Mohon tunggu...
Moh Farid Fahmi Al fanani
Moh Farid Fahmi Al fanani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negri sunan Ampel surabaya

my hobby is photogrpy and otomotif

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penerapan konsep Asabiyyah Ibnu Khaldun Membangun Solidaritas dan kebersamaan dalam Masyarakat

24 Juni 2023   08:22 Diperbarui: 24 Juni 2023   09:18 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

          Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi tantangan sosial yang terkait dengan perbedaan, konflik dan ketimpangan dalam masyarakat. Untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan lestari, penting untuk menemukan cara untuk membangun solidaritas dan kebersamaan yang kuat. Dalam konteks ini, konsep “Asabiyyah” karya Ibnu Khaldun menawarkan perspektif yang berharga untuk memahami dan mengimplementasikan rasa kebersamaan dalam masyarakat kita.

        Tapi sebelumnya apa sih itu asabiyyah?

          Secara etimologis, “asabiyyah” berasal dari kata “ashaba”, artinya mengikat Secara fungsional, “ashabiyyah” berarti ikatan sosial budaya digunakan untuk mengukur kekuatan kelompok sosial. di atas dan di luar, 'ashabiyah juga dapat dipahami sebagai sosial, menekankan solidaritas Kesadaran, kohesi dan kesatuan kelompok. Menurut Muhammad Mahmud Rabie, “Ashabiyah” adalah sesuatu ikatan sosial yang dapat memperkokoh persatuan suatu bangsa, apapun itu ikatan keluarga dan masyarakat memiliki dampak. dalam peran sosial, 'ashabiyah dapat menghasilkan ikatan yang dapat dibagi menjadi dua bagian kelompok Pertama, tumbuhnya kekuatan solidaritas di setiap jiwa kelompok Kedua, keberadaan 'ashabiyah dapat mempersatukan kelompok yang berbeda 'ashabiyah bertentangan, sehingga muncul kelompok yang lebih banyak besar dan utuh.

 

          Penerapan konsep asabiyyah ibnu Khaldun dalam membangun solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat ini dapat di bagi menjadi 3 cara :

Membangun Solidaritas dalam MasyarakatI

     Ibnu Khaldun mengatakan bahwa runtuhnya negara adalah akibat dari runtuhnya "Asabiyyah". Nyatanya Asabiyah adalah faktor penting dalam kelanjutan keberadaan negara. Namun Menjangkau Ashabiyah lebih kuat. Melihat gejala kemunduran Asabiyah di tanah air di Indonesia, baik secara politik, agama, sosial, dan ekonomi menjadi sumber inspirasi untuk menilai permasalahan apa yang sebenarnya terjadi.  Dan untuk sebuah solusi Tentu saja menuju ke sana harus melalui proses yang panjang yang tidak mampu dilakukan Sendiri, namun juga seluruh rakyat Indonesia harus melakukannya. Kunci utama untuk mengatasi Segala persoalan Indonesia adalah dengan membangkitkan rasa solidaritas (ashabivah) yang berlaku pada masa penjajahan Indonesia, sangat kuat dan berujung pada kemerdekaan Indonesia. Generasi Indonesia saat ini harus bijak memanfaatkan kemajuan peradaban seperti teknologi dan ilmu pengetahuan, serta ikut Ashabia atau solidaritas sosial dalam membangun dan memajukan bangsa. Dengan kekayaan alamnya sendiri menjadi modal utama bangsa Indonesia bersaing dengan dunia.

Mengatasi Konflik dengan Pendekatan Asabiyyah

Untuk mengatasi konflik dengan pendekatan 'Asabiyyah', Ada beberapa langkah yang dapat diambil. yaitu :

Memperkuat semangat kebersamaan dengan memahami dan menerapkan semangat kebersamaan. Masyarakat harus menyadari bahwa mereka memiliki tujuan bersama dan saling terhubung sebagai satu kesatuan. Ini melibatkan membangun identitas kolektif yang kuat dan menyadari bahwa keberhasilan individu terkait erat dengan keberhasilan masyarakat secara keseluruhan.

Meningkatkan Komunikasi: Komunikasi yang efektif adalah kunci untuk mengatasi konflik. Dalam pendekatan 'Asabiyyah', penting untuk menciptakan lingkungan di mana orang dapat berbicara secara terbuka dan jujur satu sama lain. Saling mendengarkan dengan empati, memahami perspektif orang lain, dan mencari kesamaan akan membantu mengurangi ketegangan dan membangun pemahaman bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun