"Nilai itu tidak penting. Yang penting kalian masuk kuliah, absen, itu udah cukup. Yang dibutuhin pas lulus kuliah itu skill"
Kata yang mungkin sangat familiar bagi kalian para mahasiswa baru. Sering kita jumpai kakak tingkat kita menggaungkan slogan itu. Dengan bangganya bilang seperti itu. Seakan-akan kuliah hanya absen, absen dan absen. Lalu benarkan urgensi kuliah itu hanya berputar-putar di absen? Apakah tujuan orang tua menyekolahkan putra-putrinya hanya untuk absen? Benarkah nilai itu tidak berpengaruh terhadap kehidupan di masa setelah lulus kuliah? setidak berharganyakah nilai itu?
Oke, disini penulis akan sedikit menyinggung perihal nilai. Tentu kita tahu bahwa setiap sekolah atau institusi pendidikan pasti memberikan standar dalam penilaian seorang pelajar ketika akan daftar ke sekolah atau institusi pendidikan yang bersangkutan. Dan yang dilihat tentu nilai yang dia dapatkan sebelumnya. Dengan melihat nilai dari pelajar tersebut, sekolah atau institusi pendidikan akan dapat mempertimbangkan apakah pelajar tersebut bisa diterima atau tidak. Dengan melihat hal tersebut saja, kita sudah bisa menyimpulkan bahwa nilai juga penting dalam suatu pendidikan. Meskipun tidak menjadi jaminan bahwa pelajar tersebut mendapatkan nilai tersebut dengan murni atau tidak.
Nah dengan demikian, penting halnya menjelaskan kepada para pelajar bahwa nilai juga penting dalam jenjang akademik. Namun cara menggapainya tentu dengan cara yang benar. Percuma jika mendapatkan nilai yang tinggi, namun dengan cara yang tidak dibenarkan. Disinilah peran penting bagi guru atau dosen untuk mendidik peserta didiknya menjadi pribadi yang jujur . Dengan begitu akan tercipta manusia-manusia yang tentu sangat berkualitas dan akan memberikan pengaruh yang positif bagi lingkungan di sekitarnya.
Bahkan ketika masuk di dunia perkuliahan, tentu nilai sangat penting bagi keberlangsungan belajar mahasiswa. Semisal ada mahasiswa yang mendapat nilai E, tentu dia diharuskan mengulang semester depan dan ini akan menghambat perjalanan pendidikannya. Dan menurut penulis, salah satu penyebab ketertinggalan mahasiswa dalam pembelajaran di kampus adalah mahasiswa tidak bisa menyelaraskan antara intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Memang benar, ketika menginjak dunia perkuliahan kita dianjurkan untuk banyak-banyak menjalin relasi dengan orang banyak yang salah satunya adalah dengan masuk organisasi. Namun harus diketahui apa niat awal ketika sebelum masuk kuliah dulu. Apakah hanya untuk absen? Apakah untuk masuk organisasi tertentu? Apakah hanya untuk berjalan-jalan di mall terdekat? Tentu saja untuk belajar bukan?
Disini saya tidak menyalahkan organisasi atau apapun itu. Saya hanya menyampaikan betapa pentingnya menyelaraskan antara intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Harus tau mana mana yang prioritas dan mana yang bukan. Harus tau mana yang penting dan tidak penting. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, tentu para pelajar maupun mahasiswa kecil kemungkinan akan mengalami kekecewaan dengan apa yang sudah diambilnya. Walaupun terkadang masih ada yang merasa bahwa jalan yang diambil itu salah, namun pasti ada hikmah yang bisa dipetik di dalamnya.
Tidak perlulah kita peduli jika ada kakak tingkat yang mengatakan bahwa nilai itu tidak penting. Bayangkan jika menganggap nilai itu tidak penting, kemudian ketika akan melamar pekerjaan di kantor dan si Bos melihat nilai kita yang berantakan, secara otomatis kita akan di tolak. Akan lebih baik kita fokus untuk menggapai segala sesuatu yang kita impikan. Tetap belajar dengan rajin dan tetap ikut ekstrakurikuler sesuai porsi. Karena segala sesuatu yang baik adalah yang tengah-tengah saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H