Mohon tunggu...
Fahriadi
Fahriadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/mahasiswa

mahasiswa aktif program studi bimbingan dan konseling universitas pendidikan indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Faktor Ide Bunuh Diri di Kalangan Masyarakat dan Pentingnya Sosialisasi Kesehatan mental

3 November 2023   11:00 Diperbarui: 25 Juni 2024   14:37 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disusun oleh :

Fahriadi

NIM 2312026

Email: fahriadi574@upi.edu

Dosen Pengampu: 

-Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N., M.Pd.

- Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd.

Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan

 Bunuh diri menjadi salah satu fenomena penyebab kematian yang tinggi dan mengancam semua kalangan usia, baik dari remaja hingga dewasa dan orang tua. Bunuh diri yang dilakukan masyarakat seringkali menjadi fenomena yang menghebohkan dilingkungan. Kenapa muncul ide bunuh diri biasanya telah direncanakan terlebih dahulu. Ide bunuh diri merupakan pijiran spesifik yang dimiliki individu untuk mengakhiri hidupnya dari banyak pemikiran tentang kematian yang ada. Menurut (Reynolds, 1991) mengungkapkan bahwa ide bunuh diri merupakan pikiran dan kognisi yang dimiliki individu yang berkaitan dengan perilaku ide bunuh diri dan keinginan untuk bunuh diri, serta dapat dianggap menjadi tanda utama atau resiko bunuh diri yang lebih serius. Ada beberapa ide bunuh diri menurut Reynold  sebagai berikut:

  • Spesific plan and wishes
  • Aspek bunuh diri yaitu individu melakukan bunuh diri, dimulai dengan pemikiran umum tentang kematan dan harapannya untuk mati dari yang ringan hingga serius dan memiliki rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri.
  • Response and aspect other
  • Aspek ini berkaitan dengan persepsi orang lain mengenai harga diri seseorang setelah ditinggal mati oleh orang lain, pikiran mengenai respon orang lain ketika seseorang melakukan tindakan bunuh diri dan menjadi sarana balas dendam merupakan ide bunuh diri yang terjadi diaspek ini.

Kejadian bunuh diri sudah tidak asing lagi di telinga kita sudah banyak kejadian dalam masyarakat seperti anak remaja akibat orang tuanya bercerai, akibat ekonomi, dan permasalahan-permasalahan lainnya. Remaja yang memiliki ide bunuh diri disebabkan karena perubahan lingkungan sosial yang terjadi akibat masalah sekolah maupun aktivitas yang lebih banyak diluar rumah. Remaja ketika bersekolah akan mengalami masalah psikologis, yang disebabkan  karena harus keluar dari lingkungan sosial yang sudah ada, dan berada diluar lingkungan keluarga. 

Oleh karena itu, banyak penelitian mengenai dukungan sosial pada kesehatan mental yang menjadi penyebab bunuh diri. Dalam kondisi yang baru dan tidak menyenangkan akibat kurangnya dukungan sosial mengakibatkan remaja akan mengalami kondisi stres dan tidak mampu beradaptasi. 

Bukan hanya remaja yang rentang melakukan bunuh diri tetapi orang tua, orang tua yang merasa tidak mampu menutupi kehidupan keluarganya atau ada masalah dalam keluarganya bisa menjadi munculnya ide untuk melakukan  bunuh diri yang sudah tidak tahan dengan masalah yang dihadapnya. 

Dukungan sosial merupakan tindakan dilakukan dan diberikan oleh orang lain atau menerima dukungan, yang terkait dengan indera seseorang atau persepsi bahwa kenyamanan, kepedulian, dan bantuan tersedia ketika diperlukan (Sarafino & Smith,  2011 ). 

Ide bunuh diri sering muncul akibat tidak adanya dukungan sosial  mengungkapkan bahwa dukungan sosial adalah suatu bentuk penerimaan diri seseorang atau sekelomok orang terhadap individu yang terkait dengan kenyamanan, kepedulian, penghargaan atau bantuan, sehingga menimbulkan persepsi  dalam diri bahwa disayangi, diperhatikan dan dihargai. Individu yang mendaptkan dukungan sosial yang tinggi mempunyai tingkat stres yang rendah, lebih bisa mengatasi stres dan melakukan hal-hal yang positif dalam hidupnya ( Taylor, 2015).

Ada beberapa faktor kenapa ide bunuh diri sering muncul dikalangan masyarakat khususnya anak dan remaja yaitu:

 Faktor orang tua yang bercerai masa remaja dimana konflik orang tua cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia remaja (Steinberg, 2016). Ini adalah sebuah masa krisis dan kerentanan, agar anak atau remaja tidak melakukan bunuh diri sebagai orang tua tidak memperlihatkan masalah didepan anak-anaknya, orang tua juga perlu mendukung anak dan memberikan motivasi yang baik secara optimal. Jika lingkungan yang tidak memberikan kesempatan yang optimal, kurangnya komunikasi, dan banyak gangguan memberikan dampak yang sangat negatif bagi anak (Gunarsa, 2009). 

