Mohon tunggu...
Fahmi Anwar Yahya
Fahmi Anwar Yahya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa universitas Gajah Mada Yogyakarta jurusan S1 Pariwisata

hobi saya mengabadikan momen saat berpariwisata karena hal tersebut sangat mengasikan, tujuan saya masuk jurusan pariwisata ingin memberikan dorongan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Solusi Perkembangan Ekowisata di Indonesia

5 Desember 2022   21:39 Diperbarui: 6 Desember 2022   12:59 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pariwisata di indonesia saat ini merupakan salah satu aspek kemajuan bangsa dikarenakan bidang ini merupakan pemasok devisa negara terbesar hingga saat ini. Berbagai jenis pariwisata bermunculan di negeri ini salah satunya ecotourism. Definisi dari ecoutourism ini pertama kali di keluarkan oleh peneliti bernama Ceballos-Lascurin (1987) yang berarti suatu perjalanan atau kegiatan wisata menuju daerah yang alami dan relatif tidak terkontaminasi polusi atau tidak terganggu dengan tujuan khusus yaitu untuk mempelajari, mengagumi, dan menikmati pemandangan serta tumbuhan dan hewan liarnya. Terdapat banyak sekali peneliti yang membuat istilah mengenai ecotourism tetapi menurut saya definisi yang menunjukan arti ecotourism sendiri adalah wisata berbasis alam yang melibatkan pendidikan dan interpretasi lingkungan alam dan dikelola agar berkelanjutan secara ekologis (National Ecotourism Strategy of Australia (Allcock et al., 1994)).

      Ekowisata memiliki banyak Keuntungan dibandingkan jenis pariwisata lain. Ekowisata memiliki kelebihan dalam memaksimalkan keuntungan konservasi alam dengan penerapan edukasi wisatawan dibandingkan pariwisata berkelanjutan yang hanya meminimalisir dampak terhadap lingkungan dan alam. Menurut UNEP (1980), Ekowisata memiliki apresiasi terhadap budaya lokal dalam pembangunan destinasinya yang dimana melibatkan pendidikan serta interpretasi dengan melibatkan paritisipasi yang di organisir oleh kelompok kecil secara lokal. Di sisi lain ekowisata memiliki kelebihan yaitu Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan. Melindungi keanekaragaman hayati. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.

      Dibalik konservasi lahan yang menjadi keuntungan. Ternyata terdapat permasalahan yang melibatkan hubungan pemerintahan dan masyarakat lokal selaku pelaku ekowisata. Banyak peraturan yang telah dibuat dalam perencanaan ekowisata perlu di optimalkan sebagai alat pemahaman dan peran serta dari pemerintahan itu sendiri. Seperti pergeseran paradigma kebijakan publik yang menjadi tata kelola yang baik sehingga dapat mengakomodisir pengembangan ekowisata kedepanya. Pendekatan tata kelola yang baik ini pun telah di pikirkan oleh David Osborne dan Ted Geabler (1992). Dengan adanya pengoptimalan dalam peraturan yang mengatur tentang ekowisata dapat mendorong kontribusi masyarakat dan pemerintah daerah karena selama ini dinilai masih rendah. Seperti contoh, masyarakat lokal masih termarjinalisasi akan pemanfaatan ekonomi karena disebabkan oleh peraturan perekononomian yang belum tertata dengan baik.

Contoh nyata bentuk permasalahan perkembangan masyarakat lokal pada konteks ekowisata terletak di Desa Kemenuh dan Desa Tenganan Provinsi Bali. Ekowisata yang terletak di desa Kemenuh, Banjar Sumampan, Bali ini memiliki konsep pengembangan yang hampir sama dengan GKS di Nepal. fokus ekowisata desa kemenuh ini di bangun untuk kepentingan individu dalam pengembangan perekonomianya. Ida Ayu Mas adalah dalang dibalik pembangunan ekowisata di desa kemenuh. Keinginan Ida Ayu Mas yang ingin menciptakan jenis ekowisata di Desa Kemenuh yang berskala menengah sempat memicu serangkaian konflik antara warga lokal yang membuat Ida Ayu Mas membatalkan rencana tersebut. IAM membangun Sua Bali sebagai objek ekowisata berskala menengah di desa Kemenuh. Program tersebut bertujuan untuk mencapai keharmonisan antara berbagai kepentingan individu dalam berinteraksi dan menjaga kondisi harmonis antara individu dan lingkungan alamnya. Sua Bali sendiri memiliki tujuan khusus yaitu berusaha menjadi tempat yang mendorong setiap individu meraih ambisi. Serangkaian konflik tersebut dipicu beberapa permasalahan yang muncul demi mewujudkan harmoni, hak-hak individu desa tersebut sering dikorbankan sehingga memunculkan masalah sosial seperti renggangnya hubungan antara masyarakat lokal dan pihak Sua Bali

Contoh desa wisata lain di Bali yang menerapkan prinsip ekowisata di dalamnya adalah desa Tenganan. Desa Tenganan dikenal dengan desa Bali Age yang berarti keaslian desa tenganan merupakan potensi dalam pengembangan pariwisata lokal. Dikembangkan untuk pertama kalinya, berasal dari inisiatif serta ide cemerlang pihak masyarakat lokal (kelompok pemuda). yang dimana ekowisata adalah suatu kebutuhan oleh masyarakat itu sendiri. inisiatif ini karena kurangnya keterlibatan masyarakat setempat karena obyek wisata di Bali rata-rata dikembangkan oleh pemerintah. Pihak kelompok pemuda membuat forum sangkepan. adanya forum sangkepan digunakan sebagai tempat sosialisasi gagasan ekowisata dari pihak pemuda kepada masyarakat luas melalui media musyawarah tradisional di desa Tenganan. Tujuan Sangkepan itu sendiri adalah untuk menyamakan persepsi, visi dan misi tentang ekowisata antara masyarakat dan lembaga pendamping. Cara yange mereka gunakan dalam sosialisasinya menggunakan pendekatan yang dituturkan Autar Singh (1992) yaitu posisional, reputasional dan decisional yang setidaknya berimplikasi pada kondisi masyarakat desa Tenganan karena pola yang digunakan mendekati hal tersebut. Bentuk sosialisasi kepada masyarakat sendiri berbentuk pelatihan dan workshop. Dengan adanya program tersebut memberikan feedback berupa respon masyarakat terbagi menjadi positif, negatif dan netral. Kelemahan dari pengembangan ekowisata di desa Tenganan sendiri adalah rendahnya pemahaman masyarakat setempat tentang ekowisata serta sikap sadar akan pelestarian yang di bina rendah. Kelemahan kedua dilihat dari sisi ekonomi. Meskipun didukung kondisi ekonomi yang mumpuni jika berhasil mengembangkan ekowisata ini tapi konsep ini memerluhkan waktu yang cukup lama.

Dengan studi kasus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan ekowisata di Indonesia masih terdapat permasalahan pada kualitas SDM di dalamnya. Kondisi tersebut didukung permasalahan antar individu atau antara golongan masyarakat didalamnya. Menurut saya solusi yang tepat menghadapi permasalahan diatas adalah dengan mengkombinasikan 2 konsep pariwisata yaitu ekowisata yang berbasis pada masyarakat. Ekowisata dapat berkombinasi dengan CBT sehingga akan menciptakan suasana perkembangan yang optimal di dalamnya. Masyarakat akan terstruktur dengan baik ketika pihak pengelola dapat mengelola dengan baik ekowisata dengan prinsip CBT. Meskipun adanya kepentingan individu atau kelompok di perkembangan sebuah ekowisata dengan prinsip CBT, tetapi kepentingan tersebut dapat dibaurkan karena pihak masyarakat akan terlibat di berbagai cabang pengelolaan di ekowisata. Dampak yang akan terjadi ketika ekowisata melibatkan prinsip pariwisata berbasis masyarakat adalah dapat mengoptimalkan tingkat perekonomian masyarakat yang terlibat. Tidak adanya pihak yang diuntungkan sepihak akan memaksimalkan keuntungan bersama yang diraih. Selain itu, dengan adanya penerapan CBT pada destinasi ekowisata nantinya diharapkan mampu menciptakan 'senses of belonging' atau rasa memiliki pada masyarakat terhadap lingkungan alamnya. Dengan demikian, destinasi ekowisata dapat terjamin keberlanjutannya baik pada aspek lingkungan hingga sosial ekonomi.

Referensi

Arida, I Nyoman Sukma. (2017). EKOWISATA Pengembangan, Partisipasi Lokal, dan Tantangan Ekowisata. Penerbit CAKRA PRESS. Diakses dari https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/17f4f7ddf961b69d18b504bf7b7c3309.pdf

Allcock, A., Jones, B., Lane, S. and Grant, J. (1994) National Ecotourism Strategy. Commonwealth Department of Tourism, Australian Government Publishing Service, Canberra.

Ceballos- Lascurain, H. (1987) The future of ecotourism. Mexico Journal January, 13--14.

UNEP (1980) Environmental Action Pack for Hotels. Practical Steps to Benefit your Business and the Environment. The International Hotel Association, The International Hotels Environment  Initiative, UNEP, UNEP IE, Paris.

Osborne, David dan Ted Gaebler, 1992. Reiventing Government (Mewirausahakan Birokrasi: Mentransformasi Semangat Wirausaha Ke Dalam Sektor Publik. Jakarta: Pustaka Binaan Pressindo.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun