Mohon tunggu...
Fahmi Nouval Dzulfikri
Fahmi Nouval Dzulfikri Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

Seorang penikmat dan pencipta musik yang memiliki ketertarikan dibidang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Degradasi Komunikasi Interpersonal di Era Sensasional

22 September 2023   20:31 Diperbarui: 22 September 2023   20:33 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/photos/domba-mengembik-komunikasi-2372148/

Suatu hari gw berdiskusi dengan beberapa teman yang jarak usianya terpaut lumayan jauh dengan gw, dimana kita berdiskusi mengenai tugas akhir yang mau teman gw hadapi sebentar lagi.

Diskusi nggak jauh-jauh dari pembahasan cara nyari judul, cara nulis latar belakang, cara ngambil data, dll. Singkat cerita, mereka ini udah nemuin judul buat penelitiannya. Nah, karena posisinya mereka dapetin itu judul masih agak siang dan di jam istirahat kerja pula, gw menyarankan buat chat calon dosen pembimbingnya (dosbing).

Serentak mereka ambil hpnya masing-masing, tapi ketika mereka udah pegang itu hp, bukan cepet-cepet buka WA dan chat itu calon dosbing nya. Mereka cuma liat hp nya dan dari raut wajahnya keliatan bingung, sampai ada salah satu mereka yang "mungkin'"memberanikan diri buat nanya.

"Mas, cara chat dosbing nya, gimana ya ?"

Reflek gw jawab dengan 

"Waduhhh" sambil ketawa kecil,

Gw melanjutkan dengan pertanyaan sama teman gw ini, 

"Lu kalo janjian atau chat dosen, gimana biasanya ??"

"Biasa aja si, mas" Jawab teman gw, yang dilanjutkan dengan memberikan HPnya buat nunjukin chat antara dia sama dosennya.

"Nih kayak gini, Mas" ucap temen gw sambil memperlihatkan chatnya dia sama dosennya.

Gw mengernyitkan dahi pas liat cara chat nya dia sama dosennya, isi chatnya kurang lebih kayak gini

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Setelah gw baca, gw memberikan satu pertanyaan sama teman gw ini,

"kalo kata lu, kata-katanya baik ngga kalo ditujukan ke dosen lu kalo kayak gini ?"  tanya gw.

Teman gw diam sejenak sambil baca chatnya, lalu dia menatap kerah gw sambil jawab,

"Gak tau, Mas" jawabnya sambil ketawa kecil.

https://pixabay.com/id/photos/media-media-sosial-aplikasi-998990/
https://pixabay.com/id/photos/media-media-sosial-aplikasi-998990/

Sebuah jawaban yang membuat gw kaget saat itu, tapi satu sisi gw merasa dejavu, karena sebenarnya gw pun menemukan orang-orang yang serupa juga, 

Dimana ketika seseorang itu dihadapkan dengan *komunikasi interpersonal atau komunikasi dengan orang lain yang mana orang lain tersebut entah usianya lebih tua atau lebih muda, orang yang baru dia temui atau jarang dia temui,

Mereka bingung, bagaimana cara untuk memulai sebuah komunikasi itu seperti apa, bahkan ada yang belum bisa membedakan mana komunikasi yang baik atau "sopan" dan mana yang tidak.

Dari sini gw mempunyai pertanyaan, apakah generasi hari ini mengalami sebuah degradasi dari sisi komunikasi ? yang mana dalam hal ini adalah komunikasi interpersonal dan, apakah dengan perkembangan teknologi hari ini, adalah sebuah faktor yang mempengaruhi hal tersebut ?.

Seiring dengan teknologi yang semakin maju, peradaban pada akhirnya terpengaruh karena arus yang cepat dari kemajuan ini. Nggak sedikit kok, hal-hal yang terpengaruh akibat arus deras yang dihasilkan dari kemajuan teknologi ini, salah satunya komunikasi.

Oke, kita liat realitanya.

Ini pasti kita rasain, dimana kalo lagi ngopi sama temen atau pergi bareng temen, coba deh, seberapa sering kita liat mata temen yang ada didepan kita kalo lagi ngobrol sih ? atau mata kita lebih banyak liat kemana, apakah ke mata temen kita atau ke layar hp ??

Pengalaman kayak ginilah yang awalnya aneh tiba-tiba menjadi lumrah, karena kita sering menjumpai fenomena yang kayak gini. Sampe ada beberapa teman gw yang harus buat kesepakatan dulu, kalo nongkrong HPnya diharus dalam kondisi mati atau minimal silent. ini yang pada akhirnya membuat gw resah, kalo hal sederhana kayak ngobrol tanpa ngeliat HP adalah hal yang sangat mahal sampe-sampe harus seperti itu (membuat kesepakatan). 

