Mohon tunggu...
M Fahrel Edy
M Fahrel Edy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara

M Fahrel Edy atau biasa dipanggil Fahrel adalah mahasiswa Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara yang lahir di Medan. Hobi saya membaca buku dan diskusi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Berpikir Jenius ala Albert Einstein

17 Juli 2022   13:55 Diperbarui: 18 Juli 2022   13:41 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Semua orang itu jenius. Tetapi jika anda menilai seekor ikan dari kemampuan memanjat pohon, ia akan menjalani hidupnya dengan percaya itu bodoh" -- Albert Einstein.

Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar quote tersebut dari seseorang, atau pernah membacanya dari sebuah buku. Sampai-sampai, kita merasa bahwa bagaimana cara berpikir seperti Albert Einstein sehingga bisa sejenius itu?

Eitss, sebelum kita mengupas cara berpikir seperti Albert Einstein, kita akan melihat sekilas latar belakangnya.

Albert Einstein lahir pada 14 Maret 1879 di Jerman. Tepatnya di Ulm, Wurttemberg. Ayahnya, Herman Einstein merupakan pekerja elektronika dan penjual keranjang burung. Adapun ibunya, Pauline merupakan seorang wanita keturunan Yahudi.

Sosok Einstein yang kita ketahui sebagai si jenius ternyata memiliki sisi kelam. Ada yang menyebut ia terkena Sindrom Asperger. Dan ia terkena disleksia sehingga menjadi sosok pemalu bahkan hingga berusia tiga puluh tahun, Einstein masih sulit berbicara.

Masa kecilnya hampir sama seperti anak-anak kebanyakan yaitu selalu bermain. Namun, Einstein tidak sekedar bermain, tetapi juga berimajinasi.

Karena bermain dan berimajinasi merupakan aktivitasnya di masa kecil. Maka tidak mengherankan jika Einstein dewasa menyampaikan sebuah statement yang begitu populer, yaitu Imajinasi itu lebih penting daripada pengetahuan.

Kesuksesan Einstein tidak lepas juga dari penanan orang tuanya. Orang tua Einstein sangat kooperatif dan mendukungnya agar tidak berputus asa.

Melihat latar belakangnya, sulit untuk membayangkan jika tidak ada peranan orang tua untuk mendukungnya. Walaupun begitu, kita tidak akan sukses jika hanya didukung orang tua? Pasti ada kemampuan dalam diri yang menyokong Einstein menjadi sosok berpengaruh di dunia. Oleh karena itu, kita mengupas cara berpikir jenius ala Albert Einstein.

Rasa Ingin Tahu yang Besar

Einstein pernah mengatakan "Saya tidak memiliki bakat-bakat khusus, Namun saya hanya memiliki rasa keingintahuan yang besar."

Keingintahuan merupakan pondasi bagi manusia untuk menciptakan sesuatu. Semua karya yang diciptakan manusia merupakan hasil dari keingitahuan.

Permainan Gabungan

Albert Einstein pernah ditanya oleh seorang ahli matematika, Jacques Hadamard. Ia bertanya "Apakah  sesungguhnya pemikiran kreatif itu?" Einstein menjawab "Permainan penggabungan."

Seseorang yang mampu menggabungkan berbagai hal yang ditemuinya dalam hidup akan memiliki gagasan ataupun penemuan yang besar. Permainan penggungan memiliki persamaan seperti melukis. Proses melukis dibutuhkan imajinasi dan penggabungan unsur-unsur sehingga menciptakan lukisan yang indah.

Memecahkan Masalah

Masalah yang kita hadapi justru dapat menjadi bahan penelitian dan kajian. Hal yang sama dilakukan oleh Albert Einstein. Ia melihat sebuah masalah menjadi sebuah tantangan, bukan hal yang menakutkan. Memerhatikan setiap masalah yang terjadi membuat kita semakin tahu langkah yang harus diambil.

Fokus Terhadap Tujuan

Einstein pernah menghadiri sebuah acara di Prussian Academy. Saat itu, ia mengenakan pakaian biasa tanpa medali Pour le Merit. seorang tokoh bernama Walter Nerst mendekati Einstein dan bertanya "Apakah istri Anda lupa memasangkan medali di baju Anda?" Einstein menjawab "Dia ingat, cuman aku tidak mau memakainya."

Einstein tidak peduli mengenai medali yang ia dapatkan. Medali bukan menjadi tujuannya menjadi ilmuwan, melainkan bekerja dan meneliti.  

Rendah Hati

Albert Einstein pernah mengatakan "Apa yang saya saksikan di alam adalah sebuah tatanan agung yang tak dapat dipahami dengan sangat tidak menyeluruh. Hal ini sudah semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa berpikir dilingkup perasaan rendah hati."

Rendah Hati menjadikan seseorang untuk tidak angkuh dan tidak berpuas diri. Perasaan ini juga menunjukan rasa menghargai kepada siapapun. Sehingga rendah hati menjadi modal untuk meraih keberhasilan.

Berani Mencoba

Seorang yang sukses harus memilki sikap berani mencoba. Bahkan Albert Einstein terus mencoba sehingga menjadi ilmuwan yang terkenal. Ia pernah mengatakan "Aku berpikir terus-menerus selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Sembilan puluh Sembilan kali aku salah dan gagal. Namun, pada kesempatan ke seratus kalinya, aku benar."

Walaupun kehidupan Albert Einstein begitu pelik. Berkat pemikiran dan dukungan orang tua, ia menjadi ilmuwan yang terkenal di dunia. Einstein tidak pernah berhenti untuk berpikir karena baginya, orang yang sedikit berpikir akan jatuh pada kemalasan. dan kemalasan akan menciptakan keburukan dalam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun