Mohon tunggu...
Fahri Ardiansyah
Fahri Ardiansyah Mohon Tunggu... Penulis -

Menulis adalah cara terbaik mengabadikan peradaban

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Praktik Inovasi Melalui "Dynamic Governance"

4 Februari 2019   15:21 Diperbarui: 4 Februari 2019   15:43 5573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara sederhana, thinking ahead merupakan cara berfikir kedepan. Bagaimana meramalkan dan mengidentifikasi lingkungan di masa mendatang yang berdampak pada pilihan-pilihan kebijakan. Kemudian pilihan kebijakan ini, selanjutnya akan dikaji ulang melalui kemampuan thinking again yang berusaha melihat realitas yang sedang dihadapi saat ini guna menemukan faktor keberhasilan dan kegagalan agar kinerja dapat diperbaiki menjadi lebih baik. Selanjutnya, untuk menyempurkan konten kebijakan, maka tentu saja membutuhkan pemikiran yang lebih terbuka, adopsi pikiran, pendapat, ide-ide lain di luar kerangka berpikir (out of the box) melalui cara berfikir thinking across.

Pada akhirnya, keseluruhan proses dinamis pemerintah ini akan dilengkapi dan digerakkan oleh orang-orang yang memiliki kapasitas (able people) dan harus dilakukan dengan proses yang baik/benar (agile processes). Kekeliruan yang kerap terjadi di organisasi adalah tatkala mesin penggerak organisasi belum mampu menerjemahkan tujuan organisasi secara holistik. Karena itu, wajib adanya apabila orang-orang yang mengisi ruang-ruang organisasi adalah mereka yang secara tepat berada pada keahlian dan kemampuannya masing-masing.

Apabila keseluruhan aspek telah dilaksanakan, maka tentu bukan hal yang mustahil lagi untuk terus menelurkan beragam praktik inovasi dalam pengelolaan pemerintahan. Kebijakan organisasi akan berbasis pada adaptif policy yang dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi secara cepat dan sewaktu-waktu dapat membunuh organisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun