Kaoru Ishikawa lahir di Jepang pada tahun 1915. Ia belajar di Universitas Tokyo, dan pada tahun 1939, ia memperoleh gelar Master di bidang kimia terapan dan memperoleh gelar doktor dari universitas tersebut pada tahun 1960. Kaoru Ishikawa bertugas di Angkatan Laut Jepang dari tahun 1939-1941, setelah itu bergabung dengan Perusahaan Bahan Bakar Cair Nissan.
Ia kembali ke sains pada tahun 1947 ketika ia mulai bekerja sebagai profesor di Universitas Tokyo. Pada tahun 1949 Kaoru bergabung dengan kelompok penelitian pengendalian kualitas, Persatuan Ilmuwan dan Insinyur Jepang (JUSE) . Pada tahun 1954, dia menulis 'Pengantar Pengendalian Mutu' -- dan kemudian menulis banyak buku lain selama karir kualitasnya yang luar biasa.
Dikenal sebagai Bapak Kualitas Jepang karena banyaknya konsep dan alat kualitas yang ia rancang, pada tahun 1945, Kaoru Ishikawa mengembangkan dan menyajikan iterasi pertama dan konsep 'diagram tulang ikan', sebuah 'model pemecahan masalah yang membantu menentukan akar penyebab masalah. '
Diagram ini juga dikenal sebagai diagram sebab dan akibat dan sering digunakan saat menganalisis proses industri. Beliau juga menciptakan konsep Company Wide Quality Control dan konsep yang menempatkan klien sebagai yang terdepan dan pusat dalam proses manufaktur.
Kaoru Ishikawa menjadi anggota ISO, Jepang pada tahun 1969 dan pada tahun 1981 ia menerbitkan 'Apa itu Total Quality Control? Cara Jepang'. Dia meninggal pada tahun 1989, meninggalkan warisan berharga di QI.
Kontribusi terhadap Teori Perbaikan Proses
Ishikawa memberikan masukan yang sangat besar dalam pengembangan Total Quality Management dan Metodologi Peningkatan Proses. Dia memiliki keyakinan kuat bahwa Anda harus melayani pelanggan Anda bahkan setelah mereka membeli produk organisasi Anda.
Ishikawa juga berperan penting dalam menciptakan proses untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang menghasilkan kualitas dan efisiensi proses yang lebih baik. Dia mengemukakan kebijakan "proses selanjutnya adalah pelanggan Anda", yang mendorong kerja sama yang lebih baik dalam sebuah perusahaan.
Ishikawa juga mempromosikan fakta bahwa personel tingkat tinggi harus mampu mendukung tim mereka setiap saat dan sangat yakin bahwa mereka harus mengambil kursus pengendalian kualitas.
Diagram Tulang Ikan (Diagram Sebab-Akibat)
Diagram Tulang Ikan - juga dikenal sebagai diagram Ishikawa dan diagram sebab akibat - dikembangkan dan dibuat oleh Ishikawa dan pada awalnya digunakan untuk menganalisis penyebab masalah dalam manajemen mutu. Disebut Diagram Tulang Ikan karena bentuknya -- kepala menyatakan 'masalah', dan tulang menunjukkan berbagai penyebabnya. Ini dikenal sebagai salah satu dari tujuh alat kendali mutu.
Mari kita lihat bagaimana Diagram Tulang Ikan digunakan saat ini dalam QI di bidang kesehatan. Tim QI di East London Hospital Foundation Trust menggambarkannya sebagai berikut: 'Efek' adalah masalah yang sedang Anda kerjakan, misalnya 'waktu tunggu'.
Alat ini dapat membantu Anda mengidentifikasi penyebab utama dan menunjukkan area yang paling bermanfaat untuk penyelidikan lebih lanjut. Ini akan membantu Anda memahami masalahnya dengan lebih jelas. Dengan melalui proses pembuatan diagram bersama rekan kerja, setiap orang memperoleh wawasan tentang masalah, beserta kemungkinan solusinya.
Orang-orang yang terlibat mendapatkan manfaat dari kontribusi bersama, sehingga menghasilkan pemahaman bersama mengenai masalah ini.'
Anda dapat membaca lebih lanjut tentang rekomendasi tim dan bagaimana Anda dapat menggunakan diagram untuk 'memungkinkan tim untuk fokus pada isi masalah daripada sejarahnya atau perbedaan kepentingan anggota tim.'
Quality Legacy
Kaoru Ishikawa juga menekankan pentingnya penggunaan tujuh perkakas kualitas, yaitu control chart, run chart, histogram, scatter diagram, Pareto chart dan flowchart. Ishikawa percaya akan pentingnya dukungan dan kualitas kepemimpinan dari manajemen atas. Karena tanpa dukungan dari pimpinan, program apapun bisa dipastikan akan gagal. Ishikawa menekankan bahwa untuk menggali seluruh potensi kesuksesan perusahaan, komitmen dari seluruh hirarki perusahaan sangat dibutuhkan.
Disamping pemikriannya sendiri, Ishikawa juga memperkaya metodenya dengan mengadopsi berbagai metode yang dicetuskan oleh quality guru yang lain, seperti Deming dan siklus PDCA-nya. Dari model Plan-Do-Check-Act Deming, Ishikawa melakukan pengembangan lebih jauh:
PLAN: Tentukan Tujuan dan Target, Tentukan Metode dan Cara Mencapai Target.
DO: Lakukan Edukasi dan Pelatihan, Implementasikan Pekerjaan.
CHECK: Periksa Efek-efek Implementasi.
ACT: Ambil Langkah yang Tepat.
Area quality improvement lain yang dijelajahi Ishikawa berkaitan dengan siklus hidup produk, tidak hanya pada saat proses produksi berlangsung. Walaupun ia sangat menyarankan untuk menerapkan standar-standar, namun standar, seperti halnya program continuous improvement, harus secara konstan dievaluasi dan disesuaikan. Menurut ajarannya, standar bukanlah sumber utama dalam pengambilan keputusan. Kepuasan pelanggan-lah yang harus menjadi pertimbangan utama. Ia mengajarkan kepada para manajer untuk secara konsisten memenuhi kebutuhan pelanggan. Berdasarkan kebutuhan pelanggan, seluruh keputusan harus dibuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI