Â
Halo kawan-kawan. Gimana kabarnya? Semoga tetap diberikan kesehatan dan kelancaran dalam menjalani kehidupan yang berat ini hehe. Kembali lagi dalam kisah petualangan saya. Jika dalam petualangan saya sebelumnya penuh akan wawasan dan pengetahuan, kali ini mungkin akan sedikit berbeda. Petualangan yang bisa saja membuat kita sedikit merenung memikirkan keadaan kita sendiri.Sebelum masuk ke kisah petualangan saya, mari kita berpikir sejenak. Apakah kehidupan yang sedang kita jalani ini sudah benar? Apakah tidak ada kesalahan dalam menjalani kehidupan ini? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin akan keluar setelah kawan-kawan semua sudah membaca tulisan saya saat ini.
Berbicara tentang kehidupan, setiap orang pasti memiliki jalan cerita kehidupannya masing-masing. Setiap orang memiliki takdir yang berbeda-beda. Tidak ada yang bisa memilih takdirnya. Andai saja bisa memilih mungkin saya akan memilih untuk lahir sebagai anak presiden. Atau bisa juga lahir sebagai anak dari orang paling kaya di dunia. Jika saja bisa seperti itu mungkin kehidupan di dunia akan terasa monoton atau hambar. Jika diibaratkan lukisan, hanya ada satu warna  yang jika dilihat tidak akan bisa membuat kita kagum.
Petualangan kali ini saya mencoba untuk lebih bisa mendapatkan pelajaran hidup yang dapat saya jadikan motivasi untuk menjalani kehidupan saya mendatang. Saya bersama teman-teman saya berkeliling Kota Malang untuk mencari seseorang yang hidupnya bisa dibilang kurang beruntung. Setelah agak lama kami berkeliling kota, akhirnya kami melihat seorang bapak-bapak yang sudah cukup tua sedang istirahat di bawah pohon di sepanjang jalan Veteran Kota Malang. Beliau sedang duduk beristirahat dengan sebuah sepeda tua di sampingnya dan barang-barang rongsokan dari hasil yang beliau kumpulkan hari itu.
Kamipun akhirnya menghampiri beliau. Setelah kami menyapa beliau, kamipun mencoba untuk berbincang-bincang dengan beliau. Kami ingin mencoba untuk mencari pelajaran hidup sebanyak-banyaknya pada beliau pada kesempatan kali ini.
Bapak ini bernama Pak Sugito. Beliau merupakan orang asli Malang. Tempat tinggal beliau berada di Wagir. Mungkin sekitar 30 menitan jika ditempuh dari lokasi sekarang ini. Beliau tinggal bersama dengan anak dari kakak beliau dikarenakan kakak beliau sudah meninggal pada tahun lalu. Pak Sugito tidak memiliki keluarga dikarenakan beliau memang belum menikah hingga saat ini.
Pak Sugito setiap harinya bekerja mengumpulkan barang-barang-rongsokan seperti kardus-kardus bekas dan botol-botol minuman bekas yang nantinya beliau jual pada pengepul. Beliau berangkat dari tempat tinggalnya pada saat pagi hari di Wagir dan berkeliling Kota Malang untuk mengumpulkan barang rongsokan dan kembali pulang pada saat maghrib. Barang-barang rongsokan yang sudah berhasil beliau kumpulkan kemudian dijual pada pengepul dengan harga sekitar Rp.3000 hingga Rp.5000 per kilonya. Dan beliau dapat mengumpulkan kadang-kadang 3 kilo sampai 5 kilo dalam sehari. "Tidak menentu. Kadang dapat 3 kilo, kalau beruntung bisa dapat 5 kilo". Begitulah kata beliau.
"Alhamdulillah masih cukup buat memenuhi kebutuhan makan saya dan anak kakak saya sehari-hari". Tidak ada kata keluhan yang kami dengarkan dari beliau. Untuk makan sehari-hari sendiri, Pak Sugito terkadang membeli makanan yang sudah jadi dan terkadang beliau memasak sendiri untuk beliau dan juga anak kakaknya yang tinggal bersama beliau.
Keseharian seperti ini sudah beliau jalani selama 2 tahun terakhir. Beliau menuturkan bahwa sebelumnya pernah bekerja sebagai kuli bangunan. Namun karena panggilan untuk bekerja tidak menentu akhirnya beliau memutuskan untuk berhenti. Apalagi dengan kondisi pandemi sekarang ini membuat banyak orang akhirnya kehilangan pekerjaannya. Dan juga dengan kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia untuk menampun sumber daya manusia yang sudah sangat banyak jumlahnya.
"Kalau hujan gimana Pak?". Tanya salah satu teman saya. Dan beliaupun menjawab "Kalau hujan biasanya berteduh di bawah gapura. Kalau sudah terang saya lanjutkan lagi mengumpulkan kardus-kardus bekas". Dengan kondisi apapun beliau tetap bekerja. Karena jika beliau tidak berangkat, beliau tidak akan bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Setelah kami merasa cukup dengan perbincangan kami, kamipun berpamitan dengan beliau. Sebelum kami berpamitan, kami menyerahkan beberapa sembako sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup beliau beberapa hari kedepan. Tidak banyak, namun semoga saja dapat bermanfaat untuk Pak Sugito. Selepas berpamitan kamipun langsung kembali pulang karena kondisi memang sudah siang hari.
Begitulah petualangan saya kali ini bersama dengan beberapa teman saya. Saya berhasil mendapatkan banyak sekali pelajaran hidup dari beliau. Hidup seperti apapun harus kita syukuri tanpa harus ada kata mengeluh didalam menjalaninya. Takdir seperti apapun harus diterima dan dijalani dengan sungguh-sungguh. Dari petualangan kali ini saya lebih bisa mensyukuri kehidupan yang saya jalani. Saya masih diberikan keadaan yang lebih beruntung dibandingkan Pak Sugito.
Petualangan kali ini membuat saya semakin termotivasi dalam menjalani kehidupan dengan sungguh-sungguh. Seberapa beratnya kehidupan akan saya jalani dengan semangat. Karena saya sadar  bahwa jika saya hanya mengeluh maka tidak akan ada kemajuan yang terjadi dalam hidup saya. Tetaplah jalani kehidupan dengan sungguh-sungguh walau kemajuan yang didapat hanya sedikit. Setidaknya ada kemajuan daripada tidak ada sama sekali.
Mengeluh itu manusiawi. Namun jangan penuhi hidupmu dengan keluhan tanpa ada pergerakan apapun. Sama saja sia-sia. Tidak akan ada perubahan yang terjadi jika hidupmu hanya kau isi dengan keluhan. Boleh mengeluh namun sewajarnya saja. Selebihnya jalani dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Jangan sampai hidupmu begitu-begitu saja tanpa ada kemajuan apapun.
Sekian petualangan saya kali ini. Semoga ada manfaat yang dapat diambil dari kisah petualangan kali ini. Saya harap kalian semua dapat menjalani hidup dengan lebih semangat lagi. Sampai jumpa di petualangan berikutnya kawan-kawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H