Uang bukan segala-galanya tetapi kenapa orang menjadikan uang seperti tuhan? Seolah-olah tidak bisa hidup tanpa uang.
Tidak dipungkiri, uang menjadi hal penting dalam aktivitas manusia. Dalam transaksi jual-beli pasti membutuhkan uang sebagai alat pembayaran. Uang seolah-olah menjadi kebutuhan primer manusia.
Namun, sebenarnya apa itu uang?
Sebelum uang muncul sebagai alat pembayaran, manusia terlebih dahulu menggunakan sistem pembayaran dengan cara bertukar barang sesuai kebutuhan. Sistem tersebut dinamakan barter.
Sistem barter memiliki kesepakatan kedua belah pihak mengenai nominal produk yang akan ditukar. Akibatnya, sistem barter menjadi tidak efektif dan tidak efisien.
Misalnya, seorang pedagang apel membutuhkan barang bangunan untuk membangun rumah. Pedagang tersebut harus membawa apelnya menggunakan gerobak menuju pedagang alat bangunan. Masalahnya adalah apakah pedagang alat bangunan tersebut membutuhkan apel?
Selain itu, kelemahan sistem barter terdapat pada penghitungan produk yang akan ditukar. Misalnya, jika apel ditukar dengan sepatu, tentu pasti nilainya akan berubah jika apel ditukar dengan rumah.
Melihat sistem barter yang tidak efektif dan tidak efesien. Orang-orang memikirkan sebuah cara yang efektif dan efisien untuk mengatasi permasalahan ini. Sehingga ditemukannya uang.
Namun, uang yang ditemukan pertama kali bukanlah berbentuk kertas dan logam, melainkan jelai. Mata uang jelai dipakai oleh bangsa Sumeria sekitar 3000 SM.
Jelai sebagai mata uang, tentunya memiliki takaran dalam transaksi pembayaran barang dan jasa. Secara umum, takaran yang digunakan yaitu sila. Sila kira-kira sebanding dengan satu liter. Dalam pengupahan pekerja, seorang mandor. akan membayar buruh laki-laki sekitar 60Â sila per bulan. Sedangkan, budak perempuan akan dibayar sekitar 30 sila per bulan.
Uang jelai yang tidak efesien untuk dibawa dan disimpan, manusia memikirkan suatu alternatif. Sehingga uang semacam itu muncul di Mesopotamia kuno di pertengahan milenium ke-3 SM. Uang tersebut dinamakan syikal.
Syikal bukanlah uang logam, melainkan 8,33 gram perak. Uang ini pernah dipakai ketika Undang-Undang Hamurabi memaklumatkan bahwa seorang laki-laki yang membunuh seorang budak perempuan harus membayar sang pemilik 20 syikal. Namun, nilai dari sebuah perak bisa berubah sesuai nilai sosial budaya karena perak termasuk jenis perhiasan seperti emas.
Seiring berkembangnya zaman, uang mengalami perubahan. Sekitar 640 SM, uang logam ditemukan oleh Raja Alyattes di Lidia. Koin logam ini mengandung emas atau perak. Logam ini dicetak dengan tanda pengenal.
Pada abad ke-7 M, uang kertas pertama kali dikembangkan pada era Dinasti Tang di China. Penggunaan uang kertas secara menyeluruh di Tiongkok pada Dinasti Yuan. Uang Kertas diciptakan karena lebih efisien dan efektif.
Uang semata-mata bukan hanya alat pembayaran. Uang membuat manusia mempercayai sesuatu. Dalam penciptaan uang, tentunya ada tokoh-tokoh yang meyakinkan uang sebagai alat pembayaran yang sah.
Misalnya di Amerika Serikat, penggunaan dolar yang digunakan oleh masyarakat ditandatangani oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat dan disatu sisi uang tersebut terdapat slogan "In God We Trust".
Penerapan uang sebagai alat yang paling efektif dan efesien. Ketentuan harga produk barang atau jasa dapat ditentukan dengan uang. Di era modern, sebagian besar uang sudah berbentuk digital.
Uang yang seharusnya dipergunakan untuk mempermudah dan tidak merugikan kehidupan manusia, justru mencoba menerobos rintangan-rintangan yang seharusnya tidak dilakukan. Misalnya, seorang pengusaha menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh pengusaha lain yang menghalangi bisnisnya, seorang polisi berkhianat terhadap negara karena gratifikasi untuk mempermudah bisnis seseorang.
Riwayat kehidupan manusia mengenai uang merupakan tarian pelik. Orang-orang menggunakan uang untuk melancarkan kerjasama, namun orang orang takut bahwa uang akan menyelewengkan nilai-nilai dan hubungan manusia.
Di satu sisi, orang-orang bersedia menghancurkan bendungan yang memperhambat pergerakan uang dan perdagangan. Namun di satu sisi, orang-orang menggunakan uang untuk menciptakan bendungan-bendungan baru untuk melindungi masyarakat, agama, dan lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H