Mohon tunggu...
Fahri Danu Aji
Fahri Danu Aji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa Ilmu Politik Fisip UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Membuat Olahan Gula Aren Tradisional Khas Dusun Indrokilo Mengutamakan Kualitas

4 Agustus 2022   03:11 Diperbarui: 4 Agustus 2022   03:12 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

24/07/2022, Kediaman Bapak Gito, Dusun indrokilo di kenal sebagai dusun pembuat gula merah aren asli karena banyaknya tumbuh pohon aren yang digunakan sebagai bahan baku utama berupa nira atau air sadapan sari pohon aren untuk membuat gula merah tersebut. Karena zaman semakin berkembang, banyak orang yang sudah menggunakan teknologi agar pembuatannya menjadi praktis dan tidak memakan waktu banyak, tetapi masih ada juga sebagian orang yang membuat gula merah aren tersebut secara tradisional karena pembuatannya sudah dari dulu secara turun temurun.

"Saya biasanya yang ngambil air lahangnya atau nira di kebun, terus istri yang mengolah gula aren terus dipasarkan atau ada sebagian yang kita konsumsi sendiri," imbuhnya.

Dari berkah banyaknya pohon aren tentunya juga memberi berkah rupiah. Apalagi, jika saat ramadan karena banyak pembeli yang menjadikan gula aren sebagai dasar makanan.

Warga bernama Bapak Gito menceritakan bahwa proses pembuatan gula aren bisa memakan waktu dua atau tiga jam. Air lahang yang sudah diambil di kebun dimasak hingga matang di atas tungku dengan api kayu bakar.

"Bisa dua jam, tiga jam tergantung waktu mah," kata Wati kepada anak-anak KKN.

Sambil menunggu matang, di setiap rumah pengrajin pasti memiliki batok kelapa sebagai cetakan. Ini memang menjadi ciri khas gula aren Dusun indrokilo. Bentuknya bulat lonjong menyerupai cetakan batok kelapa.

foto: dok. pribadi
foto: dok. pribadi

Ciri khas lain bula aren di sini tidak dikemas dengan bahan plastik. Selain untuk menjaga cita rasa dari manisnya aren, warga menggunakan daun kelapa kering sebagai pembungkus.

"Sehari bisa dapet 20 hulu bahkan lebih. Tergantung air lahangnya kalau banyak yah banyak," katanya.

Untuk harga, tentunya bervariasi termasuk saat bulan ramadan. Jika ada pembeli yang melintas ke dusun indrokilo dan mampir ke desa indrokilo, mereka bisa membeli dengan harga Rp 15 ribu persatu ikat.

Harga itu katanya lumayan murah karena jika di pasar biasanya sudah naik harganya. Hal ini karena memang transportasi dan harga pasaran. Tentunya, gula aren  jadi salah satu primadona apalagi saat bulan puasa.

"Makanya, kalau beli di sini mah Rp 15 ribu tapi kalau di pasar mah bisa Rp 20 ribuan," pungkasnya.

Berliana Rosianissa - Mahasiswa KKN MIT DR Ke-14 UIN Walisongo Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun