Secara sederhana, thinking ahead merupakan cara berfikir kedepan. Bagaimana meramalkan dan mengidentifikasi lingkungan di masa mendatang yang berdampak pada pilihan-pilihan kebijakan. Kemudian pilihan kebijakan ini, selanjutnya akan dikaji ulang melalui kemampuan thinking again yang berusaha melihat realitas yang sedang dihadapi saat ini guna menemukan faktor keberhasilan dan kegagalan agar kinerja dapat diperbaiki menjadi lebih baik. Selanjutnya, untuk menyempurkan konten kebijakan, maka tentu saja membutuhkan pemikiran yang lebih terbuka, adopsi pikiran, pendapat, ide-ide lain di luar kerangka berpikir (out of the box) melalui cara berfikir thinking across.
Pada akhirnya, keseluruhan proses dinamis pemerintah ini akan dilengkapi dan digerakkan oleh orang-orang yang memiliki kapasitas (able people) dan harus dilakukan dengan proses yang baik/benar (agile processes). Kekeliruan yang kerap terjadi di organisasi adalah tatkala mesin penggerak organisasi belum mampu menerjemahkan tujuan organisasi secara holistik. Karena itu, wajib adanya apabila orang-orang yang mengisi ruang-ruang organisasi adalah mereka yang secara tepat berada pada keahlian dan kemampuannya masing-masing.
Apabila keseluruhan aspek telah dilaksanakan, maka tentu bukan hal yang mustahil lagi untuk terus menelurkan beragam praktik inovasi dalam pengelolaan pemerintahan. Kebijakan organisasi akan berbasis pada adaptif policy yang dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi secara cepat dan sewaktu-waktu dapat membunuh organisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H