Kurang pas kiranya apabila terlalu banyak penjual makanan di berbagai sudut Kebun Binatang. Jumlah pedagang eceran menurut saya terlalu banyak. Mungkin bisa menerapkan kebijakan pembatasan jumlah pedagang seperti yang dilakukan oleh Kebun Raya Bogor, sehingga keasrian dan keindahan tempat bisa tetap terjaga. Kalaupun, KB Rangunan ditujukan sebagai tempat wisata untuk kalangan masyarakat kebanyakan, namun menurut saya kebersihan, kenyamanan dan ketertiban tetap harus diutamakan.
Kebun Raya Rangunan mungkin dapat dijadikan percontohan bagi taman kota di Jakarta. Sebagai tempat berkumpul, berolahraga dan melestarikan flora khas tropis. Hal ini, selaras dengan kebijakan Gubernur DKI untuk terus mempertahankan dan menambah jumlah taman sebagai paru-paru ibukota.
Sekiranya masih ingin dipertahankan, tidak ada jalan jalan, kecuali dengan peningkatan profesionalisme pengelolaan. Bangga rasanya apabila Rangunan bisa menjadi tempat tujuan wisatawan asing, seperti Kebun Binatang Singapura atau Taronga Zoo di Sydney. Sebagai salah satu negara dengan kenakeragaman hayati terbesar di dunia, lumrah rasanya apabila kita mempunyai kebun binatang dengan kualitas internasional.
Salah satu hal sederhaana adalah dengan menciptakan mascot yang mudah untuk dikenal, seperti Koala dan Kangguru di Australia dimana pengunjung dapat mudah berinteraksi dan mengabadikan momen bersama dengan sang maskot.
Saya yakin, meski harga naik, namun jumlah pengunjung tidak akan menurun. Dengan peningkatan kualitas, citra KB Rangunan akan semakin baik dan dapat menarik pengunjung dari berbagai kalangan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H