Seorang anak menggunakan kotak bekas untuk beraktivitas di luar rumah akibat banjir rob di Samarinda, Kalimantan Timur tahun 2020. Pemanasan global mengancam kehidupan manusia dengan kerugian yang tidak sedikit (gambar: kompas.com)
Pada 2016 sebongkah es seluas 580 km2 lepas dan hanyut di Antartika. Wilayah Kutub Selatan tersebut, menghangat 0,5C. Jika dibiarkan--dengan laju kenaikan suhu saat ini--akan menaikkan permukaan laut setinggi satu meter, sebelum tahun 2100.Â
Menurut Greenpeace, kenaikan satu centi meter bisa menenggelamkan satu juta orang. Maka kenaikan air laut setinggi  satu meter bisa menenggelamkan seratus juta orang.
"Gletser di wilayah ini [Antartika] mundur paling cepat di muka Bumi" Kata Eric   Rignot, ahli glasiologi di NASA Jet Propulsion.
Tak banyak waktu untuk mengulur. "Kecepatan leleh ini benar-benar gila. Sebelumnya tidak terbayangkan bahwa gletser dapat meleleh secepat ini". Kata peneliti Adrian Jenskin, Profesor Geografi dan Ilmu Alam  di Northumbria University.
Ilmuwan sudah memperingatkan bahwa kondisi Bumi memanas. Meningkat sejak revolusi industri awal abad ke-19. Dampaknya bisa sangat kolosal. Iklim tidak terprediksi, anomali iklim terjadi. Mengusir masyarakat pesisir, menggagalkan panen petani. Intensitas hujan deras semakin sering. Banjir dan longsor menjadi langganan.Â
Di sisi lainnya, kekeringan ekstrem melanda. Kebakaran semak dan hutan menggila. Gagal panen bisa terjadi. Kelaparan membayang dan kemiskinan meningkat.
Simbiosis Parasitisme Manusia dan Alam
Manusia telah memanen, apa yang dia semai. Siapa menabur karbon akan menuai badai. Industrialisasi, kebakaran hutan, deforestrasi untuk sawit telah meningkatkan cemaran karbon di atmosfer. Bumi tidak lagi mampu meregenerasi apa yang dilakukan oleh manusia. Kebutuhan akan kayu, makanan dan penyerapan karbon melebihi apa yang bisa disediakan Bumi.