Mohon tunggu...
Aziz Fahmi Hidayat
Aziz Fahmi Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Santri Nusantara

My Life, My Rule, My Decision

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tuhan Tidak Menciptakan Tanah Baru

14 Juli 2016   14:17 Diperbarui: 14 Juli 2016   14:23 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal hebat dari reklamasi Hong Kong yang harus diikuti oleh Indonesia adalah cara mereka turut membangun aktivitas perekonomian dan perkotaan sehingga tidak merecoki kegiatan yang berlangsung di tanah sesungguhnya daratan. Kegiatan ekonomi yang dimaksud adalah membangun peradaban aktivitas sosial, ekonomi hingga kehidupan bagi masyarakat yang membutuhkan tempat tinggal, pendapatan serta hiburan yang memadai.

Pada akhirnya Hong Kong termaktub tidak pernah berhenti melakukan reklamasi dari zaman ke zaman. Namun satu hal yang pasti, hampir tidak pernah dijumpai kerikil-kerikil penghambat metode ini karena di sisi lain pemerintah Hong Kong sendiri senantiasa mengimbanginya dengan pembangunan infrastruktur serta mengakomodir pertumbuhan penduduk dan mampu membangkitkan sektor ekonomi dan pariwisata.

Reklamasi Negeri Tetangga

Adalah Singapura Negara tetangga dekat Indonesia yang juga melakukan upaya serupa dengan Hong Kong dalam membangun negaranya. Bahkan bangsa serumpun melayu itu pun sudah memulainya sejak 40 tahun silam dan dipredikisi baru akan berakhir 14 tahun ke depan dari sekarang.

Dicanangkan oleh tokoh revolusioner Singapura yang juga Perdana Menteri pertama Lee Kuan Yew pada 1976, Singapura perlahan menata tata letak dan pembangunan kotanya dengan sistem reklamasi yang apik. Dalam sebuah laman disebutkan jika Singapura menggunakan teknologi canggih dalam melakukan reklamasi sehingga tidak menyebabkan dampak di negara tersebut. Padahal, sebelum memulai reklamasi, wilayah Singapura justru mengalami banjir layaknya Jakarta.


 Dilanjutkan, sistem drainase di Singapura sudah sangat mapan yang merupakan hasil sinergi pemerintah dengan proyek reklamasi pengembang. Proyek reklamasi yang dipusatkan di pantai barat dan timur itu disebut-sebut menghabiskan kurang lebih 8 miliar kubik pasir yang bisa menambah kuantitas wilayah Negara tersebut hingga 260 km persegi.

Hasilnya, luas singapura yang tak lebih besar dari Indonesia melonjak dari 633 km persegi pada 1991 menjadi sekitar 716 km persegi pada saat ini. Selain itu, Singapura juga piawai mengatur sistem drainase sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar.

Namun yang menjadi perhatian serius dari semangat Singapura melakukan reklamasi adalah dampaknya terhadap Indonesia. Terutama soal kabar pasir yang digunakan untuk menguruk pantai-pantai di Singapura berasal dari Indonesia yang disinyalir mencapai 8 miliar kubik. Akibatnya bisa dilihat sekarang jika banyak terjadinya abrasi terutama di pulau-pulau yang berbatasan dengan Singapura.

Pelajaran dari Singapura: Ambil teknologi reklamasinya, hindari mengambil pasir atau tanah urukannya dari tetangga sebelah.

Jalan itu bernama Reklamasi

Kalau boleh menyebut satu negara yang sukses menerapkan skema reklamasi dalam membangun serta mengembangkan wilayahnya tentunya Belandah lah namanya. Negara penghasil Bunga Tulip terbesar di dunia ini dinilai cukup berhasil mengaplikasikan gaya reklamasi disana yang terjadi di hampir sebagian besar wilayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun