Genghis berada pada keluarga yang dilanda banyak tekanan, hingga pada suatu hari ketika ia dan saudaranya bertengkar, ibunya memarahinya. Dengan kemarahan memuncak, Genghis pergi dari rumah, tetapi kembali lagi dalam beberapa hari.
Pada suatu musim dingin, di perkemahan Hoelun yang sangat sederhana, suku Taychiut melancarkan serangan kepadanya. Mereka mencari Genghis karena dirumorkan bahwa Genghis dianggap begitu cemerlang dan tegas sehingga membuat kepala suku Taychiut iri.Â
Genghis sempat kabur dan bersembunyi di hutan selama sembilan hari, sebelum keluar karena kelaparan dan suku Tayciut pun menangkapnya. Ia ditawan selama dua minggu oleh suku Tayciut menggunakan cangue, alat khas Mongolia yang terbuat dari kayu berat dan dilingkarkan di leher serta pergelangan tangan.Â
Selama dua minggu yang tersiksa menjadi tawanan, Genghis akhirnya melarikan diri dengan bantuan seorang suku Taychiut bernama Sorkan-Shira, yang dikemudian hari diangkat Genghis menjadi jenderalnya.
Di hari-hari berikutnya setelah kabur dari tawanan, Genghis kembali hidup dengan keluarganya yang penuh kesulitan.Â
Suatu hari, keluarga Genghis telah memiliki sekawanan ternak dan beberapa ekor kuda yang cukup untuk kebutuhan mereka, tetapi masih jauh dari kekayaan. Ketika saudara Genghis berburu dengan kuda terbaik yang mereka memiliki, pencuri datang dan mengambil ternak dan kuda milik mereka, sementara Genghis hanya bisa melihatnya dengan kemarahan akibat tidak memiliki kuda untuk mengejar para pencuri tersebut.Â
Keesokan harinya, Genghis melihat tenda dengan kuda yang sedang dijaga remaja bernama Boorchu. Setelah mendengar cerita tentang pencuri kudanya, Boorchu pun tergerak untuk membantu Genghis mencari kudanya karena saat itu Genghis sudah kelelahan akibat perjalanannya.Â
Tiga hari kemudian, mereka berhasil mendapati pencuri beserta kuda yang dicurinya, Genghis berhasil membawa kudanya tetapi diikuti oleh seorang pencuri. Genghis berhasil memanah pencuri itu hingga jatuh dan membawa kudanya kembali ke rumah.Â
Ketika sampai kembali di perkemahan Boorchu, Genghis memberikan tawaran untuk membagi setengah dari kuda yang dimilikinya kepada Boorchu, tetapi Boorchu dengan tegas menolak.Â
Boorchu merupakan anak lelaki satu-satunya, ia punya semua yang dibutuhkannya, ia juga bersedia membantu Genghis atas dasar pesahabatan. Semenjak saat itu, Genghis dan Boorchu pun terus bersama hingga suatu hari Boorchu menjadi salah satu jenderal terhebat yang dimiliki Genghis Khan.
Kisah-kisah masa kecil Genghis Khan tersebut hanyalah segelintir dari hari-hari berat yang dialami sang Kaisar Semesta sewaktu kecil. Genghis Khan telah digariskan menjadi pemimpin semenjak hari pertama kelahirannya. Kemiskinan yang dialaminya tidak akan merubah takdirnya di masa depan sebagai salah satu Kaisar terbaik dan terburuk sepanjang sejarah. Pertemuan dengan para calon jenderalnya di masa depan (Jamukha, Sorkan-Shira dan Boorchu) bukanlah sebuah ketidaksengajaan, melainkan sudah menjadi bagian dari takdir yang diberikan kepada Genghis Khan dalam perjalanan hidupnya menjadi penakluk dunia.