Tepat hari ini , 15 hari menuju awal memasuki bulan Muharram 1437 H, menjadi refleksi kita bersama setelah musibah datang silih berganti baik di skala nasional maupun global. Dimana lebih dari sebulan sudah kebakaran di hutan Sumatera dan hutan Kalimantan yang diakibatkan oleh ulah para pengusaha – pengusaha untuk membuka lahan baru. Akibat musibah skala nasional ini , negara tetangga pun ikut merasakan “sumbangan” asap yang menganggu kesehatan. Tepat besok, menjadi satu minggu tragedi di Mina menjadi isu internasional yang hangat untuk diperbincangkan di tengah – tengah masyarakat global. Menjadi pro kontra ketika pemerintah Arab Saudi menjadi sasaran pemberitaan utama akibat kelalaian dalam pengelolaan haji tahun ini. Tentunya dalam hal ini menjadi langkah kita bersama dalam menentukan solusi yang mengandung kemaslahatan bersama. Tidak serta merta kita sebagai umat muslim saling menyalahkan satu sama lain akibat bencana – bencana yang datang silih berganti di awal tahun 1437 hijriyah ini.
Rasulullah dalam hadistnya bersabda : “Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling mencurangi, janganlah saling membenci, janganlah saling membelakangi dan janganlah sebagian kalian menjual atas penjualan sebagian yang lainnya. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara! Seorang muslim adalah bersaudara, janganlah mendhaliminya, merendahkannya dan janganlah mengejeknya! Takwa ada di sini -beliau menunjuk ke dadanya tiga kali-. Cukup dikatakan jelek seorang muslim, jika ia menghinakan saudaranya muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya haram darahnya, harta dan kehormatannya.” (HR. Muslim).
Dalam kaitan hadist ini Rasulullah berusaha mengingatkan kita semua akan pentingnya untuk saling menjaga ukhuwah sesama saudara muslim dan menjaga diri dari saling menyalahkan sesama. Karena bahaya akan ketidak kompakan sesama saudara muslim dan saling menyalahkan satu sama lain. Bahkan Allah memperingatkan kita dalam firman – Nya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, oleh karena itu damaikanlah antara kedua saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian mendapat rahmat.” (QS. Al – Hujurat : 10).
Akhir – akhir ini akibat dari kebiasaan buruk yang ada di sekitar kita , membuat perkembangan moral masyarakat menjadi semakin buruk. Sebagaimana kita ketahui telah mewabah di masyarakat kaum muslimin, upaya untuk menyelesaikan pertikaian dan perbedaan (ikhtilaf) dengan pengerahan massa. Namun yang ada justru malah memprovokasi kelompoknya untuk menyerang pada kelompok lain yang dianggap berbeda, sehingga terjadilah bakar-membakar, serang-menyerang atau akhlaq barbarian lainnya yang menimbulkan korban harta dan nyawa.
Apa yang mereka pahami dari hadits-hadits di atas ? Bukankah Allah sudah memerintahkan seluruh ummat muslim untuk saling rukun dan tidak saling menyalahkan agar Rahmat Allah senantiasa turun di muka bumi ini ? Apakah masyarakat muslim sudah mendustakannya ?
Bahkan diantara negara – negara yang bertetangga pun seringkali terjadi friksi (baca : konflik) akibat gesekan – gesekan masalah yang terjadi. Hal ini tentunya akan menimbulkan ketidakharmonisan diantara kedua negara tersebut. Salah satu contoh konkret yang baru saja terjadi adalah ketegangan antara Arab Saudi dan Iran. Dimana banyak korban bergelimpangan meninggal dalam tragedi Mina. Hampir sebagian besar jamaah haji yang meninggal didominasi dari Iran. Akibat persitiwa tragedi tersebut , kedua negara saling tuding lempar tanggung jawab. Hal ini bisa menjadi salah satu pelajaran berharga bagi kita semua, dimana perlunya saling menghargai dan menahan diri demi terciptanya suasana kemaslahatan dan hubungan harmonisasi diantara hubungan kedua negara. Perlunya penyelesaian masalah secara bersama – sama dengan adil agar menciptakan solusi yang terbaik. Selain itu Ketegangan akibat asap kebakaran lahan hutan antara Indonesia dan Singapura, yang sangat menganggu aktivitas – aktivitas sehari – hari negara tersebut.
Pererat Ukhuwah Islamiyah
Sehingga perlu langkah cepat dalam mempererat ukhuwah di antara saudara muslim dengan sebuah nasehat tentang ukhuwah islamiyah. Kita katakan: justru karena kita bersaudara, kita harus saling mengingatkan mana yang benar dan mana yang salah. Karena seluruh kaum muslimin berharap jelasnya kebenaran dan kebatilan, sebagaimana Allah telah berfirman dalam : “Agar Allah menetapkan yang hak adalah haq dan membatalkan yang batil walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak menyukainya” (Al – Anfaal : 8).
Oleh karena itu, mengingatkan yang lupa dan memperbaiki yang salah jika diiringi dengan bukti-bukti dan dalil-dalil secara ilmiyah, justru akan mempererat ukhuwah islamiyah. Karena sudah merupakan kodrat manusia untuk berbuat salah dan lupa. Untuk itu harus ada di tengah mereka saling nasehat-menasehati dengan kebenaran dan kesabaran. Sebagaimana Allah berfirman dalam : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat- menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (al-'Ashr: 1-3).
Nasehat-menasehati tersebut harus dilatarbelakangi oleh rasa kasih sayang dan ukhuwah islamiyah. Agar segala sesuatu yang terkandung dalam nasehat – nasehat ukhuwah bisa diterima dengan baik. Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan cinta yang paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari perasaan hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan Al-Qur’an menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai siksaan yang dijatuhkan Allah atas orang - orang yang kufur terhadap risalah-Nya dan menyimpang dari ayat-ayat-Nya. Allah sudah memperingatkan kita dalam firman – Nya : “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya,”(QS Al Qalam 68: 10-13)
Memang salah satu kunci kesuksesan kita dalam mempererat ukhuwah islamiyah selain itu adalah perlunya saling tafahum dan ta’awun dalam diri masing – masing dalam memandang suatu masalah yang datang baik itu silih berganti maupun secara bersamaan. Karena dengan saling memahami dan membantu dalam menyelesaikan persoalan masalah akan menjadi sebuah pahala yang tak ternilai harganya di hadapan Allah SWT. Semoga dengan saling memahami, saling bertukar fikiran , saling mengalah dalam menghadapi sebuah masalah akan menjadikan diri kita semua menjadi pribadi yang sabar, ikhlas, dan bijaksana dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dalam setiap kehidupan yang kta jalani, baik itu skala kecil maupun skala besar. Wallahua’lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H