Ekonomi dunia sejak tahun 2020 telah diserang oleh sekumpulan monster kecil bernama SARS-CoV2. Akibatnya, aktivitas ekonomi mulai dari industru perdagangan, industri pariwisata dan lain-lain dilanda kehancuran. Hal ini pun memicu sebagian besar industri terpaksa harus memberlakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sejumlah karyawan mereka.Â
Kondisi inilah yang membuat perekonomian banyak negara terkontraksi, termasuk Indonesia. Kontraksi ekonomi di Indonesia terjadi selama dua kuartal berturut-turut.Â
Kinerja ekonomi minus 5,32% pada kuartal II sedangkan pemerintah telah mempersiapkan anggaran program pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp 695,2 triliun untuk. Apabila kegiatan ekonomi nasional berjalan seperti biasa hal ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Fondasi ekonomi Indonesia yang selama ini mengandalkan ekspor utama seperti batu bara dan minyak sawit mentah tidak dapat diandalkan lagi seiring dengan permintaan global yang menurun.Â
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih mengandalkan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional, lebih dari 50% terhadap produk domestik bruto (PDB).Â
Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan signifikan menjadi 2,84%, hal ini sejalan dengan proyeksi Asian Development Bank mengenai perekonomian Indonesia pada tahun berikutnya.
Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebanyak 5,3% di tahun 2021. Pemulihan ekonomi Indonesia di tahun 2021 akan didukung belanja rumah tangga dan perekonomian global yang membaik sehingga meningkatkan investasi.Â
Organisation for Economic Co-operation and Development Economic Outlook December 2020 pada laporannya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level empat pada 2021. Pertumbuhan ini karena semua pasar negara kawasan ekonomi berkembang termasuk Indonesia  terus berusaha mengendalikan pandemi Covid-19.Â
Pengendalian pandemi Covid-19 menjadi kunci utama agar ekonomi Indonesia tak terpuruk lagi. Tetapi faktanya, musim liburan panjang Oktober lalu tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi rumah tangga dan dalam jangka panjang akan mendukung bangkitnya sektor-sektor ekonomi produktif.Â
Salah satu sektor ekonomi produktif yang bisa diandalkan pada masa ini adalah sektor pertanian. Pertumbuhan positif sektor pertanian pada Kuartal III 2020 mencapai angka 2,15%, jauh diatas dari pertumbuhan ekonomi nasional yang minus 3,49%.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H