Mohon tunggu...
Fahmi Miftahulzaman
Fahmi Miftahulzaman Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

IFNJ

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Manusia: Meninjau Hakikat Tujuan Hidup Manusia Dalam Perspektif Islam

16 Februari 2019   00:57 Diperbarui: 1 Juli 2021   12:09 6830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat Manusia: Meninjau Hakikat Tujuan Hidup Manusia Dalam Perspektif Islam | freepik

Filsafat Manusia.

Perihal hakikat tujuan hidup manusia merupakan suatu hal yang menyangkut aspek filosofis. Manusia berbeda dengan binatang, karena manusia mempunyai suatu akal pikiran yang sehat. Terkadang pada saat tertentu manusia akan mulai memikirkan, mulai menanyakan sesuatu yang menyangkut dirinya sendiri bahkan keberadaan dirinya sendiri. Hal inilah yang kita sebut dengan Filsafat manusia. Pada intinya Filsafat manusia merupakan segala sesuatu yang meyangkut manusia sebagai objek kajian yang kita terus tanyakan.

Kita harus memahami bahwa hidup memiliki suatu tujuan. Tujuan bagian dari suatu nilai yang dianggap kita penting. Oleh karena itu, hidup akan bermakna jika kita berhasil melaksanakan suatu tujuan hidup. Mencari hakikat tujuan manusia merupakan salah satu dari tujuan filsafat manusia itu sendiri.

"Apakah tujuan hidup manusia"?  sebuah pertanyaan singkat dimana para filsuf terus memikirkannya sampai saat ini. Para filsuf pun menilai dan mengkaji mengenai hakikat tujuan manusia dan hasilnya pun tentu ada perbedaan pemikiran antara yang satu dengan yang lainnya. Salah satunya pemikiran yang terkenal mengenai tujuan hidup manusia adalah pendapat dari Aristoteles yang mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah mencapai eudaimonia (Kebahagiaan). Oleh karenanya, kebahagiaan merupakan sesuatu yang bernilai terhadap dirinya.

Baca juga: Perkembangan Filsafat Pendidikan Pragmatisme dan Tokohnya

Tinjauan Tujuan Hidup Manusia Dalam Agama Islam

Kebenaran akan hakikat tujuan hidup manusia dari  banyaknya filsuf merupakan sesuatu hal yang nisbi. Nah bagaimana jika hakikat tujuan hidup manusia ditinjau dari perspektif Agama? Orang yang menganut suatu agama, sudah sewajarnya apabila mempercayai apa yang dikatakan Tuhan.

Tujuan hidup manusia seharusnya sama dengan tujuan Tuhan menciptakan manusia. Manusia yang hidup di dunia ini tidak lepas dari peran Tuhan dalam menciptakan manusia.  Dalam proses dan hasil  ciptaannya, tentu Tuhan memiliki unsur kesengajaannya dalam menciptakan manusia. Suatu alasan dimana manusia harus tunduk atas alasan Tuhan menciptakan manusia.

Jika kita kaji dalam beberapa agama, mungkin tujuan Tuhan menciptakan manusia jelas berbeda-beda. Hal ini tergantung dari kepercayaan masing-masing orang berdasarkan agama yang dianutnya. Orang yang beragama islam dalam meninjau tujuan hidup manusia, tentu melihat perspektifnya dari pedoman agamanya. Seperti yang kita tahu bahwa pedoman hidup umat muslim yaitu Kitab suci Al-Qur'an.

Baca juga: Sejarah dan Perkembangan Filsafat Barat

Di dalam salah satu ayat Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

"Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku". (QS. Adz Dzariyat: 56).

Jika kita tinjau dari ayat tersebut, sudah jelas bahwa manusia dala hidup ini semata-mata hanyalah untuk beribadah kepada Tuhan karena seperti yang sudah saya jelaskan diatas bahwa tujuan hidup manusia seharusnya sama dengan tujuan Tuhan menciptakan Manusia.

Ibadah tentu banyak bentuknya, ibadah disini memiliki arti yang sangat luas yang mencakup banyak aspek dalam kehidupan. Tetapi di dalam kehidupan dunia saat ini, faktanya banyak manusia yang justru tidak beribadah kepada penciptanya. Mereka tidak mengamalkan apa yang diperintah Tuhan dan mereka tidak menjauhi apa yang dilarang oleh Tuhan.

Hal ini berarti ada suatu kekeliruan manusia dalam memahami hakikat hidupnya dalam menentukan suatu tujuan hidup. Jika memang benar tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Tuhan, namun dilihat dalam keadaan faktanya  justru banyak manusia yang tidak beribadah kepada Tuhan, apakah hal ini berarti tujuan Tuhan menciptakan manusia bisa dikatakan "gagal"?

Baca juga: Voltaire dan Perkembangan Filsafat Renaisans

Pertanyaan seperti ini merupakan salah satu hal yang sering saya tanyakan dalam benak pikiran otak saya dan salah satu hal yang sering saya tanyakan kepada orang-orang mengenai tujuan hidup manusia. Supaya manusia tunduk kepada Tuhan dan beribadah kepadanya, lantas mengapa Tuhan justru menciptakan manusia dengan memberinya akal dan hawa nafsu? Bukankah dengan memberikan akal dan hawa nafsu kepada manusia hanya akan mengakibatkan manusia mempunyai kebebasan dalam bertindak?

Kebebasan dalam bertindak inilah yang akan menimbulkan manusia dalam melanggar tujuan tuhan menciptakan manusia. Dari hal tersebut, terjadi suatu kontradiksi antara tujuan Tuhan menciptakan manusia dengan hasil manusia yang diciptakan Tuhan.

Kritis dalam agama merupakan sesuatu hal yang wajar dalam proses mencari kebenaran. Mempertanyakan kepada banyaknya orang merupakan bagian dari proses mencari kebenaran. Oleh karena itu, saya berharap orang-orang pun harus mulai memikiran dirinya sendiri, dan dapat mendapatkan sebuah jawaban yang memuaskan atas sebuah pertanyaaan yang ada di dalam kepalanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun