tanaman obat tradisional. Salah satu tanaman yang menarik perhatian adalah keladi tikus (Typhonium flagelliforme), yang telah dikenal memiliki sifat anti-kanker yang menjanjikan.Â
Dalam upaya mencari solusi baru dalam pengobatan kanker, para periset terus memfokuskan perhatian mereka padaDalam beberapa tahun terakhir, penelitian intensif telah dilakukan untuk meningkatkan keragaman keladi tikus, karena meningkatnya keragaman genetik dapat memberikan manfaat signifikan dalam pengembangan tanaman ini sebagai obat anti-kanker.
Keladi tikus adalah tanaman yang tumbuh liar di berbagai wilayah di Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Malaysia. Selama bertahun-tahun, keladi tikus telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit, termasuk kanker. Kandungan senyawa aktif dalam keladi tikus, seperti polifenol, alkaloid, dan flavonoid, telah menarik perhatian ilmuwan sebagai potensi agen anti-kanker.
Penelitian laboratorium dan praklinis telah menunjukkan bahwa ekstrak keladi tikus memiliki aktivitas antitumor yang signifikan. Senyawa-senyawa dalam tanaman ini diyakini memiliki efek anti-inflamasi, antioksidan, dan anti-angiogenesis, yang semuanya dapat berkontribusi pada penghambatan pertumbuhan sel kanker.
Pada tahun 2023 ini, periset BRIN berupaya mengungkap keragaman keladi tikus sebagai tanaman berpotensi anti-kanker. Sebagaimana diketahui selama ini pengembangan keladi tikus dilakukan secara konvensional dengan perkembangbiakan vegetatif yang menyebabkan rendahnya variasi genetik.Â
Dibutuhkan banyak variasi untuk menghasilkan klon unggul, salah satunya dengan metode perbanyakan mutasi induksi kolkisin. Kolkisin adalah zat kimia yang dapat digunakan untuk memicu perubahan kromosom pada tanaman.
Perlakuan induksi kolkisin pada tanaman keladi tikus dilakukan untuk menghasilkan individu dengan jumlah kromosom ganda (poliploid) untuk menghasilkan tanaman dengan karakteristik unggul.Â
Metode ini dapat digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik dan karakteristik tanaman terutama karakter kandungan senyawa metabolit sekunder dengan aktivitas anti-kanker.
Menurut Gemilang Rahmadara, periset Pusat Riset Rekayasa Genetika BRIN, selama ini induksi dengan kolkisin telah berhasil dilakukan dan telah mendapatkan klon unggul pada tanaman Siomak, Porang, dan Dendrobium.
"Begitu juga harapan yang sama perlakuan induksi kolkisin pada tanaman keladi tikus diharapkan mampu meningkatkan keragaman genetik tanaman dan menghasilkan klon unggul yang berpotensi sebagai bahan baku anti-kanker", ujarnya.
Aktivitas Riset Tanaman Keladi Tikus
Selama periode Januari -- Maret 2023 telah dilakukan kegiatan eksplorasi dan sterilisasi tanaman keladi tikus. Telah terpilih 2 aksesi tanaman dengan vigor baik dari koleksi tanaman yang ada yaitu aksesi Serpong dan Balik Papan.
Tanaman terpilih disterilisasi sebagai langkah awal dalam kultur in vitro. Eksplan yang digunakan adalah umbi keladi tikus (gambar 1). Setelah disterilisasi kemudian ditanam dan diamati tingkat kontaminasi dan pertumbuhannya (gambar 2).
Kegiatan multiplikasi eksplan dilakukan di periode April -- Juni 2023. Eksplan steril dari medium inisiasi disubkultur pada medium multiplikasi. Media multiplikasi menggunakan medium dasar MS0 dan MS0 yang diperkaya dengan sukrosa dan penambahan zat pengatur tumbuh berupa BAP dan TDZ dengan konsentrasi yang bervariasi. Hasil pengamatan menunjukkan anakan paling banyak diperoleh dengan penggunaan BAP konsentrasi 1, yaitu sebanyak 6-10 anakan (Gambar 3).
Pada periode Juli -- September 2023 telah dilakukan kegiatan percobaan induksi kalus keladi tikus menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah jenis eksplan berupa daun, batang atas dan batang bawah.Â
Faktor kedua adalah konsentrasi ZPT kinetin dengan 4 taraf, yaitu 0, 0.1, 0.2 dan 0.3 ppm. Eksplan diinkubasi pada suhu 28C dalam kondisi gelap dan diamati setiap minggu hingga minggu kedelapan.Â
Kalus terbaik muncul pada bagian batang bawah (Gambar 4). Kalus yang terbentuk kemudian disubkultur ke media regenerasi, kemudian diamati fase pertumbuhannya mulai dari globular, hati, torpedo dan kotiledon menggunakan mikroskop Olympus SZX12 (Gambar 5).Â
Â
Gemilang juga menuturkan, rencananya kalus embriogenik keladi tikus yang telah beregenerasi menjadi planlet disubkultur ke media MSO hingga diperoleh mutan putatif tanaman keladi tikus MV3 yang memiliki keragaman karakter kandungan metabolit sekunder.
"Akhir dari proses subkultur ke media MSO sangat dimungkinkan didapatkan klon unggul tanaman keladi tikus berupa kandungan senyawa metabolit sekunder dengan aktivitas anti-kanker yang tinggi", pungkasnya.
Peningkatan keragaman genetik keladi tikus adalah langkah penting dalam pengembangan tanaman ini sebagai agen anti-kanker yang efektif. Harapan kita adalah bahwa melalui upaya ini, tanaman Keladi Tikus dapat menjadi salah satu solusi alami yang dapat memberikan kontribusi besar dalam perang melawan penyakit mematikan ini. (fh)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H