Individu dalam masa perkembangan remaja dalam keluarga yang bercerai lebih menunjukkan masalah penyesuaian diri dibandingkan dengan individu lain dalam keluarga yang tidak bercerai. Anak yang memiliki orang tuanya yang bercerai akan merasa menderita karena ikut merasa ikut sakit hati karena beban emosional akibat perpisahan orang tuanya yang merasuk ke dalam hati mereka, perasaan maupun pikirannya. 

Anak membutuhkan keakraban interpersonal dengan orang tuanya. Mereka akan mengalami reaksi emosi dan perilaku karena kehilangan sosok salah satu orang tua. Stres dan konflik yang timbul dalam penyesuaian kehidupan dengan orang tua yang bercerai membuat remaja kehilangan tempat komunikasi mencurahkan diperoleh dari suatu hubungan tertentu.

 Sosialisasi kesehatan mental dalam masyarakat sangat penting karena kesehatan mental memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup individu dan masyarakat secara keseluruhan. Stigma   yang   ada   di   masyarakat   dapat   terjadi karena   kurangnya   informasi   dan pengetahuan   yang   dimiliki   terkait   kesehatan mental (Scheffer, 2003). 

Beberapa yang sering kita lihat atau fenomena ide bunuh diri di lingkungan masyarakat terkait dengan hal ini perlu ada sosialisasi kesehatan mental di lingkungan masyarakat stigma yang ada di masyarakat dapat terjadi karena kurangnya informasi yang dimiliki masyarakat membuat masyarakat memiliki stigma yang negatif (Left  Warner, 2006).  Adanya sikap yang negatif akan kesehatan mental dan dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat terjadi karena kurangnya informasi. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap positif terhadap kondisi kesehatan mental perlu ditiingkatkan untuk mencegah hal-hal yang negatif dan bisa ter arah pada hal-hal positif.

Berikut beberapa mengapa sosialisasi dalam masyarakat sangat penting:

  • Meningkatkan kesadaran masyarakat sosialisasi membantu kesadaran masyarakat pentingnya menjaga kesehatan mental, banyak orang tidak menyadari bahwa masalah kesehatan mental adalah masalah yang umum dan dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang siapapun. Membantu bahwa ide bunuh diri adalah hal yang negatif dan dapat merusak kesehatan
  • Mengurangi stigma, sosialisasi membantu mengurangi stigma yang masih terkait dengan kesehatan. Stigma sering kali membuat orang enggan membicarakan masalahnya
  • Menyediakan sumber dukungan sosialisasi memberikan informasi tentang sumber dukungan yang tersedia bagi mereka yang beresiko bunuh diri. Orang yang membutuhkan bantuan mungkin tidak tahu dimana mencarinya dan sosialisasi dapat membantu mengarahkan mereka kesumber yang tepat
  • Mengidentifikasi tanda bahaya dengan pemahaman yang lebih baik tentang tanda-tanda bahaya bunuh diri
  • Mendorong diskusi terbuka sosialisasi yang baik membuka ruang untuk menyampaikan perasaan, pikiran, dan pengalaman emosional. Ini bisa menciptakan lingkungan dan masyarakat merasa didengar, dan dukungan yang merupakan penting pencegahan bunuh diri
  • Mengurangi angka bunuh diri dengan menciptakan masyarakat yang peduli dan mendukung, individu yang berisiko bunuh diri mungkin merasa lebih termotivasi untuk mencari bantuan dan mencari solusi
  • Meningkatkan hubungan sosial dengan sosialisasi dalam lingkp masyarakat bukan hanya memberikan pengarahan tetapi membantu untuk lebih meningkatkan hubungan sosial atau mempererat persaudaraan
  • Meningkatkan keterampilan intervensi memberikan pelatihan kepada individu, terutama mereka yang berada dalam posisi sosial atau profesional yang memungkinkan mereka untuk mendeteksi tanda-tanda ide bunuh diri dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai

REFERENSI

Reynolds, W. M. (1991). Psychometric Characteristics of the Adult Suicidal Ideation Questionnaire in College Students. Journal of Personality Assessment, 56(2), 289--307.

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions.JohnWiley&Sons,Inc. http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf

Taylor, S. (2015). Health psychology (9th ed.). New York: McGraw-Hill Education

Steinberg,  L.  (2016).  Adolescence.6  th  edition. NewYork:  McGraw-Hill.Stravynski,  A., Boyer R. (2001). Loneliness in Relation to Suicide Ideation and    Parasuicide

Gunarsa,   Ny. S.D.   & Gunarsa,   S.D.   (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia

Scheffer  R.  Addressing  stigma:  increasing  public  understanding  of  mental  illness.  Toronto, Canada: Centre for Addiction and Mental Health; 2003

Warner,  R.  (2001).  Community  attitudes  towards  mental  disorder.  In:  G.  Thornicroft  &  G. Szmukler  (Eds). Textbook  ofCommunity  Psychiatry,  pp.  453--464.  New  York:  Oxford University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun