Jika kita melihat kondisi politik Indonesia saat ini, sungguh sangat memprihatinkan. Faktanya banyak isu -- isu sara yang dapat memecah belah bangsa, mereka saling mengkafirkan satu sama lain dan saling menyesatkan satu sama lain terlebih keduanya berada pada jabatan atas dan berbeda kepercayaan.
Upaya penyatuan pikiran dari berbagai keragaman atau bermacam -- macam memang membutuhkan usaha yang lebih, Indonesia mempunyai pekerjaan rumah untuk mencari dan memilih pemimpin di masa depan untuk menjawab tantangan itu. Â Dan ciri karakter yang dibutuhkan untuk memimpin Indonesia telah ada dalam jiwa santri, dengan mengolaborasikan antara ilmu agama yang dimiliki dan tuntuntan untuk menguasai ilmu umum dan berpikir kritis dalam mengatasi permasalahan masyarakat telah menjadi makanan dalam pembelajaran santri di pondok pesantren.
Di masa saat ini, nilai tidak dicari melainkan karakterlah yang dibutuhkan oleh bangsa ini. Nilai dalam segi angka tidak ada apa -- apanya dibandingkan dengan pembelajaran karakter yang membangunnya membutuhkan waktu yang lama. Sikap toleransilah yang sangat penting untuk membangun negeri ini, sebab dengan berbagai pikiran dan terutama kepercayaan yang beragam yang dipeluk setiap warga Indonesia tentunya toleransilah yang dapat menyatukan hal tersebut. Hendaknya santri di zaman sekarang dapat sepenuhnya memiliki karakter tersebut dengan harapan dapat membawa perubahan bagi bangsa Indonesia kedepannya.
Beberapa hal yang mendasar dan wajib dimiliki oleh seorang santri dan diharapkan kelak dapat menjadi bekal saat terjun di masyarakat. Menurut rumusan KH. Zaini Mun'im, hal tersebut disebut dengan Panca Kesadaran, yaitu Kesadaran Beragama, Kesadaran Ilmiah, Kesadaran Bernegara dan Berbangsa, Kesadaran Bermasyarakat, dan Kesadaran Berorganisasi.
Panca kesadaran inilah yang menjadi dasar pembelajaran di pondok pesantren, kelima kesadaran ini meliputi seluruh aspek kehidupan. Baik dari aspek vertikal yaitu hubungan seseorang manusia dengan Allah SWT maupun aspek horizontal yaitu hubungan seseorang manusia dengan sesamanya dan lingkungannya. Dalam penerapannya, seorang santri harus bertaqwa kepada Allah SWT, peka terhadap lingkungan, mandiri, mampu berpikir kritis terhadap permasalahan yang ada di masyarakat, cerdas, dan mampu mengendalikan iman di situasi apapun.
Pencapaian yang ideal bagi setiap santri memerlukan upaya berkelanjutan pada setiap individunya, santri diharap mampu berkontribusi dalam peran masyarakat. Jad, peringatan hari santri menjadi ruang untuk mengembalikan semangat dan jati diri santri yang mulai tergerus akan zaman. Tantangan modernisasi itulah yang harus dijawab oleh santri sebagai ruang jihad di zaman sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H