Dari sinilah gw menduga, kalo ternyata banyak anak-anak sekarang yang memilih untuk menyendiri daripada bersosialisasi. 

Ya, gimana nggak. Coba kita tarik lebih jauh deh, kebutuhan manusia ini apa sih selain makan, minum dan bernafas. ada 3 hal yang manusia butuhin, yaitu kesehatan, finansial yang cukup dan eksistensi. Yap, eksistensi, dimana manusia butuh sebuah validasi kalo mereka ini ada dan mereka ini dibutuhkan oleh manusia lainnya atau bahasa sederhananya, manusia itu merasa dianggap.

Hal inilah yang jadi hipotesis gw, bahwa generasi sekarang lebih menikmati kesendiriannya dan memilih media sosial untuk mengekspresikan diri mereka karena mereka merasa dianggap dan eksis, yang akhirnya mereka berlomba untuk gimana caranya agar setiap apapun yang mereka posting di media sosialnya, menjadi sebuah sensasi alias viral, karena bagi mereka, mengukur tingkat seseorang menganggap mereka ada itu sangatlah mudah, cukup dilihat dari jumlah like postingan aja, itu jadi sebuah kebahagiaan buat mereka.

Namun akibatnya, yang pertama mereka menjadi asing terhadap dunia realitanya, yang mana menuntut mereka untuk bersosialisasi dengan orang lain, karena mereka menganggap bahwa orang lain ini "nggak asyik"

Padahal, realita sosial memang seperti ini, pastilah yang namanya *manusia, memiliki kepribadian dan prespektif yang berbeda. Ada yang setuju dan ada yang nggak, ada yang paham sama lu dan ada yang enggak

Beda hal nya dengan sosial media, mereka menganggap orang di media sosial ini asyik, padahal media sosial sudah  menjadi ekstasi bagi dirinya, karena algoritma media sosial selalu menampilkan hal-hal yang dia sukai saja sehingga lama kelamaan menjadi *candu buat dirinya.  

Akibat yang kedua adalah, kemunduran dalam berkomunikasi dengan orang lain, gw inget pelajaran SD disekolah yang mengajarkan bahasa dan kata-kata apa yang digunakan untuk orang yang umurnya dibawah kita, sebaya dengan kita dan yang lebih tua dari kita.

Gw selalu inget dan masih gw terapkan dalam berkehidupan sehari-hari, karena gw selalu memakainya dari waktu kecil sampai sekarang. Kenapa gw masih inget, ya karena kata-kata gw pakai bahasa dan kata-kata itu secara berulang-ulang kali sampai akhirnya menjadi *kebiasaan.

Nah, permasalahannya untuk generasi sekarang adalah, bagaimana mereka akan ingat, kalau mereka jarang atau bahkan tidak pernah mengucapkan atau menggunakan kata-kata yang dinilai menjadi kata-kata sopan tersebut, 

Yang pada akhirnya, komunikasi generasi sekarang bahkan sebelumnya, secara sadar atau tidak sadar terjadi kemunduran. 

Akhirnya, generasi sekarang bingung bagaimana cara bersosialisasi yang mana mengharuskan mereka untuk berkomunikasi secara interpesonal bahkan mereka generasi sekarang ini bingung, bagaimana memilih dan memilah kata-kata atau bahasa yang harus digunakan untuk orang yang umurnya dibawah, sebaya dan lebih tua,

Yang mana mau tidak mau suka dan tidak suka, kecepatan arus informasi yang disajikan oleh teknologilah yang menjadi salah satu faktor pengaruhnya

Referensi :

Pace, R. Wayne. 1973. Communicating Interpersonally: A Reader. English:  Merrill Pub Co 

Nouriel, Roubini. 2022. MegaThreats: Ten Dangerous Trends That Imperil Our Future, And How to Survive Them. English: Little, Brown and Company

Naisaban, Ladislaus. 1958. Psikologi Jung : tipe kepribadian manusia dan rahasia sukses dalam hidup (tipe kebijaksanaan Jung). Jakarta: Grasindo, 2003,2005 

Andreassen, Cecillie Schou. 2015. Online Social Network Site Addiction: A Comprehensive Review. Springer International Publishing AG 2015

Djaali, H. 1955. Psikologi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara ; 2008

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun