Mohon tunggu...
FAHMI ARDIANSYAH 111211351
FAHMI ARDIANSYAH 111211351 Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

FAHMI ARDIANSYAH 111211351 MATA KULIAH LEADERSHIP UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA PROF. Dr. APOLLO DAITO, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono

16 Oktober 2024   09:13 Diperbarui: 16 Oktober 2024   09:35 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raden Mas Panji Sosrokartono (1877-1952), seorang tokoh intelektual dan pemimpin dari Indonesia, memiliki gaya kepemimpinan yang khas yang memadukan nilai-nilai budaya Jawa dengan wawasan internasional. Sosrokartono adalah seorang kakak dari Raden Ajeng Kartini, yang juga dikenal karena pemikirannya yang visioner dan peran dalam memperjuangkan emansipasi perempuan. Namun, Sosrokartono seringkali terlupakan dibandingkan Kartini, meskipun kontribusinya terhadap intelektualitas, spiritualitas, dan kemanusiaan sangat mendalam.

Diskursus tentang gaya kepemimpinan Sosrokartono tidak bisa dilepaskan dari pengaruh budaya Jawa yang dia pegang teguh. Melalui hidupnya, ia menunjukkan pemikiran-pemikiran yang menggabungkan antara kebijaksanaan lokal dan universal. Gaya kepemimpinan yang ditunjukkannya mencerminkan prinsip-prinsip yang bersumber dari filsafat Jawa serta nilai-nilai luhur seperti kesederhanaan, kebijaksanaan, dan rasa hormat terhadap sesama manusia.

Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai apa yang menjadi inti dari gaya kepemimpinan Sosrokartono, mengapa gaya ini relevan di masa sekarang, dan bagaimana gaya kepemimpinan ini dapat diterapkan dalam konteks modern.

Apa Itu Gaya Kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono? Kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono memiliki basis yang kuat pada nilai-nilai kejawen, yang dipadu dengan wawasan lintas budaya dan pengalaman internasionalnya. Ada beberapa elemen utama yang dapat diidentifikasi dari gaya kepemimpinannya, di antaranya:

1. Kebijaksanaan Lokal yang Mendalam

Sosrokartono mengakar pada filosofi Jawa yang mendalam, termasuk konsep "Catur Murti", yaitu persatuan empat elemen penting: pikiran benar, perasaan benar, perkataan benar, dan perbuatan benar. Ini mencerminkan pendekatan holistik terhadap kehidupan yang menyatukan rasionalitas, emosi, dan moralitas. Kepemimpinannya sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ini, di mana ia percaya bahwa seorang pemimpin harus memiliki integritas di setiap aspek kehidupannya.

2. Sikap Tanpa Pamrih (Sepi Ing Pamrih)

Salah satu prinsip yang paling terkenal dari Sosrokartono adalah konsep "Ilmu Kantong Bolong", yang berarti kepemimpinan tanpa pamrih. Dalam pandangannya, seorang pemimpin harus selalu siap memberi tanpa berharap imbalan apapun. Ia menekankan pentingnya membantu sesama manusia dengan tulus, tanpa memikirkan keuntungan pribadi.

3. Menghargai Manusia Secara Setara

Sosrokartono memiliki pandangan bahwa semua manusia, tanpa memandang latar belakang mereka, harus diperlakukan dengan rasa hormat yang sama. Filosofi ini berasal dari konsep Jawa "pring padha pring, weruh padha weruh", yang bermakna bambu dengan bambu sama, artinya semua manusia memiliki derajat yang sama. Hal ini menjadi dasar bagi gaya kepemimpinannya yang inklusif dan menghargai perbedaan.

4. Ngawula Dhateng Gusti (Mengabdi Kepada Tuhan)

Salah satu aspek paling mendasar dari kepemimpinan Sosrokartono adalah keyakinannya bahwa setiap tindakan manusia harus didasarkan pada pengabdian kepada Tuhan. Bagi Sosrokartono, kepemimpinan bukan hanya tentang mengatur atau memimpin manusia, tetapi lebih tentang menjalankan misi spiritual untuk menambah keindahan hidup dan melayani sesama dengan keikhlasan.

Mengapa Gaya Kepemimpinan Sosrokartono Relevan? Dalam dunia modern yang semakin kompleks dan global, gaya kepemimpinan yang ditawarkan oleh Sosrokartono memiliki relevansi yang signifikan. Beberapa alasan mengapa gaya ini penting untuk dipelajari dan diterapkan adalah:

1. Krisis Moralitas dalam Kepemimpinan

Di era sekarang, banyak krisis kepemimpinan yang terjadi di berbagai sektor, baik politik, ekonomi, maupun sosial. Salah satu penyebab utama dari krisis ini adalah hilangnya integritas dan moralitas dalam praktik kepemimpinan. Sosrokartono menekankan pentingnya integritas dan moralitas sebagai dasar dari segala tindakan. Hal ini tercermin dalam ajarannya tentang pentingnya "sembah raga" (pengendalian diri) dan "sembah jiwa" (kesucian niat). Dengan kembali pada prinsip-prinsip ini, krisis moralitas dalam kepemimpinan dapat diatasi.

2. Meningkatnya Kebutuhan Akan Kepemimpinan Inklusif

Dunia yang semakin terhubung dan plural membutuhkan pemimpin yang mampu memahami dan menghargai perbedaan. Gaya kepemimpinan Sosrokartono yang mengedepankan kesetaraan antar manusia serta penghargaan terhadap berbagai latar belakang budaya sangat relevan dengan konteks ini. Dengan memahami bahwa semua manusia memiliki martabat yang sama, seorang pemimpin akan mampu menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil.

3. Pentingnya Kepemimpinan Tanpa Pamrih di Era Materialisme

Kepemimpinan tanpa pamrih yang diajarkan oleh Sosrokartono bertentangan dengan budaya materialisme yang semakin dominan di era modern. Di tengah-tengah dorongan untuk mencapai kesuksesan pribadi dan keuntungan materi, nilai-nilai yang diajarkan oleh Sosrokartono menekankan pentingnya pengabdian kepada masyarakat dan Tuhan tanpa memikirkan imbalan. Ini adalah pelajaran penting bagi para pemimpin di era sekarang yang seringkali terjebak dalam sikap egois dan perhitungan pribadi.

Bagaimana Menerapkan Gaya Kepemimpinan Sosrokartono dalam Konteks Modern? Meskipun gaya kepemimpinan Sosrokartono berakar pada tradisi budaya Jawa, nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dipegangnya dapat diadaptasi dan diterapkan dalam berbagai konteks modern. Berikut adalah beberapa cara untuk menerapkan gaya kepemimpinan ini dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam organisasi:

1. Mengintegrasikan Spiritualitas dalam Kepemimpinan

Salah satu aspek penting dari kepemimpinan Sosrokartono adalah pengabdian kepada Tuhan. Dalam konteks modern, ini bisa diterapkan dengan cara mengintegrasikan spiritualitas ke dalam gaya kepemimpinan. Bukan berarti bahwa seorang pemimpin harus selalu memaksakan keyakinan agamanya kepada orang lain, tetapi lebih kepada menjalankan kepemimpinan dengan rasa tanggung jawab moral yang kuat, integritas, dan kesadaran akan tujuan yang lebih besar.

2. Menjadi Pemimpin yang Tanpa Pamrih

Dalam dunia yang sering kali menekankan pada imbalan material dan kekuasaan, pemimpin modern dapat belajar dari Sosrokartono tentang pentingnya melayani tanpa pamrih. Ini bisa diterapkan dengan fokus pada kesejahteraan orang-orang yang dipimpin, bukan semata-mata pada keuntungan pribadi. Contoh praktisnya adalah mengedepankan kesejahteraan karyawan di tempat kerja atau membuat kebijakan publik yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat luas.

3. Menghargai Perbedaan dan Menciptakan Lingkungan Inklusif

Di era globalisasi, penting bagi seorang pemimpin untuk mampu menghargai perbedaan budaya dan latar belakang. Gaya kepemimpinan Sosrokartono yang mengajarkan tentang kesetaraan manusia memberikan dasar yang kuat bagi seorang pemimpin untuk menciptakan lingkungan yang inklusif. Ini dapat dilakukan dengan mempromosikan keragaman di tempat kerja, mengakomodasi berbagai perspektif, dan memastikan bahwa setiap orang merasa dihargai.

4. Berani Menghadapi Tantangan dengan Keberanian Moral

Salah satu prinsip lain dari kepemimpinan Sosrokartono adalah keberanian moral. Dalam dunia yang penuh dengan tantangan dan godaan, seorang pemimpin harus berani mengambil sikap yang benar, bahkan jika itu tidak populer atau berisiko. Ini adalah pelajaran yang sangat relevan dalam politik, bisnis, maupun organisasi sosial. Keberanian moral ini bukan hanya tentang melawan ketidakadilan, tetapi juga tentang mempertahankan integritas diri di tengah-tengah tekanan eksternal.

Kesimpulan Gaya kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono menawarkan pendekatan yang mendalam dan filosofis terhadap kepemimpinan, yang berakar pada nilai-nilai kebijaksanaan lokal, kesetaraan, dan pengabdian tanpa pamrih. Di dunia modern yang sering kali didominasi oleh kepentingan material dan individualisme, gaya kepemimpinan ini memberikan pelajaran penting tentang bagaimana memimpin dengan integritas, moralitas, dan penghargaan terhadap sesama manusia. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam organisasi, seorang pemimpin dapat menciptakan dampak yang lebih berarti dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Daftar Pustaka

Apollo, Prof. Diskursus Gaya Kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono.z

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Modul 5
Modul 5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun