Mohon tunggu...
Farhan Mansoer
Farhan Mansoer Mohon Tunggu... -

Akuntan, Bekerja di Perbankan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Pribadi Idaman

9 September 2016   11:03 Diperbarui: 9 September 2016   11:08 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan ini diilhami dari keluarnya kecaman disertai dengan ucapan dan kata kata kotor dari seorang presiden Filipina Rodrigo Duterte kepada presiden AS Barrack Obama. Betapa mirisnya dalam peradaban manusia yg semakin tua  masih terjadi insiden seperti itu, dimana individu sudah mulai melupakan kodrat cara berintraksi dalam keberagaman nilai universal yg seharusnya dijunjung tinggi oleh peradaban manusia, apalagi pelakunya adalah pemimpin negara.

Setiap individu pada dasarnya memiliki naluri kebaikan yg terpancar dari aura dan mimik intonasi. Antara mata dan hati biasanya selalu sejalan membentuk pemikiran yg positif, hanya saja tekadang lidah yg suka membelot bersebrangan dengan apa yg dikatakan hati atau yg dipikirkan otak. Bila ketiganya konsisten sejalan antara hati, pikiran dan lidah maka output yg hadir  adalah pribadi yg smart, santun dan menyejukkan lingkungan sekelilingnya.  

Otak atau pikiran manusia selalu memancarkan ion keberagaman, katakanlah ion positif dan negatif, setiap ion yg terpancar akan mencari temannya yg sama di lingkungan komunitasnya, makanya tidak heran kalau ada dalam satu kumpulan komunitas yg memiliki ion yg sama dengan hobby sama pula seperti kelompok pemancing, kelompok pengendara motor gede, kelompok pencinta alam dsb. Paling nyata dapat dilihat dalam satu komunitas arisan, ada kelompok hobby ngomong barang bermerk, ada kelompok hobby ngomongin kehebatan keluarga sampai dengan yg hobby ngomongin  ngeres.  

Pribadi idaman adalah keinginan semua indvidu agar bisa diterima dalam segala komunitas. Individu idaman akan memberi kesan dan pesan yg harmonis dalam pesona pribadinya, sangat memahami karakter orang lain, menyelami perasaan dan relung hati anggota komunitas dan berbagi dalam memotivasi orang lain menjadi pribadi yg disukai. Jauh dari sikap dan perspekstif buruk sangka, menistakan individu lain tidak mengenal apa itu membully, menghina apalagi mencemarkan nama baik. 

Bisakah peradaban sekarang menelurkan pribadi idaman dalam skala spektrum yg luas, jawabannya tentu bisa, selama terjadi tranformasi berfikir dan bertindak. Disaat peradaban manusia yg semakin tua seyogianya pribadi idaman itu sudah terbentuk secara alami karena generasi yg ada sekarang merupakan generasi sempurna dibandingkan sebelumnya dan lebih luwes berimprovisasi terhadap perubahan. Semoga insiden seperti diawal tulisan tadi tidak terulang kembali dan semua orang akan menjadi pribadi idaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun