Mohon tunggu...
fahmi detested
fahmi detested Mohon Tunggu... -

I'M STRONGER THAN ALL...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ngepet secara Modern #1

12 Agustus 2013   07:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:25 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"what your dream?..."I want to be success person sir" yeahh...yeah...itulah yang sering saya dengar ketika lagi intervew dengan orang-orang di sekitar saya..." masa depan ada di tangan kita " itulah kata-kata yang juga sering kita dengar dan sangat umum sekali di telinga kita,bahkan banyak buku-buku yang menawarkan tentang motifasi-motifasi untuk meraih masa depan,entah dengan berbagai pose foto-foto pada cover tersebut dan tulisan-tulisan yang menggiurkan "Anda ingin cepat kaya dengan hitungan hari atau jam? " saya nggak habis fikir,kenapa mencari kebahagiaan ko'harus di tuntut membeli buku?cara jitu mencari kekayaan tak ubahnya seperti "NGEPET" di setiap waktu.

Cara tradisional "NGEPET" sudah di tinggalkan sekarang waktunya inovasi atau transformasi ke dalam bentuk baru,secara tidak langsung dunia mistik yang dahulu di sebut takhayul sekarang di rasionalkan atau di materikan. Pen-"NGEPET"-an biasanya memakai Lilin untuk di jaga agar tetap menyala ketika si NGEPET mencari pesugihan,tapi sekarang Lilin di rubah menjadi buku-buku sulapan dan nggak perlu lagi di jaga hanya cukup datang ke toko-toko buku terdekat,yang jaga sekarang kasirnya dan pelayan toko.Menurut cerita-cerita,orang yang mencari pesugihan dengan cara "NGEPET" sering di gambarkan dengan babi,atau ada lagi hewan yang kepalanya di bagian (maaf )pantat dan pantatnya di bagian kepala,nahh...kalau di tela'ah lebih dalam lagi sudah terbukti istilah "pantat di kepala dan kepala di pantat" tak ubahnya karakter-karakter orang-orang yang nggak punya malu,dan mementingkan ke-Egoisanya dan antisosialnya.

Tentang "NGEPET modern" memang sudah menjadikan masyarakat dewasa ini menjadi konsumtif dan hiperaktif sampai-sampai kebablasan menggunakan berbagai macam banyak cara untuk meraup keuntungan sebesar-sebasarnya tanpa menghiraukan permasalahan yang mana itu harus menjadi hak pada orang-orang di sekitarnya. Konsumtifisme sudah menjadi keharusan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Ramalan "Jaman sudah gila kalau ngggak ikut gila nggak akan kebagian " memang benar-benar terjadi,tapi jangan salah masih ada terusanya " segila-gilanya orang lebih selamat orang yang waspada " nah lhoo...gimana tuh?apakah masih mengikuti " NGEPET-isasi ? " hehehe..

seperti orang-orang yang sering saya jumpai,selalu membicarakan masa depan yang cerah penuh dengan ambisi dan inovasi dengan di bumbui buku-buku yang menawarkan "NGEPET-isasi" padahal kalau di lihat dari dalam esensi makna kehidupan,pada dasarnya semua menuju KEBAHAGIAAN. Akan tetapi terkadang kita tergiur oleh kamuflase yang menggiurkan berslimutkan romantisme yang selalu menarik nafsu untuk menjalaninya. Yang jadi pertanyaan adalah "Apakah yang membuat cerita-cerita tersebut adalah kamu?, apakah jalan hidup dia itu jalan hidup kamu juga? " romantisme yang di tawarkan tanpa penyaringan dan sering kali di telan mentah-mentah dan di implemntasikan di kehidupan nyata ternyata menjadi boomerang pada diri kita sendiri nah...inilah yang di sebut "NGEPET-isasi " tergiur oleh buku-buku yang menawarkan kekayaan dengan singkat tanpa ada penyaringan sumberdaya manusianya.

Nggak semua buku-buku tersebut buruk tapi yang di herankan tersebut adalah kenapa mendadak muncul buku-buku motivasi yang entah itu siapa yang berpose layaknya super model majalah atau iklan-iklan di TV?atau hanya menjadi follower saja?,layaknya era boy band dan girl band yang sekarang ini?bagi pencinta buku pasti tidak perlu lagi melihat isi dalam buku tapi dengan di rasakan :)

"ingin bahagia ko'harus beli buku dulu?hehehe..."

SALAM BACA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun