Mohon tunggu...
Fahrijal Nurrohman
Fahrijal Nurrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hey there! I am using Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengkaji Budaya Guna Menjaga Indonesia

30 Januari 2024   06:00 Diperbarui: 30 Januari 2024   17:03 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tadarus Budaya PCNU Kota Malang (Dok. pribadi)

Beliau mengklarifikasi bahwa dukun pada zaman dahulu itu adalah kiai yang jadi tempat berobat masyarakat perdukuhan. Kemudian beliau menutup sesi pertama ini dengan pesan bahwa umat nabi akhir zaman diberi tiga keistimewaan: (1) tidak akan musnah diterjang pandemi atau pagebluk (2) tidak akan binasa kekurangan pangan (3) kalau perang diberi menang, kecuali perang melawan saudaranya sendiri . Oleh sebab itu, para wali juga mengajarkan ukhuwah insaniyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah islamiyah. 

Irfan Afifi (Budayawan, Pendiri Langgar.co)

Sesi kedua diisi oleh Irfan Afifi. Beliau memulai sesi ini dengan sebuah pertanyaan. Apa itu kebudayaan? 

"Sekarang saya tanya, apa itu kebudayaan? Kebudayaan adalah produk perasan dari kearifan lokal", ucap beliau.

Dakwah para sunan adalah dakwah dari produk kearifan para sunan. Contohnya adalah wayang yang merupakan produk kearifan, sebab para wali melihat adanya potensi Islam diterima ditengah masyarakat yang majemuk ini. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jika para wali menyebarkan Islam di Jawa tanpa disertai kearifan, sudah pasti masyatakat akan cenderung menolak Islam.  

Beliau juga menjelaskan tentang keber-Islam-an orang zaman dahulu. Orang zaman dahulu sudah ber-Islam secara Kaffah, maksudnya Islam penuh secara lahir dan batin. Oleh sebab itu, kalau orang sudah mencapai level kaffah yang benar-benar kaffah mendapat julukan Ki atau Kiai. Ki atau kiai artinya orang sepuh yang sudah menguasai ilmu lahir sampai ilmu batin. Maka dari itu doa orang zaman dahulu walaupun tidak fasih tetap manjur karena akal, hati dan lelakunya sudah sarujuk atau sejalan. Sehingga banyak dari mereka yang keramat. 

Jadi para wali yang menyebarkan Islam di Jawa memiliki peninggalan berupa kearifan budaya. Karena tidak ada media kertas sebagai sarana pembelajaran, para wali berfokus pada pembentukan tatanan masyarakat. Caranya adalah mengajak manusia untuk mengenali dirinya sendiri dalam Jawa yang disebut Ilmu Mulat Sarira. Beliau juga menyampaikan bahwa keber-islam-an di Indonesia ini paling istimewa jika dibandingkan dengan negara lain. KH. Hasyim Asyari menyatakan bahwa berislam harus ada tiga aspek, tauhid, fikih dan tasawuf. Oleh sebab itu Islam datang ke Nusantara bukan untuk mengasingkan budaya yang ada, namun untuk mengokohkan budaya (yang sesuai dengan syariat) agar tidak tercerabut dari akarnya. Terakhir beliau menjelaskan bahwa pancasila secara hakikat sudah sangat islami, karena mampu memayungi seluruh umat di Indonesia, bahkan yang tidak beragama Islam.

Penutup

Harapan dari diadakannya acara Tadarus Budaya ini adalah sebagai pengingat kembali bahwa kita tidak bisa memisahkan dari budaya dan tradisi yang sudah terbentuk. Mau sekuat apapun kita menolak, kenyataannya memang seperti itu. Menjaga Nusantara yang begitu kaya akan budaya menjadi tugas kita semua. Budaya yang seharusnya menjadi penguat dan pengokoh kita bersama jangan sampai tercerabut dari akarnya.

¹Perlu diketahui, Agus Sunyoto adalah penulis buku Atlas Walisongo dan mulai menjabat sebagai ketua Lesbumi PBNU pada tahun 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun