Pendidikan ditengah pandemi Covid-19 membuat perubahan dalam banyak hal. Kegiatan yang biasa dilakukan tanpa perantara seperti pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berlangsung dengan tatap muka, sekarang harus melalui perantara seperti pemanfaatan teknologi. Para pengajar untuk harus memanfaatkan sebaik mungkin teknologi salah satunya sosial media.
Hal ini adalah akibat penerapan physical distancing. Pandemi Covid-19 ini sudah berlangsung dari bulan Maret 2020 hingga saat ini belum juga mereda. Banyak masyarakat yang mempertanyakan kapan pandemi ini mulai melandai? Terlebih lagi beberapa negara lain sudah memperlonggar protokol kesehatan.
Terdapat wacana untuk pembukaan sekolah tatap muka secara terbatas, namun wacana tersebut diundur. Dikarenakan penerapan PPKM Darurat Jawa-Bali yang diberlakukan mulai 3-20 Juli 2021. Pemberlakuan ini dilalukan bertujuan untuk menekan lalu penularan Covid-19 yang semakin masif terlebih dengan munculnya varian Covid Delta. Dari hal tersebutlah banyak hal yang berubah di dalam dunia pendidikan.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
Pandemi Covid-19 bukan menjadi halangan untuk kita mencari ilmu. Kegiatan belajar mengajar harus tetap berjalan walaupun adanya pandemi Covid-19, salah satunya adalah metode Pembelajaran Jarak Jauh.
Melalui metode ini belajar dilakukan dengan tidak bertemu secara langsung. Berdasarkan Undang-Undang Perguruan Tinggi nomer 12 tahun 2012, pasal 31 tentang Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menjelaskan bahwa PJJ merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi.
Dari penjelasan tersebut, dapat kita ketahui bahwa sebenarnya Pembelajaran Jarak Jauh ada jauh sebelum adanya Covid-19. Metode ini mulai dikembangkan dari tahun 2012 dalam upaya pemanfaatan teknologi dalam bidang pendidikan. Namun Pembelajaran Jarak Jauh ketika itu sangatlah terbatas.
Mulai tahun 2020 PJJ masif dilakukan. Media yang digunakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar pun sangat beragam. Mulai dari aplikasi online meet seperti Zoom, Google Meet, Microsoft Team, Skype. Ada juga dengan pemanfaatan sosial media untuk penyampaian materi melalui Youtube, Instagram ,Facebook, WhatsApp, Telegram dan lain sebagainya.
Namun jaringan internet di Indonesia yang tidak merata menjadi masalah tersendiri ketika jalannya PJJ. Tak hanya siswa, pengajar pun merasakan masalah yang sama. Banyak yang mengeluhkan dengan jaringan internet yang kurang memadai itulah membuat pemahaman materi siswa terhambat.
Pemerintah mengupayakan dengan melalukan pemerataan jaringan yang dilakukan secara bertahap. Dari 83.218 desa yang ada di Indonesia, masih ada 12.548 desa yang belum mendapatkan akses internet yang memadai, termasuk akses 4G. Sinyal 4G dinilai penting untuk kegiatan PJJ terutama di wilayah 3T atau wilayah non-3T tapi belum ada sinyal 4G tersebut. Kominfo mengklaim perencanaan pemerataan jaringan di Indonesia dapat dilakukan sekitar 2032 bahkan akan dipercepat hingga tahun 2022. Dengan ratanya jaringan di Indonesia akan berpengaruh tak hanya disektor pendidkan tetapi disektor lainya akan lebih mudah dan cepat.
Penyesuaian Kurikulum
Lembaga pendidikan berupaya menyiapkan bahan ajar melalui aplikasi yang akan digunakan untuk pembelajaran daring dan menyederhanakan capaian belajar ditengah pandemi Covid-19, hal dilakukan agar para siswa tidak terbebani dengan terlalu banyak kompetensi dasar.
Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pengertian Kurikulum adalah "Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu." Kurikulum yang digunakan tetep mengunakan K-13 namun ada beberapa pemangkasan materi.
Beberapa contoh penyederhanaan kurikulum antara lain adalah, untuk mata belajar Bahasa Indonesia kelas I SD, KD dikurangi sebanyak 45 persen. Sementara untuk kelas II SD dikurangi 40 persen.
Untuk jenjang menengah, kelas VII SMP KD dikurangi sebanyak 56 persen, dan kelas X SMA KD dikurangi sebanyak 61 persen. Penyesuaian kurikulum ini menjadi upaya Kemendikbud dalam pelaksaan Pembelajaran Jarak Jauh di tengah pandemi Covid-19. Dengan pemahaman materi yang terbatas diharapkan para siswa tetap memenuhi target capaian belajar selama satu semester.
Menurunnya Semangat Belajar Siswa
Karena kurang terpantaunya siswa dalam menjalani PJJ ini membuat siswa seakan-akan bebas bermalas-malasan. Solusi untuk meningkatkan semangat belajar siswa adalah dengan membuat suasana belajar yang asik dan menarik. Pengawasan orang tua juga berperan penting untuk menambah motivasi anak untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Henry (2020) bahwa dengan bantuan pengawasan orangtua dengan baik maka siswa dapat mengikuti pelajaran dan termotivasi dalam belajar.
Penutup
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dunia pendidikan di masa pandemi Covid-19 mengalami perubahan. Pembelajaran yang semula dilakukan dengan tatap muka sekarang harus melalui daring. Dari perubahan ini memberikan dampak pada pengajar dan siswa. Pengajar diharapakan untuk dapat menyesuaikan perubahan kurikulum dan memanfaatkan teknologi dengan sebaik mungkin. Para siswa juga dapat untuk tetap semangat dalam belajar.
Penulis : Fahmi Ramadhani Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H