Sesampaiku di rumah nanti aku bertekad akan ke tempatku dulu bersekolah. Aku akan mencari emak dan harus bertemu. Akan kupinta khusus emak untuk mengajari murid-muridnya menjadi pewarah. Lebih baik banyak yang jadi pewarah daripada jadi seorang pemarah. Mungkin dengan menjadi pewarah makin banyak yang mengerti sopan santun, mengerti adat-istiadat daripada sekedar belajar menulis aksara, menari dan menyanyi. Lebih dari itu, aku tidak ingin lelaki paruh baya bersuara parau yang aku lihat dari balik kaca mobil adalah pewarah terakhir yang menyenandungkan berbagai kisah dari gunung.Â
Sedari malam aku sudah menyusun rencana matang. Sesudah mandi, sarapan dan berdandan aku pergi ke sekolah bersama beberapa kawan. Pasti nanti akan bertemu dengan guru-guru, juga wali kelasku dulu. Biar sajalah, akan bertemu siapapun aku sudah siap. Toh tidak ada larangan bagi alumni untuk bermain dan bersilaturahim ke sekolah untuk menemui guru-gurunya.
"Mau kemana lo?" Â Abangku bertanya seraya memandangku aneh.
"Ke sekolahlah." Â Jawabku singkat.
"Mau ketemu siapa, di sekolah emang ada orang?" Abangku seperti ingin mencecar dengan pertanyaan lanjutan.Â
"Ih aneh, namanya sekolah ya pasti ada oranglah." Â Sekenanya aku menjawab, sambil merapikan rambut.
"Coba liat kalender, yang pertama, ini hari apa, yang kedua, ini bulan berapa minggu ke berapa?" Â Abangku terus memaksa supaya aku memeriksa kalender.
"Ini hari Minggu Coy, terus sekolah juga masih libur akhir tahun. Mana ada guru yang ke sekolah." Â ...
Tak putus asa, aku hubungi kawan-kawanku di grup Kuriman alias kurus item manis. Grup khusus yang beranggota kawan sekelas yang bernasib sama, kurus, agak putih dan agak manis. Singkat cerita kami sepakat ke rumah emak nanti siang sehabis Duhur. Tak lupa sudah kusiapkan juga sedikit oleh-oleh untuk emak.
"Maafkan emak yang ikhlas ya Nak. Terima kasih sudah datang. Emak tadinya merasa kecapekan aja, tapi sekarang emak gak akan pernah kecapekan lagi. Sekarang emak sudah tenang, sudah bahagia." Terdengar penjelasan putri emak satu-satunya dengan suara agak terbata-bata.
 "Jadi emak...?" Tanyaku ingin memastikan.