Salah satu dampak utama merkantilisme di Uni Eropa adalah munculnya kebijakan proteksionisme baru. Negara-negara anggota mulai menerapkan tarif dan hambatan perdagangan lainnya untuk melindungi industri dalam negeri mereka. Ini tercermin dalam peningkatan jumlah regulasi yang menghambat aliran barang dan jasa di antara anggota UE. Sebagai contoh, sejak Brexit, banyak perusahaan di Uni Eropa mengalami peningkatan biaya dan kerumitan dalam perdagangan dengan Inggris, menggambarkan pergeseran menuju kebijakan proteksionisme.
Data perdagangan terbaru menunjukkan penurunan signifikan dalam volume perdagangan antara Uni Eropa dan Inggris. Pada tahun pertama pasca-Brexit, nilai ekspor dan impor antara kedua pihak mengalami penurunan tajam, menciptakan tantangan ekonomi yang nyata. Sementara beberapa negara di Uni Eropa mencoba mengembangkan strategi perdagangan alternatif, dampak Brexit dan meningkatnya proteksionisme tidak dapat diabaikan.
Opini masyarakat dan pakar ekonomi divergen terkait perubahan ini. Sebagian melihatnya sebagai langkah positif untuk meningkatkan kedaulatan ekonomi masing-masing negara, sementara yang lain mengkhawatirkan bahwa langkah-langkah proteksionis akan merugikan pertumbuhan ekonomi global. Perdebatan ini memunculkan pertanyaan mendalam tentang apakah Uni Eropa, yang dibangun dengan semangat integrasi ekonomi, akan dapat mempertahankan visinya atau mengalami lebih banyak perubahan kebijakan proteksionis.
Sektor yang paling terdampak oleh pergeseran ini adalah industri manufaktur dan layanan. Perusahaan-perusahaan besar di Uni Eropa yang memiliki rantai pasokan yang terintegrasi dengan Inggris harus beradaptasi dengan perubahan regulasi dan biaya tambahan. Para kritik merasa bahwa ini adalah contoh konkret dampak negatif dari meningkatnya proteksionisme di era pasca-Brexit.
Namun, pendukung kebijakan proteksionisme berpendapat bahwa ini adalah langkah yang diperlukan untuk melindungi lapangan pekerja dalam negeri dan mencegah perusahaan-perusahaan asing mengambil alih pasar domestik. Mereka meyakini bahwa dengan mengurangi ketergantungan pada perdagangan internasional, negara-negara Eropa dapat membangun ekonomi yang lebih mandiri dan tahan krisis.
Dalam konteks ini, tantangan terbesar bagi Uni Eropa adalah menemukan keseimbangan antara pembangunan ekonomi nasional dan kerjasama internasional. Apakah langkah-langkah proteksionisme akan membawa manfaat jangka panjang atau justru menghambat pertumbuhan regional dan global, masih menjadi pertanyaan yang belum terjawab.
Dengan merkantilisme kembali menjadi fokus, Uni Eropa dan negara-negara anggotanya menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian. Diperlukan kebijakan yang bijaksana dan kolaborasi yang kuat untuk menjaga integritas Uni Eropa sambil merespons dinamika ekonomi global yang terus berubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H