Mohon tunggu...
Fahri Ali Ashofi
Fahri Ali Ashofi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak masa lalu

Fahrialiashofi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Isro Mi'raj dalam Merawat Kebangsaan

12 Maret 2021   02:15 Diperbarui: 12 Maret 2021   03:11 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat memperingati Isra Mi'raj 1442 H 

Tepat tanggal 11 Maret 2021 bertepatan dengan sejarah bangsa Indonesia dengan adanya peristiwa surat perintah sebelas maret (SUPERSEMAR) yang dikeluarkan pemerintah Soeharto dalam upaya pengambilan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto, umat Islam memperingati hari besar Isra Mi'raj 1442 H. 

Isra Mi'raj adalah perjalanan semalam Nabi Muhammad SAW dalam mendapat perintah dari Allah SWT untuk menjalankan shalat lima waktu dalam sehari.

Isra Mi'raj terdiri dari dua kata Isra dan Mi'raj. Isra merupakan kisah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Yerussalem jarak tempuh keduanya kurang lebih 1250 KM. Sedangkan Miraj merupakan perjalanan Nabi Muhammad dari bumi naik ke langit ketujuh dan ke Sidratul Muntaha (akhir penggapaian) untuk menerima perintah Allah SWT menjalankan salat lima waktu dalam sehari. 

Kisahnya bermula saat Rasulullah SAW mengisi waktu usai Isya dengan tidur lebih awal agar dapat bangun pada sepertiga malam terakhir untuk salat. Namun, malam itu malaikat Jibril datang mengunjungi Rasulullah.

Jibril lalu mengajak Rasulullah keluar rumah dan bepergian, melaksanakan Isra Miraj. Rasulullah kemudian menaiki Buraq bersama Jibril dan Mikhail, untuk kemudian dalam sekejap melesat menuju Masjidil Aqsa.

Sebelum tiba, Jibril sempat mengajak Rasulullah salat di beberapa tempat seperti Tayyibah (Madinah Al Munawwarah), Madyan (tempat berteduhnya Nabi Musa AS saat dikejar Firaun), Thursina (tempat Nabi Musa menerima wahyu Allah) dan Betlehem atau Bait Al Lahm (tempat lahirnya Nabi Isa).

Dalam peristiwa Isra Mi'raj menurut beberapa sumber sejarah. Nabi melakukan perjalanan tembus sampai ke langit ke tujuh dan setiap langit beliau bertemu dengan nabi dan rasul Allah. 

Langit pertama Rasullullah bertemu dengan Nabi Adam, langit kedua Rasulullah bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa, langit ke tiga Rasulullah bertemu dengan Nabi Yusuf, langit ke empat Rasullullah bertemu dengan Nabi Idris, langit ke lima Rasulullah bertemu dengan Nabi Harun, langit ke enam Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa, dan langit ke tujuh Rasullullah bertemu dengan Nabi Ibrahim. 

Di dalam peristiwa itu Rasulullah mendapatkan perintah dari Allah untuk mengerjakan sholat lima waktu untuk kaumnya, yaitu Subuh, Dhuhur, Asyar, Magrib, Isya yang formasinya (2-4-4-3-4).  Sehingga umat Islam memandang kegiatan Isra Miraj menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam dan dianjurkan untuk melakukan kesunahan-kesunahan lainnya. 

Merawat Kebangsaan

Teknologi digital dengan media sosial membawa angin segar untuk demokrasi yang ada di Indonesia dengan menuju peradaban baru. Namun, dibalik kemajuan teknologi Informasi membuat sebagian banyak orang menjauh dari interaksi kehidupan sosial dan menjadikan dirinya cenderung ke individualisme. 

Era digital yang bergerak terus menerus, menyerang ke berbagai lini dan menembus ke semua ruang. Tentunya harus disikapi secara Arif dan bijak untuk menciptakan tatanan masyarakat yang baik, budiman, dan sesuai dengan perintah agamanya masing-masing. 

Era digital dengan beragam varian tak boleh tumbuh dengan liar di masyarakat dan andil pemerintah dalam hal ini sangat perlu untuk melakukan control kemajuan teknologi informasi tersebut. 

Ketidaksiapan memaknai dan menyaring dan memilih ragam informasi akan merubah, mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kini, ketika potensi konflik terus mengemuka, ancaman disintegrasi menguat dengan isu-isu lokal maka hal ini segara diambil langkah-langkah untuk memfilter dengan jelas dan terukur. 

Memupuk kearifan lokal misalanya, penguatan multikultural dan memperkuat kepekaan berbangsa dengan membangun ruang komunikasi yang jelas harus dikondisikan. Hal ini tentu langkah untuk menuju satu kesepahaman yang utuh untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dengan spirit nasionalisme yang kuat.

Rasulullah sudah mencontohkan dengan selalu menebar kebaikan dalam segala bidang tanpa terkecuali. Dalam konteks kekinian dan pada era digital saat ini maka kecakapan komunikasi dan literasi terhadap struktur kemasyarakatan hendaknya menjadi rujukan.

Kearifan lokal yang selama ini sebagai pengikat kekerabatan hendaknya diberikan ruang untuk tumbuh dan berkembang. Merawat kembali simpul-simpul budaya dan penguatan karakter kebangsaan adalah hal mendasar yang mesti ditumbuh kembangkan. 

Untuk itu, segala bentuk terorisme, ancaman disintegrasi bangsa dan merebaknya kontes hoaks di media sosial jangan sampai menjadi penghalang terbangunnya rasa persaudaraan dalam memupuk rasa kebangsaan.

Membumikan empat pilar Kebangsaan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang selama ini digaungkan dalam setiap kesempatan adalah hal mutlak yang harus dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun