Mohon tunggu...
Muhammad Afif Al Fahmi Asri
Muhammad Afif Al Fahmi Asri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aspiring Educator | Indonesian Language and Literature Student at UNP | Graphic Design & Poetry Enthusiast | Writer

Saya adalah Muhammad Afif Al Fahmi Asri, mahasiswa aktif di Universitas Negeri Padang jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sebagai individu yang terus berkembang, saya berfokus pada eksplorasi bidang sastra, desain grafis, dan penulisan kreatif, khususnya puisi. Ketertarikan saya pada seni dan sastra telah membawa saya untuk berkontribusi dalam berbagai proyek, mulai dari blogging, merancang media pembelajaran berbasis teknologi untuk materi cerpen, hingga menerbitkan antologi puisi berjudul Menghitung Sisa Hari. Pengalaman saya meliputi peran sebagai desainer grafis junior, blogger, dan peserta dalam program Kampus Mengajar, di mana saya dipercaya menjadi ketua kelompok. Saya juga telah berkompetisi dalam berbagai lomba sastra tingkat nasional dan internasional. Tak hanya itu, sejak SMA, saya juga aktif berkompetisi dalam olimpiade-olimpiade tingkat nasional. Dengan semangat terus belajar dan berbagi, saya berharap dapat memberi dampak positif di bidang sastra, pendidikan, dan desain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta, Keikhlasan, dan Pengorbanan dalam Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye

10 Desember 2024   11:54 Diperbarui: 6 Januari 2025   01:38 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Sumber: Gramedia)

Latar tempat dalam novel ini terbagi antara Indonesia dan Singapura. Di Indonesia, cerita berlangsung di rumah kardus Tania, bus metromini, dan toko buku favorit Danar. Latar tempat ini mencerminkan kehidupan sosial masyarakat marginal di Jakarta. Di Singapura, latar meliputi National University of Singapore (NUS), bandara Changi, dan toko buku besar, menyorot kehidupan modern yang kontras dengan masa lalu Tania.

Latar waktu bervariasi dari pagi, siang, sore, hingga malam, mendukung suasana yang berubah-ubah sesuai emosi yang dialami para tokoh. Ada suasana haru saat ibu Tania meninggal, suasana bahagia saat Tania meraih prestasi akademik, dan suasana melankolis saat Tania dan Danar mengingat masa lalu di bawah pohon linden.

Analisis Unsur Ekstrinsik

Novel ini sarat dengan nilai-nilai moral yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan moral terpenting adalah pentingnya keikhlasan dalam mencintai dan berbagi. Tania belajar bahwa cinta tidak selalu harus memiliki, tetapi memberi yang terbaik untuk kebahagiaan orang yang dicintai.

Kehidupan sosial yang ditampilkan dalam novel ini menggambarkan realitas kehidupan masyarakat kelas bawah yang harus berjuang demi kelangsungan hidup. Sikap saling menolong, seperti yang dilakukan Danar terhadap keluarga Tania, mencerminkan solidaritas sosial yang sering kali muncul dalam masyarakat Indonesia.

Budaya Indonesia tercermin dalam sikap hormat Tania terhadap ibunya, nilai gotong royong, dan penghormatan terhadap orang tua. Misalnya, Danar selalu mencium tangan ibu Tania sebagai bentuk penghormatan yang mendalam. Nilai-nilai budaya ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga tradisi dalam kehidupan modern.

Kesimpulan

Novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye bukan sekadar kisah cinta remaja yang penuh emosi, tetapi juga sebuah refleksi kehidupan yang penuh pelajaran. Dengan penceritaan yang sederhana namun kuat, Tere Liye mengajak pembaca untuk memahami bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai harapan, tetapi harus dijalani dengan ketulusan dan keikhlasan.

Kisah Tania dan Danar menjadi simbol perjuangan hidup yang tak pernah usai. Melalui cinta yang tulus dan pengorbanan tanpa syarat, mereka menunjukkan bahwa hati yang ikhlas akan menemukan kebahagiaan meskipun harus kehilangan. Novel ini mengajarkan bahwa cinta sejati tidak mengenal batas waktu dan ruang, seperti daun yang jatuh namun tetap menerima takdirnya tanpa membenci angin yang menerbangkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun