, ikan kok bisa mati jika ditaruh di daratan. Terus kenapa manusia itu bisa hidup dengan hanya makan, atau kenapa kita semua bisa ada disini".
Pak Ustadz begitu kagum dengan rasa ingin tahu Surti yang begitu tinggi. Di kala anak seusianya sedang asyik bermain kelereng, petak umpet, atau kejar-kejaran, dirinya memilih untuk terus belajar tentang banyak hal. Tidak heran jika dia sering sekali pergi ke perpustakaan desa dan menghabiskan waktu berjam-berjam disana hanya untuk membaca buku.Â
"Hei Surti, kenapa sih setiap mengaji begini selalu bertanya yang aneh-aneh kepada Pak Ustadz? Kamu tidak kasihan kah sama Pak Ustadz? Hampir setiap hari beliau harus meladeni pertanyaan-pertanyaanmu yang konyol", Percobaan Faiz kesekian kalinya untuk menghentikan Surti agar tidak bertanya yang aneh-aneh.
"Apa sih ganggu aja kamu ini", Surti mendorong Faiz jauh-jauh.
"Aku bosan dengan pertanyaan dan rasa ingin tahumu yang aneh itu", Gerutu Faiz. Sementara itu, murid yang lain masih sibuk menghafalkan surat-surat pendek.
"Sudah-sudah, kalian ini hanya ribut saja dari tadi. Sana, lebih baik kalian hafalkan surat-surat pendek dulu saja. Dan untuk pertanyaan-pertanyaanmu tadi Surti, maaf Pak Ustadz belum bisa menjawabnya. Besok saja ya", Pak Ustadz tidak ingin jam pelajaran hari itu habis hanya untuk menjawab pertanyaa-pertanyaan Surti yang dominan dengan kata tanya "kenapa".
Mendengar hal itu, Surti merasa kecewa karena rasa ingin tahunya belum terkenyangkan. Berkebalikan dengan Faiz yang merasa senang karena tidak harus mendengar jawaban-jawaban dari pak Ustadz yang begitu membingungkan. Pernah suatu ketika Surti bertanya kepada Pak Ustadz, namun pertanyaan ini benar-benar di luar prediksi dan membuat Pak Ustadz agak berfikir panjang.
"Pak Ustadz, Surti mau tanya", Surti mengangkat tangannya.